Dominic Price: What's your happiness score? | TED

Transcriber:

Translator: raajwa kamila Reviewer: Maria Nainggolan

Hello, my name is Dom Price and I'm a work futurist,

Halo, nama saya Dom Price dan saya adalah pekerja futuris,

which is a made-up job that no one's called me out on yet,

pekerjaan yang dibuat-buat dan belum pernah dipanggil,

but it's got me here on this stage today.

tetapi di sinilah saya.

My job's all about predicting the future,

Pekerjaan saya adalah memprediksi masa depan,

the future of work, society,

masa depan pekerjaan, masyarakat,

the economy and education.

ekonomi dan pendidikan.

Which, surely you can imagine this year of all the years,

Bisa Anda bayangkan tahun ini, dari sepanjang tahun,

it's been pretty fascinating.

menjadi cukup menarik.

Now, there's a huge amount of self-help literature out there

Sekarang, terdapat banyak literatur mengenai pertolongan diri

that will help you be happier over time.

yang akan membantu Anda lebih bahagia.

But today, I want to talk to you specifically

Sekarang saya ingin katakan secara spesifik

about being happy in a year like 2020.

cara bahagia di tahun seperti tahun 2020.

It's a year like no other.

Tahun itu seperti istimewa.

It's a year when many of us haven't felt of much happiness

Membuat banyak dari kita belum merasakan cukup kebahagiaan

or our happy days have been reduced to happy minutes and moments.

atau hari bahagia kita telah berkurang ke menit dan momen bahagia.

And the uncertainty of the future

Dan ketidakpastian masa depan

has quite rightly weighed heavily on our minds.

telah membebani pikiran kita.

But to talk to you about a year like 2020,

Namun membicarakan tentang tahun 2020

and to talk about how shit it's been,

dan betapa menyebalkannya tahun itu,

first of all, I have to tell you how shit my year has been.

pertama, saya ingin cerita betapa mengesalkannya tahun saya.

You see, my sister is my best friend,

Anda tahu, saudari saya adalah sahabat saya

and a few years ago I got the call that no brother wants to get.

dan beberapa tahun lalu saya mendapat telepon yang tidak diinginkan.

Trudy had been diagnosed with stage IV breast cancer,

Trudy didiagnosa kanker payudara stadium IV

and given that she lived a 24-hour flight away in Manchester, England,

dan ia diberi penerbangan 24 jam di Manchester, Inggris

as a single mother of two boys,

sebagai janda dua anak,

I'm sure you can imagine how I felt.

saya yakin Anda tahu apa yang saya rasa.

But she's stubborn as an ox.

Tapi ia keras kepala seperti lembu.

And six years later, at the start of 2020, she was still with us.

Enam tahun kemudian, awal 2020, ia masih bersama kami.

Then February rolled in.

Masuklah bulan Februari.

I got another call.

Saya mendapat panggilan lain.

This time it was my doctor telling me that I had early-stage bowel cancer.

Kali ini dokter saya yang mengatakan saya memiliki kanker usus stadium pertama.

A week later, I had a subtotal colectomy and I had my colon removed.

Seminggu kemudian saya melakukan kolektomi subtotal dan pengangkatan usus besar.

Strangely, the same day my sister went to see her specialist in the UK,

Anehnya, di hari yang sama, saudari saya mengunjungi dokter spesialisnya di Inggris

who confirmed that they were ceasing all treatment.

yang mengonfirmasi bahwa mereka menghentikan pengobatannya.

She had a matter of months left to live.

Saudari saya memiliki waktu berharga untuk hidup.

Now, post-surgery,

Sekarang, pasca operasi,

I wasn't officially allowed to travel due to COVID travel restrictions,

saya tidak diizinkan untuk bepergian karena pembatasan bepergian saat COVID,

but I managed to get an exemption from the government

namun saya berhasil mendapat izin dari pemerintah

and I was on one of very few flights out to Manchester in April

untuk berada pada satu-satunya penerbangan menuju Manchester pada April lalu

to look after my sister and her two boys.

untuk menjenguk saudari saya dan anak-anaknya.

