Stories of Photographing Monumental People (from Michelle Obama to Stephen Hawking) | Platon | TED

Translator: Abdee Wahab Reviewer: Maria Nainggolan

So here we are, together.

Jadi di sinilah kita, bersama.

But we're in a technological trance.

Tapi kita berada dalam trans teknologi.

Here we are together, but we're divided by tribalism.

Di sinilah kita, tapi kita terbagi oleh suku

Here we are together, but we're distracted by mass myths.

Di sinilah kita bersama-sama, tapi kita terganggu oleh mitos massa.

We've been separated by walls,

Kita dipisahkan oleh tembok,

windows, computer screens, borders.

jendela, layar komputer, batas.

But we're united in our hearts.

Tapi kita bersatu di hati kita.

Oh, we've argued and quarreled in the past.

Oh, kita pernah berdebat dan bertengkar di masa lalu.

But now we know we've got a common bond.

Tapi sekarang kita tahu, kita punya ikatan yang sama.

Humanity.

Kemanusiaan.

So why are we all here?

Jadi kenapa kita semua ada di sini?

Mungkin kita sedang mencari kunci.

Maybe we're all looking for a key.

A key to unlock this political, economic, social, cultural paralysis.

Kunci untuk membuka kelumpuhan politik, ekonomi, sosial, budaya ini.

Maybe the answer is in a little word: empathy.

Mungkin jawabannya ada pada satu kata kecil:

empati.

Empati bukan hanya berjalan menggunakan sepatu seseorang

Empathy is not just walking in someone's shoes or feeling someone's pain.

atau merasakan kepedihan orang lain.

Empathy is the secret ingredient

Empati adalah resep rahasia

for finding a human connection.

untuk menemukan hubungan antar manusia.

So I want you to open up your hearts and open up your minds,

Jadi saya ingin Anda membuka hati, dan membuka pikiran Anda,

because in times of confusion,

karena di masa-masa membingungkan ini,

we must not lose our capacity to dare to be kind to each other.

Kita tidak boleh kehilangan kapasitas kita untuk berani berbuat baik satu sama lain

Some years ago,

Beberapa tahun lalu,

I had the great privilege to be invited to the White House

Saya mendapatkan kesempatan besar dengan diundang ke White House

to do this.

untuk melakukan ini.

Now this has got nothing to do with politics.

Ini tak ada hubungannya dengan politik.

This is a cultural moment in American history.

Ini adalah momentum kebudayaan dalam sejarah Amerika.

This is Michelle Obama's first portrait as First Lady.

Ini adalah potret pertama Michelle Obama sebagai Ibu Negara.

(Applause)

(Tepuk tangan)

So on this day, I was nervous.

Jadi pada hari itu, saya merasa gugup.

And when I'm nervous, I get socially clumsy.

Dan ketika saya gugup, saya menjadi canggung

Know what I mean?

Tahu maksud saya?

(Laughter)

(Tertawa)

So I picked up my camera, focused on her eyelash,

Jadi saya mengarahkan kamera saya, fokus ke bulu matanya,

and in my clumsiness I shouted out,

dan dalam kecanggungan saya, saya berteriak,

"Right, my love, I want your soul.

“Baiklah, sayang, aku ingin jiwamu.

Give it to me."

Berikan padaku.”

(Laughter)

(Tertawa)

Silence in the room.

Ruangan hening.

(Laughter)

(Tertawa)

I'm sure the hairdresser almost dropped the hairspray in shock.

Saya yakin penata rambut itu hampir menjatuhkan semprotnya karena kaget

And as I took this picture,

Dan ketika saya mengambil gambar ini,

this devastating look came over her face.

tatapan yang menghancurkan ini muncul dari wajahnya

The eyebrow raises as if to say,

Alisnya terangkat seolah berkata,

"How dare you?

“Beraninya kamu?

But I quite like it at the same time."

Tapi aku cukup menyukainya di waktu yang sama.”

(Laughter)

(Tertawa)

So then I realize what I just said.

