How a single-celled organism almost wiped out life on Earth - Anusuya Willis

Bagaimana sebuah organisme sel tunggal hampir membinasakan kehidupan di Bumi - Anusuya Willis

Translator: Katya Canakya Reviewer: Dewi Barnas

Ada satu organisme yang telah mengubah dunia.

There's an organism that changed the world.

It caused both the first mass extinction in Earth's history

Penyebab kepunahan massal pertama dalam sejarah bumi

and also paved the way for complex life.

yang juga membuka jalan pada untuk kehidupan yang kompleks.

How?

Bagaimana caranya?

By sending the first free oxygen molecules into our atmosphere,

Organisme ini yang pertama mengirimkan molekul oksigen bebas ke atmosfer bumi,

and they did all this as single-celled life forms.

dan melakukannya sebagai organisme uniseluler.

They're cyanobacteria,

Ia adalah bakteri hijau-biru,

and the story of these simple organisms

sebuah organisme sederhana

that don't even have nuclei or any other organelles

yang bahkan tidak punya inti sel ataupun organel lainnya.

is a pivotal chapter in the story of life on Earth.

Kisahnya adalah bab penting dalam kisah kehidupan di bumi.

Earth's atmosphere wasn't always the oxygen-rich mixture we breathe today.

Atmosfer bumi dulu tidak kaya oksigen seperti sekarang.

3.5 billion years ago, the atmosphere was mostly nitrogen,

3,5 milyar tahun lalu, sebagian besar atmosfer bumi terdiri atas nitrogen,

carbon dioxide,

karbon dioksida,

and methane.

dan metana.

Almost all oxygen was locked up in molecules like water,

Hampir semua oksigen terkurung dalam molekul seperti air,

not floating around in the air.

bukan di udara sekitar kita.

The oceans were populated by anaerobic microbes.

Dulu lautan dipenuhi oleh mikroba anaerob.

Those are simple, unicellular life forms that thrive without oxygen

Mereka makhluk sedeharna dan uniseluler yang hidup dengan baik tanpa oksigen.

and get energy by scavenging what molecules they find.

Mereka mendapat energi dengan mencari sisa-sisa molekul.

But somewhere between 2.5 and 3.5 billion years ago,

Sekitar 2,5 hingga 3,5 miliar tahun lalu,

one of these microbial species,

salah satu spesies mikroba ini

probably floating on the surface of the ocean,

mungkin mengambang di permukaan laut,

evolved a new ability: photosynthesis.

mengembangkan kemampuan fotosintesis.

Structures in their cell membrane could harness the energy from sunlight

Struktur dalam membran sel mereka dapat menggunakan energi matahari

to turn carbon dioxide and water into oxygen gas and sugars,

untuk mengubah karbon dioksida dan air menjadi gas oksigen dan gula.

which they could use for energy.

Ini mereka gunakan sebagai energi.

Those organisms were the ancestors of what we now call cyanobacteria.

Organisme inilah nenek moyang dari bakteri hijau-biru.

Their bluish color comes from the blue-green pigments

Warna kebiruan mereka berasal dari pigmen hijau-biru

that capture the sunlight they need.

yang menangkap cahaya matahari.

Photosynthesis gave those ancient bacteria a huge advantage over other species.

Fotosintesis memberikan bakteri kuno itu keunggulan besar dibanding spesies lain.

They could now produce their own energy

Mereka bisa memproduksi energi sendiri

from an almost endless supply of raw ingredients,

dari bahan mentah yang hampir tak ada habisnya.

so their populations exploded

Karena itu populasi mereka membludak.

and they started polluting the atmosphere with a new waste product: oxygen.

Mereka mulai mengkontaminasi atmosfer bumi dengan produk buangan baru: oksigen.

At first, the trickle of extra oxygen was soaked up by chemical reactions with iron

Awalnya sisa oksigen diserap melalui reaksi kimiawi dengan besi

or decomposing cells,

atau dengan sel yang membusuk.

but after a few hundred million years,

Tapi setelah beberapa ratus juta tahun,

the cyanobacteria were producing oxygen faster than it could be absorbed,

bakteri hijau-biru memproduksi oksigen lebih banyak daripada yang bisa diserap.

and the gas started building up in the atmosphere.

