Qatar's World Cup workers - 6 Minute English

Hello. This is 6 Minute English from

Halo. Ini adalah 6 Menit Bahasa Inggris dari

BBC Learning English. I’m Neil.

BBC Learning English. Saya Neil.

And I’m Beth.

Dan saya Beth.

Every four years the best players in the

Setiap empat tahun para pemain terbaik di

world gather for one month in the summer

dunia berkumpul selama satu bulan di musim panas

to take part in the biggest event in football –

untuk ambil bagian dalam acara terbesar dalam sepak bola –

the World Cup.

Piala Dunia.

But this year, for the first time ever, the

Namun tahun ini, untuk pertama kalinya,

competition is taking place in winter.

kompetisi berlangsung di musim dingin.

Why? Because the 2022 World Cup is

Mengapa? Karena Piala Dunia 2022 sedang

happening in Qatar.

berlangsung di Qatar.

Over a million fans from all over the world

Lebih dari satu juta penggemar dari seluruh dunia

are expected to visit Qatar for the World Cup

diharapkan mengunjungi Qatar untuk Piala Dunia

which starts on the 20th of November.

yang dimulai pada 20 November.

Because temperatures in Qatar exceed 45

Karena suhu di Qatar melebihi 45

degrees in the summer, the competition

derajat di musim panas, kompetisi

was moved to the winter.

dipindahkan ke musim dingin.

But the decision to hold the World Cup

Namun keputusan untuk menyelenggarakan Piala Dunia

in the tiny, oil-rich Gulf

di negara Teluk yang kecil dan kaya minyak itu

state has been controversial.

telah menjadi kontroversi.

One of the richest countries in the world,

Salah satu negara terkaya di dunia,

Qatar has no tradition of playing football and

Qatar tidak memiliki tradisi bermain sepak bola dan

some have criticised the focus on money

beberapa mengkritik fokus pada uang

instead of sport.

daripada olahraga.

And there are other criticisms too – about

Dan ada kritik lain juga – tentang

human rights and the treatment of the migrant

hak asasi manusia dan perlakuan terhadap

construction workers who built the football

pekerja konstruksi migran yang membangun stadion sepak bola

stadiums, roads, transport systems and hotels

, jalan, sistem transportasi, dan hotel yang

without which the World Cup could not happen.

tanpanya Piala Dunia tidak dapat terjadi.

In this programme we’ll be asking:

Dalam program ini kami akan bertanya:

is it right for

apakah

Qatar to host the World Cup?

Qatar layak menjadi tuan rumah Piala Dunia?

And of course,

Dan tentu saja,

we’ll be learning some new and useful

kita juga akan belajar beberapa kosa kata baru dan berguna

vocabulary as well.

.

But before that I have a question for you Beth.

Tapi sebelum itu saya punya pertanyaan untuk Anda Beth.

Which country has won the World Cup

Negara mana yang paling sering memenangkan Piala Dunia

the most times?

?

Is it: a) Italy b) Brazil or, c) Germany?

Apakah itu: a) Italia b) Brasil atau, c) Jerman?

I think it must be Brazil.

Saya pikir itu pasti Brasil.

OK, I’ll reveal the answer at the end of

Oke, saya akan mengungkapkan jawabannya di akhir

the programme.

program.

Advertising for the Qatar World Cup shows

Iklan untuk Piala Dunia Qatar menunjukkan

football fans staying in new hotels and

penggemar sepak bola menginap di hotel baru dan

watching matches in air-conditioned stadiums.

menonton pertandingan di stadion ber-AC.

But hidden behind this, the lives of the migrant

Namun tersembunyi di balik ini, kehidupan

workers from Nepal, India and other South Asian

para pekerja migran dari Nepal, India, dan

countries reveal a very different story.

negara-negara Asia Selatan lainnya mengungkapkan cerita yang sangat berbeda.

The population of Qatar is tiny and 95% of

Populasi Qatar kecil dan 95% dari

the total workforce are foreigners

total tenaga kerja adalah orang asing yang

working in extreme heat,

bekerja di cuaca panas ekstrem,

housed in poor quality accommodation,

ditempatkan di akomodasi berkualitas buruk,

and often underpaid.

dan seringkali dibayar rendah.