Kemudian saya menyadari apa yang baru saja saya katakan.

And I said, "My goodness me, I'm an Englishman.

Dan saya bilang, “Ya ampun, saya orang Inggris.

And in England we invented being polite.

Dan di Inggris kami bersikap sopan.

I think Canadians and Americans do it better now, but we invented it.

Saya pikir orang Kanada dan Amerika jauh lebih sopan.

Dan di sinilah saya, di White House,

And here I am in the White House,

calling you ‘my love’ and demanding your soul.

memanggil Anda ‘sayangku’ dan meminta jiwa Anda.

Please forgive my atrocities."

Mohon maafkan ketidaksopanan saya.

She stands up, gives me a hug and whispers in my ear,

Dia berdiri, memeluk saya dan berbisik di telinga saya,

"Platon, when all is said and done, I'm just Michelle."

“Platon, ketika semua sudah terucap dan selesai, aku hanyalah Michelle.”

This is Pussy Riot.

Ini Pussy Riot.

You probably know them as the hardcore feminist punk rock group

Anda mungkin mengenal mereka sebagai grup punk rock feminis garis keras

who spoke truth to power against Putin's excessive nationalism.

yang bicara kebenaran kepada kekuasaan melawan nasionalisme berlebihan Putin.

And consequently,

Dan akibatnya,

they were sent to a Siberian prison for two years.

mereka dikirim ke penjara Siberia selama dua tahun.

But what happens if we remove those colorful, aggressive masks?

Tapi apa jadinya kalau kita lepaskan topeng berwarna dan agresif itu?

You see something different.

Anda akan melihat sesuatu yang berbeda.

This is Nadia and Masha

Ini adalah Nadia dan Masha.

photographed after they were released from prison.

difoto setelah mereka dibebaskan dari penjara

Look at their faces, you can see the vulnerability on their faces.

Lihat wajah mereka, Anda akan melihat kerentanan di wajah mereka

You can see that they've paid a heavy price

Anda akan tahu bahwa mereka membayar harga yang mahal

for their support of LGBTQ rights

atas dukungan mereka pada hak LGBTQ

and women's rights in Russia.

dan hak-hak perempuan di Rusia.

Now during their trial in the courtroom, before jail,

Selama persidangan mereka di ruang sidang, sebelum dipenjara,

they were kept in a big cage as if they're wild animals.

mereka dikurung dalam sangkar yang besar seolah mereka adalah binatang liar.

Nadia, the woman with dark hair, the co-founder of Pussy Riot,

Nadia, perempuan dengan rambut hitam itu, co-founder Pussy Riot,

she was constantly scribbling handwritten notes on a scrappy piece of paper.

dia terus-menerus mencatat di secarik kertas.

Eventually, the judge said to her,

Akhirnya, hakim berkata kepadanya,

“Saya ingin Anda berdiri dan menyampaikan penyataan penutup

"I want you to stand up and make your closing statement

before I sentence you."

sebelum saya menghukum Anda.”

I'm sure Nadia must have known she's about to go to jail.

Saya yakin Nadia sudah tahu dia akan pergi ke penjara.

Meski begitu, dia berdiri.

Nevertheless, she stood up.

Nervously clutching her piece of paper,

Dengan gugup menggenggam secarik kertasnya

took a deep breath and read out from her notes.

menarik nafas dalam-dalam dan membaca catatannya.

And what she said to the judge and to the world, I believe,

Dan apa yang dia katakan kepada hakim dan kepada dunia, saya percaya,

will go down as one of our generation's greatest speeches.

akan termasuk sebagai salah satu pidato terbesar generasi kita.

She said,

Dia berkata,

"I wouldn't give people labels.

“Saya tidak akan memberi orang label.

There are no winners or losers here,

Tak ada pemenang dan pecundang di sini,

injured parties or accused.

pihak yang dirugikan atau terdakwa,

We just need to make contact,

Kita hanya perlu melakukan hubungan

to establish a dialogue and a joint search for truth,

untuk membangun dialog dan bersama mencari kebenaran,

to seek wisdom together, to be philosophers together,

untuk menemukan kebijaksanaan sama-sama, untuk menjadi filsuf bersama-sama,

rather than stigmatizing and labeling people.

ketimbang mencap dan melabeli orang.