A few weeks later, on Tuesday, May 19,

Beberapa minggu kemudian, pada hari Selasa 19 Mei,

Trudy collapsed suddenly at home.

Trudy tiba-tiba pingsan di rumah.

Despite trying CPR,

Alih-alih melakukan CPR,

she died in my arms before the ambulance arrived.

ia wafat di lengan saya sebelum ambulans datang.

She was 45.

Ia berusia 45 tahun.

After some very emotional goodbyes to family,

Setelah pamitan secara emosional dengan keluarga,

the only thing certain in my immediate future

satu hal pasti yang akan saya hadapi

was 14 days in quarantine.

adalah karantina 14 hari.

But before I got on that plane,

Sebelum saya menuju pesawat,

I gave my nephews an extra special uncle-Dom hug.

saya memberi pelukan spesial kepada keponakan saya.

And in those 14 days in quarantine,

Dan selama 14 hari karantina,

you're kind of left alone with your own thoughts.

saya merasa pergi bersama bayang-bayang.

And it got me thinking,

Itu membuat saya berpikir,

where does our happiness actually come from?

darimana sebenarnya kebahagiaan kita?

How can a year this shit make anyone happy?

Bagaimana bisa tahun menyebalkan ini membahagiakan orang-orang?

And the problem with those thoughts is when you've got 14 days,

Dan masalah dengan pemikiran tersebut adalah ketika sudah 14 hari,

you really do get to invest in them.

Anda harus melalui itu semua.

And it got me thinking, how can we find our happiness?

Dan saya berpikir, bagaimana kita menemukan kebahagiaan?

And as is with death, sometimes,

Seperti halnya dengan kematian, terkadang

I actually started thinking with renewed clarity about life

saya berpikir dengan jernih tentang hidup,

and work and COVID

kerja, dan COVID

and all the things that mattered.

serta semua hal yang berarti.

In Bronnie Ware's book "The Top Five Regrets of the Dying,"

Dalam buku Bronnie Ware “The Top Five Regrets of the Dying”

Bronnie will tell you the second-biggest regret

Bronnie mengatakan penyesalan terbesar kedua

is "I wish I hadn't spent so much time in the office."

adalah “Saya harap saya tidak menghabiskan waktu di kantor.”

But you don't need me to tell you that.

Tetapi saya tidak perlu mengatakannya.

You know what's important on your deathbed,

Anda tahu apa yang penting di akhir hidup Anda,

the love of friends and family,

cinta dari teman dan keluarga,

the legacy you're leaving behind,

peninggalan Anda,

knowing that you've done things that made you happy,

hal-hal yang telah membuat Anda bahagia,

knowing that you've done great things.

hal-hal luar biasa yang Anda lakukan.

And yet few of us can honestly say this is how we're living our lives today.

Beberapa dari kita bisa mengatakan inilah hidup saya sekarang.

Take work, for example.

Contohnya, bekerja.

Work today stems from the Industrial Revolution 300 years ago.

Pekerjaan sekarang berasal dari Revolusi Industri 300 tahun silam,

That's when we were the machines, we were the robots.

saat kita masih menjadi “mesin”, masih menjadi “robot”.

It was all about presenteeism.

“Bekerja walaupun sedang sakit”.

We worked on the production line.

Kita bekerja di lini produksi.

We were measured by speed and efficiency.

Kita diukur dari kecepatan dan kemampuan.

It was about how much work you could get done in one day.

Berapa banyak pekerjaan yang diselesaikan dalam sehari.

Let's be honest,

Jujur saja,

it was about making your boss richer.

itu membuat bos Anda semakin kaya.

And in that time, we had these measures of success,

Dan pada waktu itu, kita mengukur kesuksesan,

economic growth and productivity.

pertumbuhan ekonomi dan produktivitas.

