How we can help the "forgotten middle" reach their full potential | Danielle R. Moss

Translator: Stephanie Yudith Reviewer: Azfa Adid

So, I want to talk to you about the forgotten middle.

Jadi, saya ingin berbicara kepada Anda mengenai kaum menengah yang terlupakan.

To me, they are the students, coworkers and plain old regular folks

Bagi saya, mereka adalah siswa, rekan kerja, dan orang-orang biasa

who are often overlooked

yang sering terabaikan

because they're seen as neither exceptional nor problematic.

karena mereka dianggap tidak istimewa maupun bermasalah.

They're the kids we think we can ignore

Mereka adalah anak-anak yang kita anggap dapat kita biarkan

because their needs for support don't seem particularly urgent.

karena kebutuhan mereka akan dukungan tidak terlalu terlihat mendesak.

They're the coworkers

Mereka adalah rekan kerja

who actually keep the engines of our organizations running,

yang sebenarnya menjaga roda-roda dalam organisasi kita tetap berjalan,

but who aren't seen as the innovators who drive excellence.

tapi tidak dilihat sebagai inovator yang dapat memajukan organisasi.

In many ways, we overlook the folks in the middle

Dalam banyak hal, kita mengabaikan kaum menengah ini

because they don't keep us up awake at night

karena mereka tidak membuat kita terjaga pada malam hari

wondering what crazy thing they're going to come up with next.

memikirkan hal gila apa lagi yang akan mereka lakukan nanti.

(Laughter)

(Tawa)

And the truth is that we've come to rely on their complacency

Dan kebenarannya adalah kita sudah mengandalkan rasa puas diri

and sense of disconnection

dan rasa keterpisahan mereka

because it makes our work easier.

karena itu memudahkan pekerjaan kita.

You see, I know a little bit about the forgotten middle.

Anda tahu, saya sedikit memahami kaum menengah yang terlupakan.

As a junior high school student, I hung out in the middle.

Sebagai seorang murid SMP, pergaulan saya ada di golongan tengah.

For a long time, I had been a good student.

Untuk waktu yang lama, saya adalah seorang murid unggulan.

But seventh grade was a game changer.

Namun kelas tujuh adalah titik balik saya.

I spent my days gossiping, passing notes,

Saya menghabiskan waktu untuk bergosip, bertukar pesan saat pelajaran,

generally goofing off with my friends.

alias membuang-buang waktu bersama teman-teman saya.

I spent my homework time on the phone, reviewing each day's events.

Saya menghabiskan waktu mengerjakan PR di telepon, mengulas kejadian per harinya.

And in many ways, although I was a typical 12-year-old girl,

Dan dalam berbagai cara, sekalipun saya adalah gadis 12 tahun biasa,

my ambivalence about my education led to pretty average grades.

pembelajaran saya yang naik turun membuat nilai saya menjadi rata-rata.

Luckily for me, my mother understood something important,

Untung bagi saya, ibu saya mengerti sesuatu yang penting,

and that was that my location was not my destination.

di mana saya saat ini bukan tujuan akhir saya.

As a former research librarian and an educator,

Sebagai mantan pustakawan peneliti dan pendidik,

my mother knew that I was capable of accomplishing a lot more.

ibu saya tahu bahwa saya dapat melakukan pencapaian yang lebih besar.

But she also understood

Tapi beliau juga mengerti

that because I was a young black woman in America,

bahwa karena saya adalah seorang wanita muda berkulit hitam di Amerika,

I might not have opportunities out of the middle

saya mungkin tidak akan mendapat kesempatan keluar dari golongan tengah

if she wasn't intentional about creating them.

apabila beliau tidak dengan sengaja menciptakan kesempatan itu.

So she moved me to a different school.

Jadi beliau memindahkan saya ke sekolah lain.

She signed me up for leadership activities in my neighborhood.

Beliau mendaftarkan saya ke kegiatan kepemimpinan di lingkungan saya.