Gas oksigen mulai menumpuk di atmosfer bumi.

That was a big problem for the rest of Earth's inhabitants.

Ini menjadi masalah besar bagi penghuni bumi lainnya.

Oxygen-rich air was actually toxic to them.

Udara yang kaya oksigen beracun bagi mereka.

The result?

Hasilnya?

About 2.5 billion years ago was a mass extinction of virtually all life on Earth,

Sekitar 2,5 miliar tahun lalu, hampir semua kehidupan di bumi punah.

which barely spared the cyanobacteria.

Bakteri hijau-biru juga hampir punah.

Geologists call this the Great Oxygenation Event,

Ahli geologi menyebut peristiwa ini "Peristiwa Oksigenasi Besar."

or even the Oxygen Catastrophe.

Ada juga yang menyebut "Bencana Oksigen."

That wasn't the only problem.

Masalahnya tidak hanya itu.

Methane had been acting as a potent greenhouse gas that kept the Earth warm,

Metana adalah gas rumah kaca yang efektif dalam menghangatkan bumi.

but now, the extra oxygen reacted with methane to form carbon dioxide and water,

Tapi sisa oksigen bereaksi dengan metana untuk membentuk karbon dioksida dan air,

which don't trap as much heat.

yang tidak menyimpan panas sebaik metana.

The thinner atmospheric blanket

Lapisan atmosfer bumi menipis,

caused Earth's first, and possibly longest, ice age,

menyebabkan Zaman Es pertama dan mungkin terlama di bumi,

the Huronian Glaciation.

Zaman Es Huronian.

The planet was basically one giant snowball

Planet bumi menjadi bola salju raksasa.

for several hundred million years.

selama beberapa ratus juta tahun.

Eventually, life adjusted.

Lambat laun kehidupan beradaptasi.

Aerobic organisms, which can use oxygen for energy,

Muncul organisme aerobic yang menggunakan oksigen sebagai energi.

started sopping up some of the excess gas in the atmosphere.

Mereka mulai menyerap sisa gas oksigen di atmosfer.

The oxygen concentration rose and fell

Konsentrasi oksigen naik dan turun

until eventually it reached the approximate 21% we have today.

hingga akhirnya mencapai 21% seperti sekarang.

And being able to use the chemical energy in oxygen

Kemampuan menggunakan energi kimia dari oksigen

gave organisms the boost they needed to diversify

memberikan organisme dorongan untuk mengembangkan variasi

and evolve more complex forms.

dan membentuk makhluk hidup yang lebih kompleks.

Cyanobacteria had a part to play in that story, too.

Bakteri hijau-biru juga ikut berperan.

Hundreds of millions of years ago,

Ratusan juta tahun lalu,

some other prehistoric microbe swallowed a cyanobacterium whole

mikroba prasejarah lain menelan bakteri hijau-biru.

in a process called endosymbiosis.

Proses ini disebut endosimbiosis.

In doing so, that microbe acquired its own internal photosynthesis factory.

Dengan demikian, mikroba tersebut mendapat pabrik fotosintesis internal.

This was the ancestor of plant cells.

Mikroba inilah nenek moyang dari sel tumbuhan.

And cyanobacteria became chloroplasts,

Bakteri hijau-biru menjadi kloroplas,

the organelles that carry out photosynthesis today.

organel yang melakukan fotosintesis.

Cyanobacteria are still around in almost every environment on Earth:

Bakteri hijau-biru masih ada di hampir semua lingkungan di bumi:

oceans,

lautan,

fresh water,

air tawar,

soil,

tanah,

antarctic rocks,

bebatuan Antartika,

sloth fur.

bulu kungkang.

They still pump oxygen into the atmosphere,

Mereka masih melepas oksigen ke atmosfer,

and they also pull nitrogen out to fertilize the plants they helped create.

mereka juga menyerap nitrogen dari udara untuk menyuburkan tanaman.

We wouldn't recognize life on Earth without them.

Kehidupan di bumi tak akan ada tanpanya.

But also thanks to them,

Tapi karena mereka juga,

we almost didn't have life on Earth at all.

segala bentuk kehidupan hampir musnah dari bumi.