Rothna Begum, a researcher for Human

Rothna Begum, seorang peneliti Human

Rights Watch, explained their situation

Rights Watch, menjelaskan situasi mereka

to BBC World Service programme,

kepada program BBC World Service,

Business Daily:

Business Daily:

We’re still recording and documenting

Kami masih merekam dan mendokumentasikan

migrant workers facing abuse

pekerja migran yang menghadapi pelecehan

and exploitation in Qatar.

dan eksploitasi di Qatar.

They include workers reporting having

Mereka termasuk pekerja yang melaporkan telah

paid exorbitant and illegal recruitment fees

membayar biaya rekrutmen yang sangat tinggi dan ilegal

to secure work abroad on two-year contracts,

untuk mendapatkan pekerjaan di luar negeri dengan kontrak dua tahun,

and then finding out they’re

dan kemudian mengetahui bahwa mereka

coming on three-month visas,

datang dengan visa tiga bulan,

which means that they're not able

yang berarti bahwa mereka tidak dapat

to make up or recoup

mengganti atau mengganti

the price that they've paid to actually get

biayanya. bahwa mereka telah membayar untuk benar-benar mendapatkan

this job, and may well be

pekerjaan ini, dan mungkin

sent home in debt on top

dipulangkan dengan hutang di

of everything else.

Migrant workers face exploitation.

atas segalanya.

Buruh migran menghadapi eksploitasi.

Exploitation means treating someone

Eksploitasi berarti memperlakukan seseorang

unfairly to get some advantage for yourself.

secara tidak adil untuk mendapatkan keuntungan bagi diri sendiri.

Many of the World Cup workers were

Banyak pekerja Piala Dunia yang

exploited by being paid less

dieksploitasi dengan dibayar kurang

than agreed, being

dari yang disepakati,

paid late, or not being paid at all.

dibayar terlambat, atau tidak dibayar sama sekali.

The construction jobs seemed

Pekerjaan konstruksi tampaknya merupakan

a good opportunity for migrant workers

peluang yang baik bagi pekerja migran

to save money to send home

untuk menabung untuk dikirim pulang

to their families.

ke keluarga mereka.

Many paid exorbitant fees –

Banyak yang membayar biaya selangit –

fees which were much bigger

biaya yang jauh lebih besar

than they should be, just

dari yang seharusnya, hanya

to get a job in Qatar.

untuk mendapatkan pekerjaan di Qatar.

But despite being given two-year

Namun meski diberi

job contracts, some workers were

kontrak kerja dua tahun, beberapa pekerja

only allowed to stay three months.

hanya diizinkan tinggal selama tiga bulan.

Because they couldn’t make

Karena mereka tidak dapat menghasilkan

enough money, many returned

cukup uang, banyak yang kembali ke

home in debt – owing money to

rumah dengan hutang – berutang uang kepada

someone that they will

seseorang yang harus mereka

have to pay back.

bayar kembali.

What’s worse, many have

Lebih buruk lagi, banyak yang

died building the football stadiums,

meninggal saat membangun stadion sepak bola,

in accidents, or due to

karena kecelakaan, atau karena

overwork and heat stress.

terlalu banyak bekerja dan tekanan panas.

So, with all this criticism,

Jadi, dengan semua kritik ini,

added to the billions of dollars

ditambah miliaran dolar

Qatar spent preparing for the

yang dihabiskan Qatar untuk mempersiapkan

competition, was it worth it?

kompetisi, apakah itu sepadan?

James Dawsey is an expert on the

James Dawsey adalah pakar

politics of football in the

politik sepak bola di

Middle East.

Timur Tengah.

Here he explains to BBC World

Di sini dia menjelaskan kepada BBC World

Service’s, Business Daily,

Service's, Business Daily,

that for Qatar, hosting the World Cup

bahwa bagi Qatar, menjadi tuan rumah Piala Dunia

is more about improving its

lebih tentang meningkatkan

international reputation than economics:

reputasi internasionalnya daripada ekonomi:

But this is not about economics for Qatar.

Tapi ini bukan tentang ekonomi untuk Qatar.

Qatar is a small state.

Qatar adalah negara kecil.

It is sandwiched between

Itu terjepit di antara

two regional behemoths:

dua raksasa regional:

Saudi Arabia and Iran.

Arab Saudi dan Iran.