We’re 300 years later, and it’s simply not working.

Ini sudah 300 tahun kemudian, dan itu tidak berfungsi.

Productivity growth has stagnated.

Pertumbuhan produktivitas telah berhenti.

Australia is one of the worst-performing countries

Australia adalah salah satu negara dengan performa terburuk

in terms of longer working hours.

dalam hal lamanya jam kerja.

And this idea of productivity

Produktivitas ini,

that governments and businesses speak about all the time,

yang pemerintah dan pebisnis bahas tiap waktu,

it measures 10 million dollars invested in a hospital,

bernilai 10 juta dolar yang diinvestasikan ke rumah sakit,

the same as 10 million dollars spent on a coal-fired power plant.

senilai dengan 10 juta dolar untuk pembangkit listrik tenaga batu bara.

And our most precious resource, the planet, is dying,

Sumber paling berharga kita, planet, mati

and we have no planet B.

dan kita tidak memiliki planet B.

So we're not happy at work.

Maka kita tidak bahagia saat bekerja.

And we're not productive.

Dan kita tidak produktif.

And oddly, in the time of the pandemic,

Uniknya, pandemi seperti ini,

when we're touting mental health and wellness and the importance of people,

ketika kita meramaikan kesehatan mental, kesejahteraan dan pentingnya masyarakat,

studies show we've actually extended the average working day by 40 minutes

studi menunjukkan kita telah memperpanjang rata-rata bekerja 40 menit

since March this year.

sejak Maret.

All in the pursuit of productivity.

Semua mengejar produktivitas.

And I think it's because we first thought that COVID was a fleeting moment.

Dan menurut saya itu karena kita berpikir bahwa COVID adalah untuk “kabur”.

You see, COVID is like a snowstorm.

COVID itu seperti badai salju.

After years of what seemed like endless sunshine outside,

Setelah bertahun-tahun terlihat seperti cerah yang tak berakhir,

we looked out and we saw snow.

kita mengecek dan melihat salju.

So we did the right thing.

Jadi kita benar.

We closed the windows and doors and we stayed inside.

Kita menutup jendela dan pintu, lalu berada di dalam.

But a few weeks later, we looked out and it was still snowing.

Beberapa minggu kemudian, kita mengecek dan ternyata masih salju.

And we're like, "Ah, it's not a snowstorm,

Dan kita berpikir, “Itu bukan badai salju,

it's winter."

itu musim dingin.”

So we did the right thing.

Jadi kita benar.

We went online, bought a new jumper jacket and a scarf.

Kita membeli jumper baru, jaket, dan syal secara daring.

But by the time they were delivered to our door,

Tetapi sebelum ke luar,

we realized it wasn't winter.

kita menyadari itu bukan musim dingin.

It was the ice age.

Itu zaman es.

What was the moment when you realized that this was the ice age?

Apa yang membuat Anda sadar bahwa itu adalah zaman es?

Think about it.

Pikirkan.

That moment when you sat there and thought,

Ketika Anda duduk dan berpikir,

"It's kind of not an eight-week thing anymore, this, is it?

“Ini bukan semacam hal untuk delapan minggu lagi, bukan?

It's been here for a while.

Ini sudah terjadi.

In fact, maybe it's here forever."

Mungkin ini akan ada selamanya.”

And how did that moment of realization make you feel about work,

Dan bagaimana kesadaran tersebut menyadarkan Anda tentang bekerja,

something that you spend about a third of your time doing, by the way?

suatu hal yang Anda habiskan sekitar sepertiga dari waktu Anda?

I can tell you how it made 5,000 people feel

Saya bisa ceritakan cara membuat 5.000 orang merasa

across Australia, the US, Japan, France and Germany

dari Australia, AS, Jepang, Prancis, dan Jerman

in a recent study commissioned by Atlassian.

dalam studi baru ini yang dikerjakan oleh Atlassian.