That is one of the worst things people could do."

Itu adalah hal paling buruk yang bisa manusia lakukan.”

Saya percaya Nadia berpikir bahwa itu satu hal terburuk yang bisa kita lakukan

I believe Nadia thinks one of the worst things we could do

is to judge each other.

adalah menghakimi satu sama lain.

Maybe we need to be less judgmental

Mungkin kita perlu kurangi menghakimi

and more curious.

dan memperbesar rasa ingin tahu.

When you look at one of my pictures,

Ketika Anda melihat salah satu gambar saya

you might find yourself making judgments about that person.

Anda mungkin akan menemukan diri Anda sedang menilai orang tersebut.

So what happens if I strip away your capacity to make those judgments?

Lalu apa jadinya jika saya menghilangkan kapasitas Anda membuat penilaian itu?

Saya mengeluarkan 95 persen dari gambar,

I take away 95 percent of the picture,

and I leave you with just five percent that you can't recognize.

dan saya sisakan Anda lima persen yang tidak bisa Anda kenali.

But maybe it's the most important part.

Tapi mungkin itulah bagian terpentingnya.

The window to someone's character.

Jendela menuju karakter seseorang.

The eye.

Mata.

Whose eye is this?

Mata siapa ini?

Always watching us.

Selalu memperhatikan kita.

Apakah ia seseorang yang Anda cintai?

Is it someone you love?

Is it someone you hate?

Apakah ia seseorang Anda benci?

It belongs to this man.

Mata itu milik pria ini.

This man.

Pria ini.

At this moment,

Pada momen ini,

Saya ingin memberi penghormatan kepada semua yang gagah, berani,

I would like to pay tribute to all the courageous, brave,

resilient heroes

pahlawan yang tangguh

who fight against oppression,

yang berjuang melawan penindasan,

who fight for human rights,

yang berjuang untuk hak asasi manusia,

dignity, freedom and justice around the world.

martabat, kemerdekaan dan keadilan di seluruh dunia

Let's give them a round of applause.

Mari beri mereka tepuk tangan.

Come on.

Ayo.

(Applause)

(Tepuk tangan)

So I was driven through the streets of Moscow,

Jadi saya diantar melintasi jalan-jalan di Moskow,

past the gates of the Kremlin,

melewati pagar Kremlin,

and we continued out of the streets of Moscow

dan kami kemudian keluar dari jalanan Moskow

into a dark, bleak, Gothic forest.

memasuki hutan Gotik yang gelap dan suram.

We arrived at one of the most sinister buildings I've ever seen in my life.

Kami tiba di salah satu bangunan paling menyeramkan

yang pernah saya lihat dalam hidup saya.

His private residence, his private dacha.

Kediaman pribadinya, rumah pribadinya.

And it was surrounded by a two-story high security wall

Dan itu dikelilingi dengan tembok keamanan tinggi dua lantai

with snipers all the way along the top.

dengan penembak jitu di sepanjang bagian atasnya

As I get out of the limo,

Begitu saya keluar dari mobil,

I'm escorted into the building at gunpoint.

Saya dikawal memasuki gedung dengan todongan senjata.

I'm led into a room.

Saya dituntun ke sebuah ruangan.

I waited, and he comes in with a giant entourage.

Saya menunggu, dan dia datang dengan rombongan raksasa.

And I said, "Mr. President,

Dan saya bilang “Pak Presiden,

before I capture this moment of history on film,

sebelum saya mengabadikan momen sejarah ini dalam film,

I've got a question I'd like to ask you."

saya punya pertanyaan untuk Anda.”

I said, "I was brought up by my mom and dad

Saya bilang, “Saya dibesarkan oleh Ibu dan Ayah

listening to the music of The Beatles.

yang mendengarkan musik The Beatles.

