3 Things Men Can Do to Promote Gender Equity | Jimmie Briggs | TED

Translator: Rizki Febriani Reviewer: Reno Kanti Riananda

The world can be a toxic place.

Dunia bisa menjadi tempat yang beracun.

No one knows this more than women and girls,

Tidak ada yang lebih mengetahui ini dibanding perempuan dan anak,

cis and trans,

juga orang-orang cis dan transgender,

as well as nonbinary people.

dan orang-orang nonbiner.

I am a journalist

Saya seorang jurnalis

with 30 years’ experience

dengan pengalaman selama 30 tahun

reporting on the injustices women and others face around the world.

meliput ketidakadilan yang dialami perempuan dan kelompok lain di dunia.

I’m a co-founder of the Man Up Campaign

Saya adalah co-founder Man Up Campaign

to energize youth activism against sexual and gender-based violence.

yang fokus menangani perlawanan kekerasan berbasis seksual & gender.

I’m a father to two daughters,

Saya ayah dari dua anak perempuan,

I’m a life partner to a woman

pasangan hidup dari seorang perempuan,

and I’m a Black man in America.

dan saya laki-laki kulit hitam di Amerika.

Holding these identities --

Dengan identitas seperti ini --

and many more --

dan identitas lainnya juga --

I say this call to action to you

Saya mengajak Anda untuk beraksi

with the deepest sincerity

dengan sungguh-sungguh

and utmost gravity.

dan sangat serius.

It is time for a gender reckoning,

Sudah waktunya memetakan pemahaman tentang gender itu,

beginning with men authentically confronting our internal selves

dimulai dari laki-laki yang memperdebatkan nilai-nilai dalam diri sendiri

and each other

dan satu sama lain

through the toxicity within us.

membongkar racun di dalam diri kita.

Against the backdrop of Black Lives Matter protest,

Dibelakang protes Black Lives Matter,

cries for a racial reckoning have echoed throughout the world,

ada tangisan untuk pengakuan ras yang berdengung di seluruh dunia,

at times seeming premature

kadang mungkin terlihat prematur

and largely misunderstood.

dan sering disalahpahami.

I believe a true gender reckoning must be the center

Saya percaya pengakuan gender sebenarnya harus jadi titik utama

of any transformative movement for social justice and equity.

dari gerakan transformasi keadilan sosial dan kesetaraan.

But what is a reckoning?

Namun, apa itu pengakuan?

Dictionaries say it means to resolve a bill or a debt.

Kamus mengatakan artinya menyelesaikan aturan atau hutang.

In other words, to settle an account.

Dengan kata lain, penyelesaian akun.

In the case of women and girls,

Dalasm kasus perempuan dan anak,

what is the debt owed to them?

apa hutang yang kita miliki pada mereka?

Who’s to pay it?

Siapa yang akan membayarnya?

And how?

Berapa?

The consequences of male toxicity continue building

Konsekuensi dari racun maskulin yang terus dibangun,

the debt to which I refer,

ini hutang yang saya maksud.

including, among others,

Termasuk, di antaranya,

a gender wealth gap most affecting women who care for their families

jurang upah berbasis gender

yang paling berdampak pada perempuan

as well as act as the primary income generators

yang mengurus keluarga sekaligus tulang punggung

for their households.

bagi keluarganya.

Today, in the United States and abroad,

Hari ini, di Amerika Serikat dan di luar negeri,

threats to reproductive justice endanger the lives and hard-fought rights of women

ancaman keadilan reproduksi membahayakan kehidupan dan perjuangan hak perempuan

in regards to their bodily, sexual and gender autonomy,

dalam hal tubuh mereka, otonomi seksual dan gender,

impacting the most disenfranchised community in society.

menjadikan mereka sebagai komunitas paling terdeprivasi dalam masyarakat.

And violence against women,

Dan kekerasan pada perempuan,

in all of its forms,

dalam berbagai bentuk,

still represents an existential challenge,

masih terjadi sebagai tantangan eksistensi,

as we’ve seen domestic violence rise in the pandemic,

saat kita melihat kekerasan domestik meningkat saat pandemi,

as people were confined to their homes,

saat orang-orang terjebak di rumah mereka,

we’ve seen online and public harassment flourish,

kita melihat pelecehan daring dan publik meningkat,

unabated.

berlanjut.

The sexual trafficking,

Perdagangan seksual,

prostitution,

prostitusi,

exploitation of women and girls thrives as ever before.

eksploitasi perempuan dan anak meningkat drastis.

From where does this toxicity come

Dari mana racun ini berasal

and why?

dan mengapa?

Men are not endangered,

Laki-laki tidak dalam bahaya,

we’re not under assault,

kita tidak diserang,

we’re not being unfairly maligned.

kita tidak difitnah dengan tidak adil.

In fact, it’s men, or certain types of masculinity, that are the issue.

