A Colorful Case for Outside-the-Box Thinking on Identity | Olivia Vinckier | TED

Translator: annisa putri Reviewer: Agus Ari Wibawa

When I was in first grade,

Saat saya kelas satu,

I remember learning my colors.

saya ingat mempelajari tentang warna.

We started by learning about the primary colors:

Kami mulai dengan belajar tentang warna primer:

red, yellow and blue.

merah, kuning dan biru.

Our teacher taught us how they were the pure colors of the rainbow.

Guru kami mengajarkan bagaimana warna pelangi yang murni.

No two colors could be combined to create them.

Tidak ada dua warna yang dapat digabungkan untuk membuatnya.

Our next task was to mix them into something more complex:

Tugas kami selanjutnya yaitu menggabungkan mereka menjadi hal yang lebih kompleks:

green, purple and orange.

hijau, ungu dan jingga.

These secondary colors, especially green,

Warna sekunder ini, terutama hijau,

stood out to me.

menonjol bagi saya.

I was fascinated by how two primary colors could be mixed together

Saya takjub dengan bagaimana dua warna primer dapat dicampur menjadi satu

to create something nuanced and completely unique.

untuk menciptakan sesuatu yang bernuansa dan sangat unik.

When our teacher told us

Saat guru kami berkata

that our next task was to draw a picture of our family,

bahwa tugas selanjutnya yaitu menggambar keluarga kami,

I couldn't wait.

saya tidak sabar.

I started by drawing my stick-figure mom, dad and brother,

Saya mulai mulai menggambar sosok ibu, ayah, dan saudara laki-laki saya,

but then filled in the white space with something else.

tapi kemudian mengisi bagian kosong dengan sesuatu yang lain.

I’d used the washable paints I had mixed just a few minutes ago

Saya pakai cat yang bisa dicuci yang saya campur sebelumnya

to create the colors of my family.

untuk menciptakan warna keluarga saya.

I colored my mom yellow, my dad blue

Saya mewarnai ibu saya dengan warna kuning, ayah saya dengan warna biru

and my brother and I green.

saya dan saudara laki-laki saya dengan warna hijau.

Every time someone asks about my background,

Setiap seorang bertanya tentang latar belakang saya,

I'm reminded of that art class.

Saya teringat kelas seni itu.

My mom is 100-percent Ashkenazi Russian Jewish,

Ibu saya 100 persen Yahudi Rusia Ashkenazi,

and my dad is 50-percent Korean and 50-percent Belgian.

dan ayah saya 50 persen orang Korea dan 50 persen orang Belgia.

So what does that make me?

Jadi bagaimana dengan saya?

How should I describe myself?

Bagaimana saya menjelaskan diri saya?

Where do I fit in among the color spectrum we were all taught in first grade?

Di mana saya berada di antara spektrum warna yang diajarkan saat kelas satu?

By definition, race is a categorization of humans

Secara definisi, ras adalah kategorisasi manusia

based on physical and social qualities.

berdasarkan kualitas fisik dan sosial.

The term was first used to refer to speakers of a common language

Istilah ini pertama dipakai untuk merujuk pada penutur bahasa yang sama

or to denote national affiliation.

atau untuk menunjukkan afiliasi nasional.

But by the 17th century, the term referred to physical traits.

Namun pada abad ke-17, istilah tersebut merujuk pada ciri-ciri fisik.

So am I white or am I Asian?

Lalu, apakah saya orang kulit putih atau Asia?

The question of race has followed me around

Pertanyaan tentang ras selalu mengikuti saya

for as long as I can remember.

sepanjang yang bisa saya ingat.

Ever since I started taking standardized tests

Sejak saya mulai mengikuti tes standar

or filling out online surveys,

atau mengisi survei daring,

I’ve been asked to select my race.

saya telah diminta untuk memilih ras saya.

And every time, I take a pause to think about which box I should choose.

Saya selalu berhenti sejenak untuk memikirkan kotak mana yang harus dipilih.

I'm white and Asian,

Saya orang putih dan juga Asia,

but I'm not allowed to click both.

tapi saya tak bisa mengeklik keduanya.

So which do I pick?

Jadi yang mana harus saya pilih?

Well, when I was younger, I would always choose white.

Saat saya masih kecil, saya akan selalu memilih kulit putih.

I simply concealed a portion of my identity

Saya menyembunyikan sebagian identitas saya

to make my life easier.

untuk mempermudah hidup saya.