And she began to talk to me more seriously

Dan beliau mulai berbicara lebih serius kepada saya

about college and career options I could aspire to.

tentang perguruan tinggi dan pilihan karier yang mungkin saya cita-citakan.

My mother's formula for getting me out of the middle was pretty simple.

Resep ibu saya untuk mengeluarkan saya dari golongan menengah sangat sederhana.

She started with high expectations.

Beliau memulai dengan harapan tinggi terhadap saya.

She made it her business to figure out how to set me up for success.

Beliau bertanggungjawab untuk menemukan cara agar saya berhasil.

She held me accountable

Beliau juga meminta saya untuk bertanggungjawab

and, along the way, she convinced me that I had the power

dan, selama itu, beliau menyakinkan saya bahwa saya memiliki kekuatan

to create my own story.

untuk menuliskan cerita saya sendiri.

That formula didn't just help me get out of my seventh grade slump --

Resep itu tidak hanya membantu saya keluar dari kemerosotan di kelas tujuh --

I used it later on in New York City,

saya menggunakannya di kemudian hari di kota New York,

when I was working with kids who had a lot of potential,

saat saya bekerja dengan anak-anak dengan banyak potensi,

but not a lot of opportunities to go to and complete college.

tetapi tidak mempunyai banyak peluang untuk pergi dan menyelesaikan kuliah.

You see, high-performing students

Anda lihat, siswa dengan performa tinggi

tend to have access to additional resources,

biasanya memiliki akses ke sumber daya tambahan,

like summer enrichment activities,

seperti kegiatan pengayaan di musim panas,

internships

program magang

and an expansive curriculum

dan kurikulum pengembangan

that takes them out of the classroom and into the world

membuat mereka keluar kelas dan masuk ke lingkungan

in ways that look great on college applications.

dengan cara-cara yang bisa membantu pendaftaran ke universitas.

But we're not providing those kinds of opportunities for everyone.

Tapi kita tidak menyediakan kesempatan seperti itu kepada setiap orang.

And the result isn't just that some kids miss out.

Dan akibatnya bukan hanya sebagian anak melewatkan peluang mereka.

I think we, as a society, miss out too.

Saya pikir kita, sebagai masyarakat, juga melewatkan peluang kita.

You see, I've got a crazy theory about the folks in the middle.

Anda tahu, saya punya sebuah teori yang tidak biasa mengenai kaum menengah.

I think there are some unclaimed winning lottery tickets in the middle.

Saya kira ada beberapa kemenangan lotere yang belum diklaim dalam kaum menengah.

I think the cure for cancer and the path to world peace

Saya pikir pengobatan untuk kanker dan jalan menuju perdamaian dunia

might very well reside there.

sangat mungkin ada di sana.

Now, as a former middle school teacher,

Sekarang, sebagai mantan guru sekolah menengah,

I'm not saying that magically everyone is suddenly going to become an A student.

saya tidak bilang semua orang tiba-tiba secara ajaib menjadi murid unggulan.

But I also believe that most folks in the middle

Tapi saya pun percaya bahwa sebagian besar kaum menengah

are capable of a lot more.

mampu untuk melakukan lebih banyak lagi.

And I think people stay in the middle because that's where we relegated them to

Saya pikir orang tetap berada di tengah karena di sanalah kita mengirim mereka

and, sometimes, that's just where they're kind of chilling

dan, terkadang, mereka ketakutan

while they figure things out.

untuk memecahkan masalah.

All of our journeys

Seluruh perjalanan kita

are made up of a series of rest stops, accelerations, losses and wins.

terdiri dari peristirahatan, percepatan, kekalahan, dan kemenangan.

We have a responsibility to make sure

Kita memiliki tanggung jawab untuk memastikan

that one's racial, gender, cultural and socioeconomic identity

bahwa ras, jenis kelamin, identitas budaya dan sosial ekonomi seseorang

is never the reason you didn't have access out of the middle.

tidak akan menjadi alasan Anda tidak dapat keluar dari golongan tengah.