Despite the fact that people weren't commuting to work

Meskipun faktanya orang-orang tidak bekerja

and therefore saving that time,

dan karena untuk menghemat waktu,

nearly half of respondents said

hampir setengah responden mengatakan

they had less time for personal pursuits.

mereka memiliki waktu yang kurang untuk pengembangan diri.

Personal pursuits,

Pengembangan diri,

the things that actually make you happy.

hal yang sebenarnya membuat Anda bahagia.

And the number one complaint at this time?

Dan keluhan pertama saat ini?

Work-life balance.

Seimbangnya kehidupan kerja.

Me personally,

Saya pribadi,

I've put on five kilos since March.

saya telah bertambah lima kilo sejak Maret.

I'm drinking more and I'm sleeping less.

Saya banyak minum dan kurang tidur.

That's COVID's fault, right?

Itu salah COVID, bukan?

Or is it simply that I'm just not happy?

Atau sederhananya, apakah saya tidak bahagia?

That in my relentless pursuit of productivity,

Bahwa dalam pengejaran produktivitas tanpa henti,

I've lost sight of what's really important.

saya kehilangan apa yang sebenarnya sangat penting.

Now, we could spend the rest of this talk sharing stories about how unhappy we are,

Sekarang, mari berbagi cerita tentang betapa tidak bahagianya kita,

or we can actually flip the tables and talk about what we can do.

atau beralih sejenak dan ceritakan apa yang bisa kita lakukan.

I'm choosing to do the latter.

Saya memilih yang kedua.

I'd like you to close your eyes for a second.

Saya ingin Anda menutup mata sejenak.

I want you to imagine a world

Bayangkan sebuah dunia

where our measure of success is not productivity.

dimana tolak ukur terhadap kesuksesan bukanlah produktifitas.

I want you to imagine a world

Bayangkan sebuah dunia

where instead of thinking about busyness and titles

dimana alih-alih memikirkan kesibukan, gelar,

and bank balances,

dan saldo bank,

we think about our impact on the world.

kita memikirkan pengaruh yang kita beri.

I want you to imagine a world

Bayangkan sebuah dunia

where status isn't the reason for our existence.

dimana kedudukan bukanlah alasan kehadiran kita.

Open your eyes.

Buka mata Anda.

I'd now like to introduce you to the Personal Moral Inventory.

Saya ingin memperkenalkan “Personal Moral Inventory”.

The Personal Moral Inventory is inspired by two pieces of work.

Personal Moral Inventory terinspirasi dari dua pekerjaan.

The first, the work from the world of finance,

Pertama, pekerjaan dari dunia keuangan,

something called the quadruple bottom line,

sesuatu yang disebut empat kali lipat garis bawah,

aimed at getting businesses to report in a more rounded fashion.

bertujuan untuk berbisnis yang melaporkan dengan cara lebih bulat.

The second,

Kedua,

an exercise that elite military personnel go through

sebuah latihan dalam militer elit

to self-assess themselves and their teammates

untuk melakukan penilaian diri dan tim

before going into battle.

sebelum memasuki pertempuran.

I believe that these four things,

Saya percaya empat hal ini,

Productivity and Profit, People,

Produktivitas dan Keuntungan, Masyarakat,

the Planet and our Purpose,

Planet dan Tujuan kita,

are the secret to our happiness.

adalah kunci kebahagiaan kita.

And what's important in the time of the ice age,

Dan apa yang penting pada saat zaman es,

the time we're in right now,

saat ini,

is not to get distracted by the things we can't do,

tidak terdistraksi oleh hal-hal yang tidak bisa kita lakukan,

but to find the things that we can do.

tetapi untuk menemukan apa yang kita bisa.

It's on us to take ownership and control of our own happiness.

Itu bergantung pada diri kita dalam memiliki dan mengendalikan kebahagiaan.

Let's do the exercise together.

Mari kita lakukan latihan lagi.

What I’m going to do is rate each area minus one, zero or one.