Faktanya, ini laki-laki, atau beberapa tipe maskulinitas, yang jadi masalah.

To be clear,

Jelasnya,

being a man does not make me

menjadi laki-laki tidak menjadikan saya

or anyone else who identifies as a man

atau orang yang mengidentifikasi sebagai laki-laki

inherently toxic.

beracun dari sananya.

But masculinity,

Tapi maskulinitas,

in certain forms,

dalam bentuk tertentu,

can harm women,

bisa melukai perempuan

girls,

anak perempuan,

nonbinary people

orang non-biner

and men

dan laki-laki

through violence,

melalui kekerasan,

dominating power

dominasi kekuatan,

and control.

dan kontrol.

So how do we address this?

Jadi, bagaimana kita menyelesaikan ini?

How can we men step up

Bagaimana kita sebegai laki-laki mengintervensi

dan mendukung anak perempuan kita dengan baik,

and better support our daughters,

our sisters,

saudari kita,

our female partners,

pasangan perempuan kita,

our colleagues, neighbors and friends?

kolega, tetangga dan teman kita?

Through what means can men both instigate and lead a gender reckoning?

Melalui cara apa laki-laki dapat mempengaruhi & memimpin pengakuan gender?

First, we must tell the truth.

Pertama, kita harus jujur.

We must tell the truth.

Kita harus jujur.

Men grow into this world becoming who we’re expected to be

Laki-laki tumbuh di dunia ini menjadi siapa yang kita ekspektasikan

or who we think we’re expected to be

atau siapa yang kita pikir kita ekspektasikan

based on cultural expectations

berdasarkan ekspektasi budaya

and inaccurate historical narratives.

dan narasi sejarah yang tidak benar.

As a short, chubby Black kid wearing glasses growing up,

Singkatnya, sebagai anak kulit hitam yang imut menggunakan kacamata,

I was repeatedly told I cried too much.

saya terus menerus dibilang terlalu banyak menangis.

I’m too emotional,

Terlalu emosional,

too soft.

terlalu lembek.

It was ingrained in me that to prove my masculinity

Ini tertanam dalam diri saya bahwa untuk membuktikan maskulinitas saya

I had to display physical prowess --

saya harus menunjukkan kekuatan fisik --

intimidation.

intimidasi.

Because of that indoctrination,

Karena indoktrinasi itu,

as an adult,

sebagai orang dewasa,

I refused to seek help facing escalating health challenges,

saya menolak mencari bantuan ketika dihadapkan pada masalah kesehatan,

including high blood pressure

termasuk tekanan darah tinggi

and mental trauma.

dan trauma mental.

The archetype of manhood nearly killed me.

Arketip dari kelelakian hampir membunuh saya.

I say that as a survivor of two heart attacks,

Saya bilang ini sebagai penyintas dua serangan jantung

four years on dialysis

4 tahun mendapat dialisis

and a kidney transplant ...

dan transplantasi ginjal ...

aside from the physical risk I put myself into

selain risiko fisik yang saya hadapi

covering wars around the world.

saat meliput perang di seluruh dunia.

The injury we do to ourselves

Luka yang kita lakukan pada diri kita

and the women around us

dan perempuan di sekeliling kita

comes from fear of losing control,

datang dari ketakutan kehilangan kontrol,

of lack of external affirmation

kurangnya afirmasi eksternal

and simply out of shame.

dan karena rasa malu.

Manhood is a spectrum of identities.

Kelelakian adalah spektrum identitas.

There is no one way to be a man.

Tidak ada satu cara untuk jadi laki-laki.

And sometimes, discovering one’s true manhood is a lifelong journey.

Dan kadang, menemukan kelelakian sejati adalah perjalanan seumur hidup.

Secondly,

Kedua,

we must be consistent.

kita harus konsisten.

Men,

Laki-laki,

especially men of color,

terutama laki-laki kulit berwarna,

cannot expect women to stand up for us,

tidak bisa berekspektasi perempuan untuk berdiri untuk kita,

with us in the face of systemic oppressions

dengan kita, di tengah opresis sistemik

ketika seringkali kita tidak melakukan hal yang sama untuk mereka.

when too often we do not do the same for them.

(Applause and cheers)

(Tepuk tangan & sorakan)

(Applause)

(Tepuk tangan)

The Black Lives Matter movement for example,

Gerakan BLM contohnya,

founded, named and led by queer women of color,

ditemukan, dinamai, dan dipimpin oleh perempuan queer kulit berwarna,

still centers Black men’s well-being

masih mengetengahkan kesejahteraan laki-laki kulit hitam

in the face of unfair policing

yang berhadapan dengan ketidakadilan aturan

and criminal justice systems.

dan sistem peradilan kriminal.