So, just as my mother did with me,

Jadi, sama seperti yang ibu saya lakukan kepada saya,

I began with high expectations with my young people.

saya memulai dengan memiliki ekspektasi tinggi terhadap para pemuda saya.

And I started with a question.

Saya mulai dari satu pertanyaan.

I stopped asking kids, "Hey, do you want to go to college?"

Saya berhenti menanyai anak-anak itu, "Hei, apakah kalian ingin kuliah?"

I started asking them,

Saya mulai bertanya pada mereka,

"What college would you like to attend?"

"Universitas mana yang ingin kalian tuju?"

You see, the first question --

Anda lihat, pertanyaan pertama --

(Applause)

(Tepuk tangan)

The first question leaves a lot of vague possibilities open.

Pertanyaan pertama menyisakan banyak kemungkinan yang samar-samar.

But the second question

Tapi pertanyaan kedua

says something about what I thought my young people were capable of.

menyatakan sesuatu yang saya yakin dapat dilakukan oleh para pemuda saya.

On a basic level,

Pada dasarnya,

it assumes that they're going to graduate from high school successfully.

pertanyaan itu mengasumsikan bahwa mereka akan berhasil lulus dari sekolah menengah.

It also assumed

Pertanyaan itu juga mengasumsikan

that they would have the kinds of academic records

bahwa mereka akan mempunyai catatan akademik

that could get them college and university admissions.

yang akan membawa mereka masuk universitas.

And I'm proud to say that the high expectations worked.

Dan saya dengan bangga menyatakan bahwa ekspektasi tinggi itu berhasil.

While black and Latinx students

Sementara siswa kulit hitam dan keturunan Latin

nationally tend to graduate from college in six years or less,

yang secara nasional butuh enam tahun atau kurang, untuk lulus kuliah,

at a percent of 38,

pada angka 38 persen,

we were recognized by the College Board

kami diakui oleh Jajaran Perguruan Tinggi

for our ability not to just get kids into college

bukan hanya atas kemampuan kami mengirim anak-anak ke perguruan tinggi

but to get them through college.

namun juga dapat mengawal mereka sampai lulus kuliah.

(Applause)

(Tepuk tangan)

But I also understand that high expectations are great,

Tapi saya pun paham, bahwa selain ekspektasi tinggi,

but it takes a little bit more than that.

harus ada yang lebih, untuk berhasil.

You wouldn't ask a pastry chef to bake a cake without an oven.

Anda tidak akan meminta pembuat kue untuk memanggang kue tanpa oven.

And we should not be asking the folks in the middle to make the leap

Dan kita pun tidak seharusnya meminta kaum menengah untuk membuat lompatan

without providing them with the tools, strategies and support they deserve

tanpa menyediakan peralatan, strategi, dan dukungan layak mereka dapatkan

to make progress in their lives.

supaya mereka maju dalam hidup mereka.

A young woman I had been mentoring for a long time, Nicole,

Seorang wanita muda yang saya bimbing dalam waktu yang lama, Nicole,

came to my office one day,

datang ke kantor saya pada suatu hari,

after her guidance counselor looked at her pretty strong transcript

setelah konselor pembimbingnya melihat transkripnya yang sangat bagus

and expressed utter shock and amazement

dan menyampaikan keterkejutan dan kekaguman

that she was even interested in going to college.

bahwa dia bahkan tertarik untuk masuk perguruan tinggi.

What the guidance counselor didn't know was that through her community,

Yang tidak konselor pembimbingnya ketahui adalah bahwa melalui komunitasnya,

Nicole had had access to college prep work,

Nicole mempunyai akses ke kelas persiapan kuliah,

SAT prep and international travel programs.

persiapan tes masuk, dan program perjalanan internasional.