Instead of having to think about what "other" meant on those surveys,

Alih-alih memikirkan apa maksud dari “yang lain” pada survei itu,

I would compress my identity into one single box.

saya akan memampatkan identitas saya ke dalam satu kotak.

It was a quick and easy fix.

Ini adalah perbaikan yang cepat dan mudah.

But as I got older,

Tapi semakin saya tua,

I realized that "other" better reflected my multiracial background.

saya sadar bahwa “yang lain” lebih mencerminkan latar belakang multiras saya.

But that choice of "other" comes at a cost.

Namun, pilihan “yang lain” itu harus dibayar mahal.

Even though I'm surrounded by loving and understanding people,

Meski dikelilingi oleh orang yang menyayangi dan memahami saya,

every time I go to check that box,

tiap kali saaya ingin mencentang kotak itu,

I'm forced to think of myself as "other,"

saya anggap diri saya sebagai “yang lain,”

or someone who doesn't exactly fit in,

atau seseorang yang tidak terlalu cocok,

like I'm some sort of anomaly or evidence of something strange.

seperti saya adalah semacam anomali atau bukti dari sesuatu yang aneh.

I don't want the world to see me as "other,"

Saya tak mau dilihat sebagai “lainnya,”

or the given box on those surveys.

atau kotak yang diberikan pada survei itu.

I know there's so much more to me.

Saya tahu banyak hal dalam diri saya.

But clearly, society doesn't see it that way.

Yang jelas, masyarakat tak melihatnya seperti itu.

They want a simplified view of who each of us are.

Mereka ingin pandangan yang sederhana tentang diri masing-masing.

But these days, are any of us that simple?

Namun sekarang, apa ada dari kita yang sesederhana itu?

One of my best friends says it perfectly:

Salah satu sahabat saya berkata dengan sempurna:

"People are like an entire rainbow,

“Manusia itu seperti pelangi utuh,

and shouldn't be defined by any one of their colors."

dan tidak boleh ditentukan oleh salah satu warnanya.”

The one-box rule from test surveys

Aturan satu kotak dari survei pengujian

has confused multiracial people since the beginning of the US census.

telah membingungkan orang-orang multiras sejak awal sensus AS.

For the longest time,

Untuk waktu yang lama,

you could only select one box on being asked about your race.

Anda hanya dapat memilih satu kotak untuk ditanyai tentang ras Anda.

The Census Bureau didn't start to allow choosing more than one box

Biro Sensus tidak mengizinkan memilih lebih dari satu kotak

until the year 2000.

sampai tahun 2000.

2000. That was only 22 years ago.

Tahun 2000.

Itu 22 tahun yang lalu.

Every multiracial person living in America before the year 2000

Setiap orang multiras yang tinggal di Amerika sebelum tahun 2000,

had to, at some point, fill out a form

pada suatu titik, harus mengisi formulir

stating that they identify as one, singular race:

yang menyatakan mereka mengenali diri sebagai satu ras tunggal:

white, Black, Asian, Indigenous, Pacific Islander.

kulit Putih, Hitam, Asia, Pribumi, Penduduk Pulau Pasifik.

For everyone in that situation, you probably chose one of those,

Semua orang yang ada di situasi ini, mungkin memilih salah satunya,

reducing your racial makeup into one box.

mengurangi susunan rasial Anda menjadi satu kotak.

Or you chose "other," like me,

Atau pilih “yang lain,” sepertiku,

because you're an aware secondary color of the rainbow.

karena Anda sadar akan warna sekunder pelangi.

So what does "other" mean?

Jadi, apa maksud dari “yang lain?”

The definition is, literally,

Definisi secara harfiah, yaitu

someone who is different than one already known about.

seseorang yang berbeda dari yang sudah diketahui.

But these people who choose "other" aren't different --

Namun orang yang memilih “yang lain” tidaklah berbeda --

we're comparing apples to oranges.

kita membandingkan apel dengan jeruk.

10 percent of the American population is multiracial,

10 persen penduduk Amerika adalah multiras,

which measures out to about 33.8 million people.

yang mencakup sekitar 33,8 juta orang.

Within that number,

Dalam jumlah itu,

there are so many combinations of cultures and races,

ada begitu banyak kombinasi budaya dan ras,

yet we're all forced to fit into one box.

namun kita semua dipaksa untuk menyatu dalam satu wadah.