I want to know if you ever listened to The Beatles.”

Saya ingin tahu apakah Anda pernah mendengarkan The Beatles.”

Dua penerjemahnya berbisik di telinganya.

His two translators whisper in his ear.

There's some confusing looks amongst the entourage,

Ada tatapan membingungkan di antara raksasa itu,

and then his mood drops.

dan kemudian suasana hatinya turun.

Dan dengan berbahasa Rusia, dia memerintahkan dua penerjemah itu

And in Russian, he orders the two translators

and all his political advisers out of the room, immediately.

dan semua penasihat politik keluar dari ruangan, secepatnya.

The bodyguards stay.

Para pengawal tetap tinggal.

And then Putin turns to me

Dan kemudian Putin berbalik pada saya

and in perfect English, he says,

dan dalam Bahasa Inggris sempurna, dia bilang,

“I love The Beatles.”

“Saya suka The Beatles.”

(Laughter)

Saya bilang, “Saya tidak tahu Anda bisa bahasa Inggris.”

I said, "I didn't know you spoke English."

He said, "I speak perfect English."

Dia bilang, “Bahasa Inggris saya sempurna”

I said, "In that case, who's your favorite Beatle?"

Saya bilang, “Lalu, siapa Beatle favorit Anda?”

He said, "Paul."

Dia bilang, “Paul.”

I said, "What's your favorite song?

Saya bilang, “Apa lagu kesukaan Anda?”

Is it 'Back in the USSR?'"

Apakah ‘Back in the USSR?’”

(Laughter)

(Tertawa)

Yeah, he didn't like that very much.

Yah, dia tidak begitu menyukainya.

And then he said, "No.

Dan dia bilang, “Bukan.

My favorite song is ‘Yesterday.’

Lagu favorit saya ‘Yesterday.’

Think about it."

Pikirkan itu.”

And I thought about it.

Dan saya memikirkan itu.

And I realized I'm being sent a subliminal message

Dan saya menyadari bahwa saya sedang dikirimi pesan bawah sadar

about the old days of power and authority of the Soviet Union

tentang kekuatan dan kekuasaan Uni Soviet di masa lalu

through a Paul McCartney song.

melalui lagu Paul McCartney.

Now, that human connection I had with him allowed me in,

Sekarang, hubungan manusia yang saya punya dengan dia memungkinkan saya masuk,

and I ended up about an inch and a half away from his nose as I took this picture.

dan saya akhiri dengan berada satu setengah inci di depan hidungnya

ketika mengambil gambar ini.

I could feel his cold breath on my hand as I focused the lens,

Saya bisa merasakan nafas dinginnya di tangan saya ketika memfokuskan lensa,

and that's how I got the truth.

dan begitulah saya dapatkan kebenarannya.

The truth is that this is the cold face of power and authority in Russia.

Kebenarannya adalah inilah wajah dingin kekuatan dan kekuasaan di Rusia.

Dan kemudian ia menunjukkan kekuatan pada saya di kursinya.

And then he performs power for me in his chair.

Now the LGBTQ community and the human rights community in Russia,

Sekarang komunitas LGBTQ dan komunitas hak asasi manusia di Rusia,

many of their members have adopted my pictures of Putin,

kebanyakan anggota mereka mengadopsi foto saya tentang Putin,

and they used them as a banner

dan menggunankannya sebagai spanduk

to show everything that they believe is wrong with power in their country.

untuk menunjukkan bahwa segala yang mereka yakini salah dengan kekuasaan di negaranya

I've been told recently

Saya baru-baru ini diberitahu

that anyone in Russia who is caught circulating my pictures online

bahwa siapa pun di Rusia yang tertangkap menyebarkan foto saya secara online

in connection with human rights violations

yang berhubungan dengan kekerasan HAM

will be arrested

akan ditangkap

and they will go to jail immediately.

dan mereka akan segera ke penjara.

Mata siapa ini?

Whose eye is this?

Someone you love?

Seseorang yang Anda cintai?

Someone you hate?