Yang akan saya lakukan adalah menilai tiap area dengan -1, 0, atau 1.

One is you're nailing it.

1 adalah Anda berhasil.

High fives all round, good on you.

Tepuk tangan untuk Anda.

Zero is you're getting by.

0 adalah Anda sedang menjalani.

Not awesome. Not awful.

Tidak mengagumkan namun tidak buruk.

And minus one is you're struggling.

-1 adalah Anda sedang kesusahan.

Here's mine for this year.

Inilah milikku tahun ini.

For Productivity and Profit, I'm a one.

Untuk Produktivitas dan Keuntungan, saya 1.

I have a good job, I have a good salary,

Pekerjaan dan gaji saya bagus,

I have a roof over my head,

saya punya rumah,

I can pay the bills.

saya bisa bayar tagihan.

But here's the thing.

Tapi ini masalahnya.

You can't score more than a one,

Anda tidak boleh memberi nilai selain 1,

so it becomes impossible to pack all your happiness into one category.

sehingga akan mudah untuk mengemas seluruh kebahagiaan dalam satu kategori.

And it's like we're all trying to get to a two on Productivity,

Dan kita akan seperti mencoba untuk memberi nilai 2 pada Produktifitas,

but to what extent?

tapi apa yang ditingkatkan?

The next area is People.

Selanjutnya adalah Masyarakat.

People is about how you think about your personal,

Masyarakat adalah cara kita memikirkan kesehatan pribadi,

mental and physical health.

mental dan fisik.

You have to start with yourself.

Anda harus memulai dari diri sendiri.

You have to put your own oxygen mask on before you can help others.

Anda harus memakai masker oksigen dahulu sebelum membantu yang lain.

This is also about how you impact family, friends, society.

Ini juga tentang cara kita memengaruhi keluarga, teman, dan masyarakat.

It's about being human

Ini adalah tentang menjadi manusia

and having a positive impact on humanity.

dan memiliki dampak positif pada kemanusiaan.

For this, I score myself a zero.

Untuk bagian ini, saya memberi nilai 0.

Planet.

Planet.

Let's just say I took over 100 flights last year,

Misalnya tahun lalu saya memiliki 100 lebih penerbangan,

so I'm going to score myself a minus one.

maka saya menilai diri saya -1.

And finally, Purpose.

Dan terakhir, Tujuan.

Purpose is about the impact you want to have

Tujuan adalah pengaruh yang ingin kita miliki

and the legacy you want to leave behind.

dan peninggalan yang ingin kita beri.

It's the why you do what you do.

Inilah mengapa Anda melakukan apa yang Anda ingin.

For this, I score myself a zero.

Untuk ini saya menilai diri saya 0.

Now, I can already tell the keen beans in the room and online

Sekarang saya bisa mengatakan kesenangan di sini dan daring

are trying to add this up and net this off.

bertambah dan menghilang.

That is not how it works.

Itu bukanlah cara kerjanya.

Your positive impacts in one category

Pengaruh positif Anda dalam satu kategori

doesn't mitigate your negative impacts in another category.

tidak mengurangi pengaruh negatif lain.

For me, the fact that I'm financially well off

Untuk saya, fakta bahwa saya berkecukupan

doesn't make up for the fact that I'm killing the planet.

tidak mengubah fakta bahwa saya merusak planet.

It wasn't this realization, though,

Tetapi bukanlah kesadaran ini

that got me thinking something had to change.

yang membuat saya berpikiran untuk mengubah suatu hal.

Shortly after my sister passed away,

Beberapa waktu setelah saudari saya wafat,

I did this exercise on her behalf.

saya melakukan ini padanya.

And it got me thinking.

Dan saya berpikir,

For Productivity and Profit, she was a zero.

untuk Produktivitas dan Keuntungan, ia mendapat 0.

She struggled financially.

Ia kesusahan dalam keuangan.

In her final few years she couldn't work,

Di akhir-akhir tahunnya, ia tidak bekerja

but she got by.

tetapi ia berhasil.