Not only is a multiracial person's experience

Bukan hanya pengalaman orang multiras

different from those who are of one race,

berbeda dari mereka yang dari satu ras,

but that experience also varies from person to person.

namun pengalaman itu juga berbeda pada setiap orang.

There's a wide spectrum forcibly contained into one small square,

Ada spektrum luas yang secara paksa dimasukkan ke dalam satu kotak kecil,

an effect that minimizes the racial experience.

sebuah efek yang meminimalkan pengalaman rasial.

Look what just happened: the same color, but five different ways.

Lihat yang baru saja terjadi: warna yang sama, tetapi lima cara berbeda.

Categorizing all multiracial people as "other"

Mengategorikan semua orang multiras sebagai “lainnya” itu

is just like saying that navy and periwinkle are the same shade of blue.

seperti mengatakan bahwa angkatan laut dan bunga periwinkle memiliki biru yang sama.

And that number, in America, is rapidly growing each year.

Dan jumlah itu, di Amerika, meningkat pesat setiap tahunnya.

In the last 10 years, there was a 276-percent increase

Dalam 10 tahun terakhir, terjadi peningkatan sebesar 276 persen

of multiracial-identifying individuals.

individu yang diidentifikasi multiras.

At some point in the future,

Suatu saat di masa depan,

there will be more people choosing "other"

akan lebih banyak orang memilih “lainnya”

than the handful of given boxes on those surveys.

daripada segelintir kotak pada survei tersebut.

Though this everexpanding rainbow is a beautiful thing,

Meskipun pelangi yang meluas adalah sesuatu yang bagus,

having all of those people have to categorize themselves

membuat orang itu harus mengategorikan diri sendiri

as "other" in society is not.

sebagai “lainnya” bukanlah hal baik.

That's why I introduce a new idea of racial categorization

Itu sebabnya saya memperkenalkan ide baru tentang kategorisasi rasial

in the form of an open-ended question.

dalam bentuk pertanyaan terbuka.

It would recognize a spectrum that's lacking in our world today.

Hal ini akan mengenali spektrum yang kurang di dunia kita saat ini.

One study, done by scientist Alicia Tran and others,

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan Alicia Tran dan lainnya,

showed that an open-ended question provided an experience once deprived

menunjukkan bahwa pertanyaan terbuka memberikan pengalaman yang pernah dirampas

when being asked about race with only a few options.

saat ditanya mengenai ras dengan hanya beberapa pilihan.

An open-ended question would give people an opportunity

Pertanyaan terbuka memberikan masyarakat kesempatan untuk

to express pride in their multiracial backgrounds.

mengungkapkan kebanggaan pada latar belakang multiras mereka.

As our world continues to racially intertwine,

Ketika dunia terus terjalin secara rasial,

we will reach a point where it will become impossible

kita akan mencapai titik di mana itu akan menjadi mustahil

to categorize people by a handful of outdated and predetermined boxes.

untuk mengategorikan berdasarkan beberapa kotak yang telah ketinggallan zaman.

Even now, we're seeing a declining population

Bahkan sekarang, kita melihat penurunan populasi

of reds, yellows and blues,

dari warna merah, kuning dan biru,

and an increasing community of oranges, purples and greens.

dan peningkatan komunitas oranye, ungu, dan hijau.

As such, we can no longer expect people to define who they are

Karenanya, kita tak bisa mengharapkan orang untuk mendefinisikan dirinya

by simply checking a primary color.

hanya dengan memeriksa warna primer.

Although race is a social construct

Meskipun ras adalah konstruksi sosial

built on a structure of assumptions and stereotypes,

dibangun di atas struktur asumsi dan stereotipe,

we cannot simply get rid of race altogether.

kita tidak bisa begitu saja menghilangkan ras.

However, the simplicity and ease of an open-ended question

Namun, kesederhanaan dan kemudahan dari pertanyaan terbuka

could truly lead our society into a more inclusive and accepting world

dapat membawa masyarakat kita menuju dunia yang lebih inklusif

that acknowledges the spectrum of racial identities,

yang mengakui spektrum identitas ras,

a world where all the shades of greens, purples and oranges

dunia di mana semua nuansa hijau, ungu, dan oranye

are just as recognized as the reds, yellows and blues.

sama dikenalinya dengan warna merah, kuning, dan biru.

Thank you.

Terima kasih.

(Cheers and applause)

(Sorak-sorai dan tepuk tangan)