AI-Generated Creatures That Stretch the Boundaries of Imagination | Sofia Crespo | TED

Translator: dyah ayu kusumastuty Reviewer: aditya prayogi

I'd like to start by asking you to imagine a color

Saya ingin memulai dengan meminta Anda membayangkan warna

that you've never seen before.

yang belum pernah Anda lihat.

Just for a second give this a try.

Coba ini sebentar saja.

Can you actually visualize a color that you've never been able to perceive?

Dapatkah Anda membayangkan warna yang belum pernah Anda lihat?

I never seem to get tired of trying this

Saya tidak pernah bosan melakukan ini

although I know it's not an easy challenge.

meskipun saya tahu bukanlah tantangan yang mudah.

And the thing is,

Masalahnya,

we can't imagine something without drawing upon our experiences.

kita tidak bisa membayangkan sesuatu tanpa pernah mengalaminya.

A color we haven't yet seen

Warna yang belum pernah kita lihat

outside the spectrum we can perceive

dan di luar spektrum yang bisa kita kenali

is outside our ability to conjure up.

berada di luar kemampuan kita untuk membayangkan.

It's almost like there's a boundary to our imagination

Seakan ada batasan pada imajinasi kita

where all the colors we can imagine

karena semua warna yang bisa kita bayangkan

can only be various shades of other colors we have previously seen.

hanya mampu menjadi warna-warna lain sesudah kita lihat sebelumnya.

Yet we know for a fact

Namun kita tahu dengan pasti

terdapat frekuensi warna di luar spektrum yang mampu kita lihat.

that those color frequencies outside our visible spectrum are there.

And scientists believe that there are species

Dan para ilmuwan percaya terdapat spesies

that have many more photo receptors

yang memiliki lebih banyak jenis sel fotoreseptor

dibandingkan tiga jenis sel yang kita miliki sebagai manusia.

than just the three color ones we humans have.

Which, by the way,

Tentunya,

not all humans see the world in the same way.

tidak semua manusia melihat dunia dengan cara yang sama.

Beberapa dari kita buta warna dengan berbagai tingkatan,

Some of us are colorblind to various degrees,

and very often we don't even agree on small things,

dan bahkan sangat sering kita tidak setuju pada hal-hal kecil,

like if a dress on the internet is blue and black or white and gold.

misalnya apakah sebuah gaun di internet biru dan hitam atau putih dan emas.

Tapi makhluk favorit saya, salah satu dari makhluk-makhluk favorit saya,

But my favorite creature, one of my favorite creatures,

is the peacock mantis shrimp,

adalah udang mantis merak,

which is estimated to have 12 to 16 photo receptors.

yang diperkirakan memiliki 12 hingga 16 jenis sel fotoreseptor.

And that indicates the world to them might look so much more colorful.

Membuat dunia mungkin terlihat jauh lebih berwarna bagi mereka.

Lalu bagaimana dengan Kecerdasan Buatan (AI)?

So what about artificial intelligence?

Can AI help us see beyond our human capabilities?

Dapatkah AI membantu kita melihat di luar kemampuan manusia?

Well, saya sudah bekerja dengan AI selama lima tahun terakhir,

Well, I've been working with AI for the past five years,

and in my experience, it can see within the data it gets fed.

dan menurut pengalaman, AI melihat di dalam data yang diumpankan padanya.

But then you might be wondering, OK,

Tapi Anda mungkin bertanya-tanya, OK,

jika AI tidak dapat membantu membayangkan sesuatu yang baru,

if AI can't help imagine anything new,

why would an artist see any point in using it?

mengapa seorang seniman masih melihat kegunaannya?

And my answer to that is because I think that it can help augment our creativity

Jawabannya, saya pikir AI dapat membantu memperkuat kreativitas

karena berguna dalam menciptakan kombinasi dari unsur-unsur yang sudah dikenal

as there's value in creating combinations of known elements to form new ones.

menjadi unsur-unsur baru.

And this boundary of what we can imagine based on what we have experienced

Dan batasan dari apa yang bisa kita bayangkan berdasarkan pengalaman kita

adalah area yang saya jelajahi.

is the place that I have been exploring.

Bagi saya, semua berawal dari ubur-ubur di layar akuarium,

For me, it started with jellyfish on a screen at an aquarium

melihatnya dengan kacamata 3D tua, semoga Anda ingat, yang berlensa biru dan merah.

and wearing those old 3D glasses, which I hope you remember,

the ones with the blue and red lens.

And this experience made me want to recreate their textures.

Pengalaman ini membuat saya ingin membuat ulang komposisi ubur-ubur itu.

But not just that,

Tapi tidak hanya itu,

saya juga ingin menciptakan ubur-ubur baru

I also wanted to create new jellyfish

yang belum pernah saya lihat sebelumnya, seperti ini.

that I hadn't seen before, like these.