Seseorang yang Anda benci?

It belongs to a man who was prepared to go to jail for his beliefs.

Mata ini milik pria yang siap masuk ke penjara karena keyakinannya.

The late, great Muhammad Ali.

Mendiang, Muhammad Ali yang agung.

I said to him, "Muhammad, you are the greatest.

Saya bilang padanya, “Muhammad, Anda adalah yang terhebat.

Teach me to be great.

Ajari saya menjadi hebat.

How can my generation be as great

Bagaimana bisa generasi saya jadi sehebat

as your generation had to be during the civil rights era?"

generasi Anda selama era hak-hak sipil?”

He couldn't speak very well because of Parkinson's.

Dia tidak bisa bicara baik karena Parkinson yang ia derita.

So I had to get close, and he whispered,

Jadi saya harus mendekat, dan dia berbisik

"I have a confession to make."

“Saya punya pengakuan.”

"What is it?" I said.

“Apa itu?” kata saya.

He said, "I wasn't as great as I said I was."

Dia bilang, “Saya tidak sehebat yang pernah saya katakan.”

(Laughter)

(Tertawa)

"Holy shit," I said.

“Sial,” kata saya.

(Laughter)

(Tertawa)

"That's the biggest confession I ever heard in my life.

“Itu pengakuan terbesar yang saya dengar dalam hidup saya.”

The whole world knows you as Ali, the greatest."

Seluruh dunia tahu bahwa Anda adalah Ali, yang terhebat.

And then he said,

Dan kemudian dia bilang,

"I think you misunderstand me.

“Saya pikir kamu salah paham.

I'll tell you what was great," he said.

Saya akan beritahu kamu siapa yang terhebat,” katanya.

"It wasn't me.

“Bukan saya.

It was the people, saw themselves in my struggle,

Tapi adalah orang-orang, yang melihat diri mereka dalam perjuangan saya,

in my story."

dalam kisah saya.”

And then he turned it to me,

Dan kemudian dia membalikkan kepada saya,

And now I've got the great honor to turn it to you.

dan sekarang saya punya kehormatan untuk mengembalikannya pada Anda.

And he said,

Dan dia bilang,

"If you can get people to see themselves in the story that you put forward,

“Jika Anda bisa membuat orang-orang melihat diri mereka di dalam kisahmu,

berarti kamu punya kesempatan untuk mencapai keagungan.

then you have a chance of achieving greatness.

But that greatness is never you personally.

Tapi keagungan bukan hal yang personal

That's something much bigger, called bridge building."

Ia sesuatu yang lebih besar, disebut membangun jembatan.”

A light bulb went off in my brain, so I took this picture.

Bola lampu mati di otak saya, jadi saya mengambil gambar ini.

My last ever portrait of Muhammad Ali.

Foto terakhir saya untuk Muhammad Ali.

Not as a prizefighter or a champion,

Bukan sebagai petarung atau juara,

but as a compassionate bridge builder,

tapi sebagai penghubung penuh kasih

thinking of the underdog.

yang memikirkan mereka yang tertindas.

Whose eye is this?

Mata siapa ini?

Someone you love, someone you hate?

Seseorang yang Anda cintai? Seseorang yang Anda benci?

A different type of underdog.

Jenis rendahan yang berbeda.

Belongs to this man.

Milik pria ini.

So I said to him, "Donald,

Jadi saya bilang padanya, “Donald,

"Let's be human with each other just for a few minutes.

Mari jadi manusia satu sama lain untuk beberapa menit saja.

Kami semua mengikuti karir Anda,” kata saya.

We've all followed your career," I said.

"No one can doubt, it's an extraordinary career path you've had.

“Tidak ada yang bisa meragukan, itu karir luar biasa yang Anda miliki.

But there's always something about you.

Tapi selalu ada sesuatu tentang Anda.

Selalu ada suasana tegang dan kontroversi

There's always an air of tension and controversy

about things you say and do in public.

tentang hal-hal yang Anda katakan dan lakukan di depan umum.