Not only was college in her future,

Bukan hanya perguruan tinggi yang ada di masa depannya,

but I'm proud to say that Nicole went on to earn two master's degrees

tapi saya pun dengan bangga mengatakan bahwa Nicole meraih dua gelar master

after graduating from Purdue University.

setelah lulus dari Universitas Purdue.

(Applause)

(Tepuk tangan)

We also made it our business to hold our young people accountable,

Kami bertanggungjawab mendidik pemuda kami untuk bertanggungjawab

but also to instill a sense of accountability in those young people

dengan menanamkan rasa tanggung jawab dalam diri mereka

to themselves, to each other, to their families and their communities.

terhadap diri mereka sendiri, orang lain, keluarga, dan komunitas mereka.

We doubled down on asset-based youth development.

Kami menggandakan pengembangan orang muda berbasis aset.

We went on leadership retreats

Kami berangkat ke pelatihan kepemimpinan

and did high ropes courses and low ropes courses

dan melakukan pelatihan kerja tim

and tackled life's biggest questions together.

dan memecahkan banyak pertanyaan dalam kehidupan bersama-sama.

The result was that the kids really bought into the notion

Hasilnya adalah anak-anak ini benar-benar dibawa masuk ke dalam gagasan

that they were accountable for achieving these college degrees.

bahwa mereka bertanggungjawab untuk meraih setiap gelar perguruan tinggi ini.

It was so gratifying to see the kids calling each other and texting each other

Sungguh puas, saya melihat anak-anak itu saling menelepon dan berkirim pesan

to say, "Hey, why are you late for SAT prep?"

bertanya, "Hei, kenapa kamu terlambat datang ke persiapan tes masuk?"

And, "What are you packing for the college tour tomorrow?"

dan "Apa yang kamu bawa untuk tur perguruan tinggi besok?"

We really worked to kind of make college the thing to do.

Kami berjuang keras untuk menanamkan bahwa kuliah adalah hal yang harus dilakukan.

We began to create programs on college campuses

Kami mulai membuat program di kampus dan perguruan tinggi

and events that allow young people to really visualize themselves

dan acara di mana orang muda benar-benar dapat melihat diri mereka

as college students and college graduates.

sebagai mahasiswa dan lulusan universitas.

Me and my staff rocked our own college gear

Saya dan staf saya membuat perlengkapan kuliah kami sendiri

and had lots of fun, healthy competition about whose school was better than whose.

dan kami bersenang-senang, berkompetisi sekolah siapa yang lebih bagus.

The kids really bought into it,

Anak-anak benar-benar mempercayainya,

and they began to see that something more was possible for their lives.

dan mereka mulai sadar bahwa hidup mereka dapat menjadi lebih baik.

Not only that -- they could look around at that college-going community

Tidak hanya itu -- mereka dapat memandang ke komunitas kuliah mereka

and see kids who came from the same backgrounds

dan melihat anak-anak yang datang dari latar belakang yang sama

and the same neighborhoods

dan lingkungan yang sama

and who were aspiring to the same things.

dan mendambakan hal yang sama.

That sense of belonging was really key,

Kuncinya ada di rasa memiliki,

and it showed up in a remarkable, beautiful way one day

dan hal itu nyata dengan cara yang indah di satu hari

when we were in the Johannesburg airport, waiting to go through customs

saat kami berada di bandara Johannesburg, menunggu untuk melewati bea cukai

dalam perjalanan kami menuju Botswana untuk trip pembelajaran pelayanan.

on our way to Botswana for a service learning trip.

I saw a group of kids kind of huddled in a circle.

Saya melihat sekelompok anak berkerumun membentuk lingkaran.

Usually, with teens, that means something's going on.

Biasanya, untuk remaja, itu tandanya ada sesuatu terjadi.

(Laughter)

(Tawa)

So I kind of walked up behind the kids

Jadi saya berjalan ke arah anak-anak itu

to figure out what they were talking about.

untuk mencari tahu yang sedang mereka bicarakan.