Dan apa yang dimulai dengan ubur-ubur,

And what started with jellyfish,

dengan cepat meningkat ke makhluk laut lain

very quickly escalated to other sea creatures

like sea anemone, coral and fish.

seperti anemon laut, karang, dan ikan.

And then from there came amphibians, birds and insects.

Kemudian amphibia, burung, dan serangga.

And this became a series called “Neural Zoo”.

Akhirnya menjadi seri yang disebut "Neural Zoo".

But when you look closely, what do you see?

Tapi saat Anda lihat dari dekat, apa yang Anda lihat?

Tidak ada satu pun makhluk hidup dalam gambar-gambar ini.

There's no single creature in these images.

And AI augments my creative process

AI meningkatkan proses kreatif

dengan memungkinkan saya menyaring dan menggabungkan kembali komposisinya.

by allowing me to distill and recombine textures.

And that's something that would otherwise take me months to draw by hand.

Sesuatu yang memerlukan waktu berbulan- bulan jika digambar dengan tangan.

Ditambah lagi, saya benar-benar buruk dalam menggambar.

Plus I'm actually terrible at drawing.

So you could say, in a way, what I'm doing

Anda bisa katakan, sedikit banyak yang saya lakukan

adalah versi kontemporer dari sesuatu

is a contemporary version of something

that humans have already been doing for a long time,

yang dilakukan oleh manusia sejak lama

bahkan sebelum ada kamera.

even before cameras existed.

In medieval times,

Pada abad pertengahan,

people went on expeditions,

orang-orang melakukan penjelajahan,

and when they came back they would share about what they saw

dan ketika kembali, mereka akan membagikan apa yang dilihat

dengan ilustrator.

to an illustrator.

And the illustrator, having never seen what was being described,

Dan ilustrator, karena belum pernah melihat apa yang dijelaskan,

would end up drawing

akhirnya menggambar

berdasarkan makhluk-makhluk yang pernah mereka lihat sebelumnya

based on the creatures that they had previously seen

dan dalam prosesnya membuat semacam hewan hibrida.

and in the process creating hybrid animals of some sort.

Seorang penjelajah mungkin menjelaskan tentang seekor berang-berang,

So an explorer might describe a beaver, but having never seen one,

tetapi karena belum pernah melihatnya,

ilustrator mungkin menggambar kepalanya seperti tikus,

the illustrator might give it the head of a rodent,

the body of a dog and a fish-like tail.

tubuhnya seperti anjing dan ekornya seperti ikan.

In the series “Artificial Natural History”,

Dalam seri "Artificial Natural History",

saya mengambil ribuan ilustrasi dari arsip sejarah alam

I took thousands of illustrations from a natural history archives,

and I fed them to a neural network to generate new versions of them.

dan mengumpankannya ke jaringan neural untuk menghasilkan versi yang baru.

But up until now, all my work was done in 2D.

Namun sejauh ini, semua pekerjaan saya berbentuk 2D.

Kemudian dengan bantuan mitra studio saya, Feileacan McCormick,

And with the help of my studio partner, Feileacan McCormick,

we decided to train a neural network on a data set of 3D scanned beetles.

kami memutuskan melatih jaringan neural

pada kumpulan data kumbang yang dipindai secara 3D.

But I must warn you that our first results were extremely blurry,

Tapi saya harus peringatkan Anda kalau hasil pertamanya sangat buram,

dan terlihat seperti gumpalan yang Anda lihat di sini.

and they looked like the blobs you see here.

Ini bisa disebabkan oleh banyak hal,

And this could be due to many reasons,

tapi salah satunya karena tidak banyak

but one of them being that there aren't really a lot

kumpulan data serangga 3D yang tersedia secara terbuka.

of openly available data sets of 3D insects.

Dan juga karena kami mengubah tujuan

And also we were repurposing

jaringan neural yang biasanya digunakan untuk menghasilkan gambar (2D) menjadi 3D.

a neural network that normally gets used to generate images to generate 3D.

So believe it or not, these are very exciting blobs to us.

Jadi, percaya atau tidak, ini adalah gumpalan yang sangat menarik buat kami.

But with time and some very hacky solutions

Seiring waktu dan solusi pintas

like data augmentation,

misalnya augmentasi data,

dengan cara memasukkan semut dan serangga lain yang mirip kumbang

where we threw in ants and other beetle-like insects

to enhance the data set,

untuk meningkatkan jumlah kumpulan data,

akhirnya kami mendapatkan ini,

we ended up getting this,

which we've been told they look like grilled chicken.

yang katanya terlihat seperti ayam panggang.

(Laughter)

(Tertawa)

Tapi kami ingin lebih banyak, kami pun meningkatkan teknik,

But hungry for more, we pushed our technique,

dan akhirnya terlihat seperti ini.

and eventually they ended up looking like this.