And I'm sure that's intentional on your part.

Dan saya yakin itu adalah bagian yang Anda sengaja.

Tapi bagi saya rasanya seolah-olah Anda sedang berada di tengah badai emosional.

But it feels to me as if you're in the middle of an emotional storm.

Personally, I couldn't live with that anxiety all the time.

Saya pribadi, tidak bisa hidup dengan kecemasan seperti itu sepanjang waktu.

I want to know how you weather the storm."

Saya ingin tahu bagaimana Anda menghadapi badai.”

He calmly looks at me and he says,

Dia dengan tenang menatap saya dan bilang,

"I am the storm."

“Sayalah badainya.”

(Audience murmurs)

(Penonton berguman)

The eyes are always watching us.

Mata itu selalu memperhatikan kita.

But how do we use our eyes?

Tapi bagaimana kita menggunakan mata kita?

Do we look?

Apa kita melihat?

Or do we see?

Atau apakah kita memandang?

When you look at this picture,

Ketika Anda melihat gambar ini,

you might find yourself thinking about the politics of war.

Anda mungkin menemukan diri Anda sedang memikirkan tentang politik perang.

But when you see the person in this picture,

Tapi ketika Anda memandangi orang dalam gambar ini,

you get to know Jessica.

Anda mengenali Jessica.

Jessica holds a flag they draped over her husband's coffin,

Jessica memegang bendera yang mereka sampirkan di peti mati suaminya,

who had recently been killed fighting in Iraq for America.

yang baru-baru ini terbunuh pada pertempuran di Iraq untuk Amerika.

I took this picture in her home.

Saya mengambil gambar ini di rumahnya.

Now she has his wedding ring around her neck on a chain.

Sekarang dia punya cincin kawin dan rantai di lehernya.

When you're killed in combat,

Ketika Anda terbunuh dalam pertempuran

the US military sends your clothes and personal belongings

Militer AS mengirimi pakaian dan barang pribadi Anda

back to the family in a big box.

kembali ke keluarga Anda dalam kotak besar

Jessica had recently received the box

Jessica baru saja menerima kotak itu

but had not yet had the courage to open it.

tapi belum punya keberanian untuk membukanya.

There it lay, closed, at the base of her bed, in her bedroom.

Kotak itu tergeletak, di bawah kasurnya, di kamarnya.

Saya bilang, “Jessica mungkin Anda baiknya memakai salah satu kaos tentaranya

I said to her, "Jessica, maybe you should wear one of his army T-shirts

as a tribute to him in the picture."

sebagai penghormatan untuknya pada gambar ini.

She said, "I would.

Dia bilang, “Saya ingin.

But all his T-shirts are in the box.

Tapi semua kaosnya ada di dalam kotak.

Maybe now," she said,

Mungkin sekarang,” katanya,

"it's time for me to face that emotion."

“Saatnya bagi saya menghadapi emosi itu.”

Jadi kami berdua jalan masuk ke kamarnya.

So we both walked into her bedroom.

We both knelt at the base of her bed,

Kami berdua berlutut bawah tempat tidurnya

and we undid a latch each of the box and lifted the lid.

dan kami membuka kunci setiap kotak dan mengangkat tutupnya.

dan tangisnya meledak.

And she burst into tears.

And I felt ashamed of myself.

Dan saya merasa malu pada diri sendiri.

For the first time in my life,

Untuk pertama kalinya dalam hidup saya,

I had put a photograph above the well-being of a person.

saya menempatkan foto di atas kebahagiaan orang.

Begitu saya meminta maaf, dia bilang,

As I apologized, she said,

"You don't understand why I'm crying.

“Kamu tidak mengerti kenapa saya menangis.

I'm crying," she said,

Saya menangis,” katanya,

“because I just realized they washed his clothes,

“karena saya menyadari mereka telah mencuci bajunya,

and I wanted to smell him again."

dan saya ingin mencium baunya lagi.”

Did you feel that?

Apakah Anda merasakan itu?

Did you feel that?

Apakah Anda merasakan itu?