For People, she was a definite one.

Untuk Masyarakat, ia mendapat 1.

She really knew her own identity.

Ia tahu identitasnya.

She invested in her life.

Ia menghabiskan hidupnya.

She had a lot of fun.

Dan ia merasa senang.

You all remember the party you were at with Trudy.

Anda ingat pesta bersama Trudy.

And she invested in the local school, community, friends and family.

Dan ia menghabiskan untuk sekolah lokal, komunitas, teman, dan keluarga.

For Planet, she was also a one.

Untuk Planet, ia juga mendapat 1.

She had a very low carbon footprint.

Ia menghasilkan sedikit jejak karbon.

She very rarely flew anywhere.

Ia jarang bepergian dengan pesawat.

She didn't own a car.

Ia tidak memiliki mobil.

She was avid at reduce, reuse, recycle.

Ia selalu memegang prinsip “Mengurangi,

Menggunakan ulang, Mendaur ulang”

And in winter,

Dan di musim dingin,

she would make you put a jumper on

ia akan meminta Anda memakai pakaian hangat

before she'd let you turn the heating on.

sebelum Anda menyalakan pemanas.

And on Purpose, she was also a strong one.

Dan untuk Tujuan, ia sangat patut diberi 1.

She knew the legacy she wanted to leave behind.

Ia tahu apa yang akan ditinggalkan.

She knew exactly why she was on this planet.

Ia tahu mengapa ia di planet ini.

Purpose isn't about being a superhero.

Tujuan tidak hanya tentang menjadi pahlawan.

It's not about wearing a cape

Tidak hanya tentang berpakaian jubah

or single-handedly saving the world.

atau melindungi dunia secara perseorangan.

Trudy's purpose was to give those two boys the best upbringing

Impian Trudy adalah memberi anak-anaknya pendidikan yang terbaik

in the small time that she had available.

selama waktu singkatnya yang tersisa.

I learned two things doing this exercise for her.

Saya mempelajari dua hal saat melakukan ini.

Firstly, I learned that happiness is contextual.

Pertama, saya belajar bahwa kebahagiaan itu kontekstual.

Like, for Trudy, the fact that she was financially struggling,

Contohnya, seperti Trudy, ketika ia kesulitan dalam keuangan,

she didn't let that dictate her happiness.

hal itu tidak berpengaruh pada kebahagiaannya.

She didn't put all her eggs in that basket

Ia tidak menaruh semua emosi dalam satu keranjang

and shut up shop.

dan bersedih.

But the second realization hit me a lot harder.

Kesadaran yang kedua lebih menampar saya.

Despite everything, Trudy was happier than me.

Terlepas dari semuanya, Trudy lebih bahagia dari saya.

Here's where we get to take our happiness into our own hands.

Inilah dimana kita mendapat kebahagiaan.

What I want you to do

Saya ingin

is to think about the areas where you would score zero

Anda memikirkan bagian yang mungkin mendapat nilai 0

or minus one

atau -1

and commit to doing something to improve.

dan memikirkan apa yang harus dilakukan.

So whatever you commit to do,

Apapun yang ingin Anda lakukan,

I want you to give it a red hot go in the next summer.

saya ingin Anda mencobanya di musim panas yang akan datang.

Why?

Mengapa?

Well, the best time to plant a tree was 20 years ago.

Waktu terbaik untuk menanam pohon adalah 20 tahun yang lalu.

The second best time is today.

Dan juga hari ini.

So we're going to do this right now.

Jadi kita akan lakukan sekarang.

For me, my worst score was Planet.

Kalau saya, skor terburuk saya pada bagian Planet.

I'm going to commit to going meat-free for three days a week

Saya tidak akan makan daging tiap 3 hari dalam 1 minggu

and then I'll reassess.

lalu saya akan menilai lagi.

I've already changed my energy provider to one that's carbon neutral.

Saya telah mengganti penyedia energi ke yang karbon netral.