Kami gunakan apa yang disebut sebagai 3D Style Transfer

We use something called 3D style transfer to map textures onto them,

untuk memetakan tekstur ke atas gambar,

and we also trained a natural language model

dan kami juga melatih model natural language

untuk menghasilkan nama yang seperti nama ilmiah

to generate scientific-like names

and anatomical descriptions.

dan deskripsi anatomi.

And eventually we even found a network architecture that could handle 3D meshes.

Kami bahkan menemukan arsitektur jaringan yang bisa menangani jala poligon 3D.

So they ended up looking like this.

Jadi akhirnya seperti ini.

And for us, this became a way of creating kind of a speculative study --

Bagi kami, ini jadi seperti hipotesis penelitian -

(Applause)

(Tepuk tangan) Terima kasih.

Hipotesis penelitian tentang makhluk yang tidak pernah ada,

A speculative study of creatures that never existed,

mirip dengan biologi spekulatif.

kind of like a speculative biology.

Tapi saya tidak ingin membicarakan AI dan potensinya

But I didn't want to talk about AI and its potential

kecuali jika AI menghasilkan sesuatu yang mirip dengan spesies nyata.

unless it brought me closer to a real species.

Menurut Anda manakah yang lebih mudah ditemukan secara online?

Which of these do you think is easier to find data about online?

(Laughter)

(Tertawa)

Ya, well, seperti yang Anda tebak, panda merah.

Yeah, well, as you guessed correctly, the red panda.

And this maybe could be due to many reasons,

Dan ini bisa disebabkan oleh banyak hal,

salah satunya karena mereka imut,

but one of them being how cute they are,

yang berarti kita lebih sering memotret dan membicarakannya,

which means we photograph and talk about them a lot,

unlike the boreal felt lichen.

tidak seperti lumut boreal felt.

But both of them are classified as endangered.

Tetapi keduanya diklasifikasikan terancam punah.

Jadi saya ingin membawa perhatian tersebut ke spesies lain

So I wanted to bring visibility to other endangered species

yang tidak mendapatkan representasi digital yang sama

that don't get the same amount of digital representation

seperti halnya panda merah yang lucu dan berbulu lembut.

as a cute, fluffy red panda.

And to do this,

Dan untuk melakukan ini,

kami melatih AI dengan jutaan gambar alam,

we trained an AI on millions of images of the natural world,

dan perintah teks

and then we prompted with text

to generate some of these creatures.

untuk menghasilkan beberapa makhluk ini.

Jadi ketika memasukkan perintah teks,

So when prompted with a text,

"an image of a critically endangered spider, the peacock tarantula"

"sebuah gambar seekor laba-laba yang terancam punah, tarantula merak "

dan nama ilmiahnya.

and its scientific name,

model kami menghasilkan ini.

our model generated this.

And here's an image of the real peacock tarantula,

Dan ini foto tarantula merak asli.

yang merupakan laba-laba endemik mengagumkan di India.

which is a wonderful spider endemic to India.

Namun, ketika diminta dengan perintah teks

But when prompted with a text

"an image of a critically endangered bird, the mangrove finch,"

"sebuah gambar seekor burung yang yang terancam punah, kutilang bakau",

our model generated this.

model kami menghasilkan ini.

Berikut ini foto burung kutilang bakau asli.

And here's a photo of the real mangrove finch.

Both these creatures exist in the wild,

Kedua makhluk ini ada di alam liar,

tapi akurasi setiap gambar yang dihasilkan tergantung pada data yang tersedia.

but the accuracy of each generated image is fully dependent on the data available.

Gagasan liar tentang perilaku data yang seperti ini

These chimeras of our everyday data

bagi saya adalah cara lain untuk melihat seperti apa masa depan.

to me are a different way of how the future could be.

Not in a literal sense, perhaps,

Meskipun bukan secara harfiah,

but in the sense that through practicing the expanding of our own imagination

tetapi dengan memperluas imajinasi kita

tentang ekosistem yang menjadi bagian dari kita,

about the ecosystems we are a part of,

kita akan lebih terbekali untuk mengenali peluang

we might just be better equipped to recognize new opportunities

and potential.

dan potensi baru.

Menyadari adanya batasan dalam imajinasi kita

Knowing that there's a boundary to our imagination

tidak berarti membuat kita merasa dibatasi.

doesn't have to feel limiting.

Sebaliknya,

On the contrary,

hal ini bisa memotivasi kita untuk memperluas batas itu lebih jauh

it can help motivate us to expand that boundary further

and to seek out colors and things we haven't yet seen

dan menemukan warna serta hal-hal yang belum pernah kita lihat sebelumnya

and perhaps enrich our imagination as a result.

dan mungkin memperkaya imajinasi kita sebagai hasilnya.

Jadi, terima kasih.

So thank you.

(Applause)

(Tepuk tangan)