If you felt that ...

Jika Anda merasakannya ...

then something beautiful just happened.

berarti sesuatu yang indah baru saja terjadi.

We all came into this room defined by our differences.

Kita semua memasuki ruangan ini ditentukan oleh perbedaan kita.

Men, women, old, young, Black, white.

Lelaki, perempuan, tua, muda, hitam, putih

Dare I say, members of the Left.

Saya berani katakan, anggota Kiri.

Saya berani katakan, anggota Kanan.

Dare I say, members of the Right.

Different genders,

Gender yang berbeda,

different religious groups, cultures.

kelompok agama yang berbeda, budaya.

But we all felt that together.

Tapi kita semua sama-sama merasakannya.

What we felt is compassion.

Apa yang kita rasakan adalah kasih sayang.

Compassion for someone you've never even met.

Kasih sayang pada seseorang yang bahkan tidak pernah Anda temui.

That's the power of human connection.

Itulah kekuatan hubungan manusia.

And that's why we will not go down

Dan itu sebabnya kita tidak akan menyerah

as the generation of connectivity that disconnected itself, no.

sebagai generasi terhubung yang terputus sendiri, tidak.

I think we're going to rise up.

Saya pikir kita akan bangkit.

I think we're going to rekindle the spirit of optimism.

Saya pikir kita akan menyalakan kembali semangat optimisme.

It seems to me they underestimated the resilience of humanity.

Bagi saya tampaknya mereka meremehkan ketahanan kemanusiaan.

Whose eye is this?

Mata siapa ini?

Someone you love?

Seseorang yang Anda cintai?

Someone you hate?

Seseorang yang Anda benci?

It belongs to a man who was robbed of the power of human connection.

Mata itu milik seorang pria yang dirampok dari kekuatan hubungan manusia.

Professor Stephen Hawking.

Professor Stephen Hawking.

Now, he was very ill when I took this picture.

Dia begitu sakit ketika saya mengambil gambarnya.

In fact, his whole body had essentially shut down.

Faktanya, seluruh tubuhnya tidak berfungsi

Hanya ada satu otot yang bisa ia gerakkan,

There was only one muscle he could still work,

and that was underneath his eye.

dan itu ada di balik matanya.

His team of scientists placed a sensor at the base of his glasses.

Tim ilmuwannya menempatkan sensor di dasar kacamatanya.

You can see it here.

Anda bisa melihatnya di sini.

And that sensor picks up movement of that muscle.

Dan sensor itu menangkap gerakan otot itu.

And with that muscle,

Dan dengan otot itu,

he moves a cursor over each letter of the alphabet

dia menggerakkan kursor ke setiap huruf abjad

on his laptop screen.

pada layar laptopnya.

He chooses a letter, builds a word,

Dia memilih huruf, membangun kata,

constructs a paragraph,

menyusun paragraf,

and that's how he communicated those epic statements about space,

dan begitulah bagaimana dia menyampaikan pernyataan epik itu mengenai ruang,

time and humanity to us.

waktu dan kemanusiaan kepada kita.

At the end of the session, I said to him,

Dan pada akhir sesi, saya bilang padanya,

"Professor, what an honor it is for me to photograph you.

“Professor, sebuah kehormatan bagi saya dapat memotret Anda.

And I've seen how hard it is for you to even communicate.

Dan saya lihat betapa sulit bagi Anda untuk berkomunikasi.

But I'm going to ask for a big favor."

Tapi saya ingin meminta satu hal besar.”

I said, "I want one word of wisdom from you.

Saya bilang, “Saya ingin meminta satu kata kebijaksanaan dari Anda.

One word from you,

Satu kata dari Anda,

it's going to be worth a million words from anyone else."

itu akan bernilai sejuta kata dari orang lain.”

We all waited.

Kami semua menunggu.

His nurse was a little concerned.

Perawatnya sedikit khawatir.

Saya pernah mendengar kalau otot itu pernah gagal,

I had heard that that muscle was failing,

and most of the things he typed around this time

dan sebagian besar hal yang dia ketik kali ini

didn't mean anything.

tidak akan berarti apa-apa.