And so its whole policy

Jadi seluruh kebijakannya

is geared towards soft power,

diarahkan pada kekuatan lunak,

whether that's sports, whether

apakah itu olahraga, apakah

that's the airport and the airline…

itu bandara dan maskapai penerbangan…

Qatar may be rich

Qatar mungkin kaya

thanks to its oil,

berkat minyaknya,

but it’s not a large country

tetapi itu bukan negara besar

unlike neighbouring Saudi Arabia

seperti tetangga Arab Saudi

and Iran, countries which

dan Iran, negara-negara yang

James Dawsey called behemoths –

disebut James Dawsey raksasa –

something which is extremely large

sesuatu yang sangat besar

and powerful.

dan kuat.

Qatar is sandwiched

Qatar terjepit

between these larger counties.

di antara kabupaten yang lebih besar ini.

If you’re sandwiched between two

Jika Anda terjepit di antara dua

things you’re in a narrow,

hal, Anda berada di

tight space between them.

ruang yang sempit dan sempit di antara keduanya.

Because Qatar isn’t as powerful

Karena Qatar tidak sekuat

as it’s bigger neighbours,

tetangganya yang lebih besar, Qatar

it uses soft power – the way a

menggunakan soft power – cara suatu

country uses its economic and

negara menggunakan pengaruh ekonomi dan

cultural influence to persuade

budayanya untuk membujuk

other countries, instead of

negara lain, alih-alih

using military power.

menggunakan kekuatan militer.

Hosting an important international

Menjadi tuan rumah acara internasional penting

event like the World Cup is a part of

seperti Piala Dunia adalah bagian dari

Qatar’s soft power strategy

strategi soft power Qatar

to be considered an important

untuk dianggap sebagai

country on the world stage.

negara penting di panggung dunia.

Whatever the rights

Apa pun benar

and wrongs of the debate,

dan salahnya debat,

this will be the first Arab nation

ini akan menjadi negara Arab pertama

to host the World Cup,

yang menjadi tuan rumah Piala Dunia,

although it’s unlikely that the Qatari

meskipun kecil kemungkinannya

team will actually win -

tim Qatar akan benar-benar menang -

unlike a more famous footballing nation,

tidak seperti negara sepak bola yang lebih terkenal,

Italy, who won the first World

Italia, yang memenangkan Piala Dunia pertama yang

Cup they hosted in 1934.

mereka selenggarakan pada tahun 1934.

And speaking of World Cup winners,

Dan berbicara tentang pemenang Piala Dunia,

what was the answer to your question, Neil?

apa jawaban atas pertanyaanmu, Neil?

Which country has won the most World Cups?

Negara mana yang paling banyak memenangkan Piala Dunia?

I guessed it was Brazil…

Saya kira itu adalah Brasil…

Which was…. the correct answer of course!

Yang mana…. jawaban yang benar tentu saja!

With five title wins, Brazil

Dengan lima kemenangan gelar, Brasil

is the most successful World Cup

adalah tim Piala Dunia paling sukses

team followed closely by Italy and

diikuti oleh Italia dan

Germany with four titles each.

Jerman dengan masing-masing empat gelar.

OK, let’s recap the vocabulary we’ve learned

Oke, mari kita rekap kosa kata yang telah kita pelajari

starting with exploitation -

dimulai dengan eksploitasi -

treating someone unfairly in

memperlakukan seseorang dengan tidak adil

order to benefit yourself.

untuk menguntungkan diri sendiri.

If the price of something is exorbitant,

Jika harga sesuatu selangit,

it’s much higher than it should be.

itu jauh lebih tinggi dari yang seharusnya.

A debt is an amount of money

Utang adalah sejumlah uang

that you owe to someone else.

yang Anda berutang kepada orang lain.

A behemoth refers to something

Raksasa mengacu pada sesuatu

which is extremely large and powerful.

yang sangat besar dan kuat.

And if you’re sandwiched between

Dan jika Anda terjepit di antara

two things, you’re in a in a tight,

dua hal, Anda berada di

narrow space between them.

ruang yang sempit dan sempit di antara keduanya.

And finally, soft power describes

Dan terakhir, soft power menggambarkan

strategies used by a country to increase

strategi yang digunakan oleh suatu negara untuk meningkatkan

its power through economic

kekuatannya melalui

and cultural influences,

pengaruh ekonomi dan budaya,

instead of fighting wars.

alih-alih berperang.

Once again, our six minutes are up.

Sekali lagi, enam menit kami habis.

Goodbye for now!

Selamat tinggal untuk saat ini!

Bye!

Selamat tinggal!