And where’s the reciprocal support from those men,

Dan di mana timbal balik dari dukungan tersebut dari laki-laki,

including myself,

termasuk saya,

in addressing intercommunity violence against women of color,

pada kasus kekerasan interkomunitas pada perempuan kulit berwarna,

maternal health inequity,

ketidaksetaraan kesehatan ibu,

economic disparity?

kesenjangan ekonomi?

How and where do men show up for women?

Bagaimana dan dimana laki-laki hadir untuk perempuan?

I wonder ...

Saya bertanya ...

how many men stood with women on the steps of the US Supreme Court

berapa banyak laki-laki berdiri bersama perempuan di depan Mahkamah Agung AS

as they fought for reproductive rights?

ketika mereka memperjuangkan hak reproduksi

How many men should have been there?

Berapa banyak laki-laki yang harusnya hadir disana?

Finally, there can be no reckoning without accountability.

Akhirnya, tidak akan ada pengakuan tanpa akuntabilitas.

There can be no reckoning without accountability.

Tidak akan ada pengakuan tanpa akuntabilitas.

Men who commit acts of violence against women must be held accountable

Laki-laki yang melakukan kekerasan pada perempuan harus bertanggungjawab

by formal systems of justice

dengan sistem peradilan formal

as well as other men.

sama seperti laki-laki lain.

Silence in the face of misogynistic behavior and language is complicity.

Diam ketika dihadapkan pada perilaku dan bahasa misogini sama saja jadi pelaku.

We men need to break free from the pack,

Kita laki-laki perlu membebaskan diri dari kawanan,

take concrete actions to stop violence,

mengambil aksi nyata untuk menghentikan kekerasan,

create safety

menciptakan keamanan

and build equity.

dan membangun keadilan.

And most importantly,

Dan lebih penting lagi,

say something.

katakan sesuatu.

To be sure,

Yakinlah,

bold men around us are actively working to disrupt the narrative of male toxicity.

laki-laki di sekitar kita secara aktif menginterupsi narasi maskulinitas beracun.

After the 2010 earthquake in Haiti,

Setelah gempa bumi tahun 2010 di Haiti,

a local organization,

organisasi lokal,

KOFAVIV,

KOFAFIV,

invited men to be defenders of women and girls in displacement camps,

mengundang laki-laki untuk membela perempuan dan anak di tenda pengungsian,

women and girls who were at risk of sexual assault.

perempuan dan anak yang beresiko menjadi korban kekerasan seksual.

Scores of men answered the call

Ada laki-laki yang menjawab panggilan itu

and can continue to do so today.

dan terus berlanjut hingga hari ini.

In New York City,

Di New York,

CONNECT NYC,

CONNECT NYC,

led by a Black man,

dipimpin oleh laki-laki kulit hitam,

actively engages community partners across civil society

secara aktif berinteraksi dengan komunitas partner lintas sipil

to address family violence.

untuk mengintervensi KDRT.

And in a profession not known generally for its advocacy against gender violence,

Ada profesional yang tidak banyak diketahui untuk advokasinya melawan KBG,

a professional player for the Washington Football Team

pemain profesional tim Washington Football

has become an unabashed advocate

telah menjadi pembela tanpa kenal malu

for men to learn

untuk laki-laki agar belajar

and actively change behaviors regarding sexual and physical violence.

dan secara aktif mengubah sikapnya terkait kekerasan seksual dan fisik.

There is hope;

Ada harapan;

there is light.

ada cahaya.

Men around the world are putting in the work

Laki-laki di seluruh dunia bekerja

to catalyze a true gender reckoning.

untuk mengkatalisasi pengakuan gender yang hakiki.

But far more are needed.

Namun, masih perlu lebih banyak.

What I want to say to you today is this.

Apa yang ingin saya bilang hari ini adalah ini:

Too many of us --

Bagi kebanyakan dari kita --

too many men --

kebanyakan laki-laki --

don’t understand

tidak mengerti,

that equity,

bahwa kesetaraan,

justice,

keadilan,

inclusivity,

inklusivitas,

safety for women, girls and nonbinary people

keamanan perempuan, anak, dan orang non-biner,

serves and saves us all.

juga menyelamatkan kita semua.

Broken masculinity harms societies,

Maskulinitas beracun menyakiti masyarakat,

full stop.

titik.

When we men reckon with that truth,

Ketika laki-laki mengakui kebenaran,

we will finally find our shared humanity.

kita akhirnya menemukan secuil kemanusiaan kita.

Women,

Perempuan,

girls,

anak perempuan,

nonbinary people,

orang non-biner,

men

laki-laki,

standing together on equal footing

berdiri bersama dalam kesetaraan

with mutual respect

dengan saling menghargai

in safe environments

dalam lingkungan yang aman

is the greatest gender reckoning we can create.

adalah pengakuan gender terbaik yang bisa kita ciptakan.

Thank you.

Terima kasih.

(Applause and cheers)

(Tepuk tangan dan sorakan)