Suddenly we heard, beep,

Tiba-tiba kami mendengar, beep,

beep ... beep, beep, beep.

beep ... beep, beep, beep.

He was typing.

Dia sedang mengetik.

We all leaned in to the laptop screen to see where the cursor is going to go,

Kami semua memperhatikan layar laptop untuk melihat ke mana kursornya diarahkan,

and he went all the way to the letter W.

dan kami semua tertuju pada huruf W.

And he starts the next letter,

Dan dia mulai pada huruf selanjutnya,

beep, beep, beep, beep, beep.

beep, beep, beep, beep, beep.

All the way to the letter O.

Semuanya melihat pada huruf O.

And then the final letter.

Dan kemudian huruf yang terakhir.

Beep, beep, beep, beep, beep, beep.

Beep, beep, beep, beep, beep, beep.

All the way back to the letter W.

Semuanya kembali ke huruf W.

Someone on the team said, "W-O-W what does that stand for?

Seseorang di dalam tim berkata, “W-O-W, apa artinya itu?

That's nonsense, it's a mistake."

Tidak masuk akal, itu kesalahan.”

And I said, "Hold on a minute.

Dan saya bilang, “Tunggu sebentar.

That's not a mistake.

Itu bukan kesalahan.

He just typed the word, ‘Wow.’

Dia baru saja mengetik kata ‘Wow.’

He just gave me a word my kids would use about the beauty and majesty of life.

Dia baru saja memberikan kata yang akan anak saya gunakan

untuk mengungkapkan keindahan dan kegungan hidup.

And isn't it amazing how the man who faces so much adversity

Dan bukankah menakjubkan, bagaimana orang yang menghadapi banyak kesulitan

still looks at the world through the eyes of wonder?"

masih melihat dunia melalui mata kagum?”

His nurse said, "He's exhausted.

Perawatnya bilang, “Dia lelah.

Let's give his eyes a rest.

Biarkan matanya beristirahat.

Let's take off his sensor,

Lepaskan sensor ini,

take off his glasses and replace them with his dark sunglasses."

lepaskan kacamatanya dan ganti dengan kacamata gelap.”

And then I saw it.

Dan kemudian saya melihat itu.

A vision of a bad-ass rock star of hope.

Masa depan bintang rock harapan.

And I took this picture.

Dan saya mengambil gambar ini.

This is my fitting tribute to a legend of our time,

Ini adalah penghargaan saya kepada legenda di zaman kita,

a man who believed that connection equals compassion.

orang yang percaya bahwa hubungan sama dengan kasih sayang.

So I'm not going to leave you with an answer.

Jadi saya tidak akan meninggalkan Anda dengan sebuah jawaban.

Saya akan menyisakan pertanyaan untuk Anda.

I'm going to leave you with a question.

Are we to be bystanders,

Apakah kita hanya menjadi pengamat,

like moths dancing around somebody else’s flame?

seperti ngengat yang menari di sekitar nyala api orang lain?

Or are we to be upstanders,

Atau apakah kita akan menjadi penggerak,

dan kita menerangi kegelapan diri kita dengan senter kasih sayang kita.

and we light darkness ourselves with our own torch of compassion?

Because when there is light,

Karena ketika ada cahaya,

we see each other not as strangers,

kita melihat satu sama lain bukan sebagai orang asing

not as opponents

bukan sebagai lawan

but as creative partners.

tapi sebagai rekan kreatif.

And then together, we rebuild this troubled world.

Dan kemudian bersama, kita membangun kembali dunia yang bermasalah ini.

Together, we reconnect.

Bersama, kita terhubung kembali.

Together, we earn the respect of history

Bersama, kita menghargai sejarah.

and transform this chaos into a beautiful cosmos.

dan mengubah kekacauan menjadi dunia yang indah.

Thank you for listening to me.

Terima kasih sudah mendengarkan saya.

(Applause)

(Tepuk tangan)