They were comparing passport stamps.

Mereka sedang membandingkan cap paspor.

(Laughter)

(Tawa)

And they were dreaming out loud about all the other countries

Dan mereka menyuarakan keinginan mereka tentang negara-negara lain

they planned to visit in the future.

yang ingin mereka kunjungi di masa yang akan datang.

And seeing these young people from New York City

Dan melihat anak-anak muda dari kota New York

go on to not just become college students

yang tidak hanya menjadi mahasiswa

but to participate in study abroad programs

tapi juga berpartisipasi dalam program belajar ke luar negeri

and to then take jobs around the world

dan kemudian mendapatkan pekerjaan di seluruh dunia

was incredibly gratifying.

sungguh sangat memuaskan.

When I think of my kids

Ketika saya memikirkan anak saya

and all the doctors, lawyers, teachers, social workers,

dan para dokter, pengacara, guru, pekerja sosial,

journalists and artists

jurnalis dan seniman

who came from our little nook in New York City,

yang datang dari ceruk kecil kami di kota New York,

I hate to think of what would have happened

saya tidak ingin membayangkan apa yang akan terjadi

if we hadn't invested in the middle.

apabila kami tidak berinvestasi pada golongan tengah.

Just think about all that their communities and the world

Pikirkan saja kesempatan apa yang komunitas mereka dan dunia ini

would have missed out on.

akan lewatkan.

This formula for the middle doesn't just work with young people.

Resep untuk kaum menengah bukan hanya untuk kaum muda.

It can transform our organizations as well.

Resep ini juga dapat mengubah organisasi kita.

We can be more bold

Kita dapat menjadi lebih berani

in coming up and articulating a mission that inspires everyone.

dalam menghadirkan dan menyuarakan misi yang menginspirasi orang-orang.

We can authentically invite our colleagues to the table

Kita dapat mengajak rekan kita berdiskusi

to come up with a strategy to meet the mission.

untuk bersama memikirkan strategi yang akan mewujudkan misi itu.

We can give meaningful feedback to folks along the way,

Kita dapat memberikan respons yang berarti bagi teman sekerja ktia,

and -- and sometimes most importantly --

dan -- dan terkadang yang paling penting --

make sure that you're sharing credit for everyone's contributions.

pastikan bahwa Anda memberikan penghargaan atas kontribusi semua yang terlibat.

What happened when my staff aimed high for themselves

Yang terjadi ketika staf saya berekspektasi tinggi terhadap diri mereka

is that what they were able to do for young people

adalah apa yang mereka dapat lakukan bagi orang-orang muda

was pretty transformational.

sangat mengubah hidup.

And it's been so wonderful to look back and see all of my former colleagues

Terasa luar biasa untuk menoleh kembali dan melihat mantan rekan-rekan saya

who've gone on to get doctorates

yang telah meraih gelar doktor

and assume leadership roles in other organizations.

dan memikul peranan sebagai pemimpin di organisasi lainnya.

We have what it takes to inspire and uplift the folks in the middle.

Kita punya sesuatu untuk menginspirasi dan mengangkat kaum menengah.

We can extend love to the people in the middle.

Kita dapat mengembangkan cinta kasih bagi orang-orang di golongan tengah.

We can challenge our own biases about who deserves a hand-up, and how.

Kita bisa menantang prasangka tentang siapa yang layak dibantu, dan caranya.

We can structure our organizations, communities and institutions

Kita dapat membangun organisasi, komunitas, dan institusi kita

in ways that are inclusive and that uphold principles of equity.

dengan cara yang inklusif dan memegang teguh prinsip kesetaraan.

Because, in the final analysis, what is often mistaken for a period

Karena, pada akhirnya, apa yang sering dianggap sebagai titik

is really just a comma.

sebenarnya hanyalah sebuah koma.

Thank you.

Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)