And I've invested in a company that's trying to save our oceans.

Dan saya sudah berinvestasi kepada perusahaan yang melindungi laut.

Small steps, but then I can reassess.

Langkah yang kecil, tapi bisa saya nilai ulang.

On People,

Pada bagian Masyarakat,

I'm going to commit to be more present with the people I care about.

Saya akan lebih mendekatkan diri dengan orang-orang yang saya kasihi.

For the last four years, I've essentially been single

Empat tahun terakhir ini saya tidak memiliki pasangan

and if I'm really honest, I was emotionally unavailable.

dan sejujurnya, saya menutup diri.

But I've actually been very fortunate to meet someone amazing.

Namun saya beruntung karena bertemu seseorang yang luar biasa.

So what I’m going to do is commit to investing in that relationship

Sehingga saya akan menjalani hubungan tersebut

with openness, authenticity and vulnerability.

dengan keterbukaan, kemurnian, dan penerimaan.

And a little bit of cheekiness.

Dan sedikit kekanakan.

And on Purpose,

Dan pada Tujuan,

a year ago, I was actually a one on Purpose.

satu tahun lalu, saya sebenarnya mendapat nilai 1.

My purpose was twofold,

Tujuan saya ada dua kali lipat,

it was the impact I was having on people through my public speaking,

karena itu pengaruh dari orang-orang di pembicaraan umum saya,

and it was the precious time I got to spend with my sister.

dan itu masa berharga yang saya lewati dengan saudari saya.

But in a few short weeks at the start of 2020,

Beberapa minggu awal 2020,

both of those disappeared.

dua hal itu hilang.

And in the months since, I've been really trying to rediscover my purpose.

Dan berbulan-bulan setelahnya, saya coba untuk menemukan kembali tujuan saya.

And I'll be honest,

Sejujurnya,

I've really struggled to find it.

saya sangat kesulitan.

And I think that's OK.

Dan saya pikir, ya tidak apa-apa.

But then I realized that I have this,

Kemudian saya sadar saya punya satu hal ini,

today, this moment.

hari ini, saat ini.

This is me rediscovering my purpose.

Inilah saya, menemukan kembali tujuan saya.

What are you going to do?

Apa yang akan Anda lakukan?

What action are you going to take?

Apa tindakan yang Anda lakukan?

Whatever action you do take,

Apapun tindakannya,

you suddenly realize that you can stop hinging all your happiness

Anda akan sadar bahwa Anda bisa berhenti bergantung pada kebahagiaan

on one category of the personal moral inventory.

hanya pada salah satu kategori Personal Moral Inventory.

Instead, you invest in taking control of your own happiness.

Anda harus mengendalikan kebahagiaan Anda sendiri.

Our future is not predetermined.

Masa depan kita tidak ditentukan sebelumnya.

Our future is not written

Masa depan kita tidak dituliskan

and our future is not waiting for us.

dan masa depan tidak menunggu kita.

I'm building mine and I believe you are building yours.

Saya membangun milik saya dan saya yakin Anda membangun milik Anda.

And how happy we are in our future will be based solely on our action

Dan sekarang saya bahagia, masa depan kita berdasar pada tindakan kita

or inaction across all facets of life,

atau kelambanan pada aspek kehidupan,

not just the working week.

tidak hanya pada pekan bekerja.

I am the key to unleashing my own happiness,

Saya adalah kunci kebahagiaan saya,

and I believe you are the key to unleashing your own happiness.

dan saya percaya Anda semua adalah kunci kebahagiaan diri Anda.

I can safely say that Trudy didn't have any regrets,

Saya bisa katakan bahwa Trudy tidak memiliki penyesalan apapun,

but she did have one wish.

tetapi ia memiliki satu impian.

To see me on stage, live, presenting at TEDx.

Melihat saya di panggung, siaran langsung, dan presentasi untuk TEDx.

Thank you very much.

Terima kasih banyak.