The myth of bringing your full, authentic self to work | Jodi-Ann Burey

Transcriber:

Translator: Yuliana Ayundini Reviewer: Nathaniel Luis Reyhan Soesilo

So picture this.

Coba bayangkan.

Your friend calls to invite you to a party this Saturday.

Teman Anda mengundang ke pesta hari Sabtu ini.

They say, "Yes, I totally understand that Saturday is Halloween,

Mereka berkata, “Ya, aku paham betul bahwa hari Sabtu adalah Halloween,

but trust me, it's not a Halloween party.

tapi percayalah ini bukan pesta Halloween.

October 31 just happens to be the best day when everyone is in town.

Kebetulan 31 Oktober adalah hari terbaik saat semua berada di kota.

No, no, no, no.

Bukan, bukan.

You don't have to wear a costume.

Kamu tak harus memakai kostum.

It's not going to be like that at all.

Ini bukan pesta semacam itu.

Just come as you are."

Datanglah saja apa adanya.”

A party with your friends on Halloween,

Pesta bersama dengan teman-teman Anda saat Halloween,

without having to go through all the trouble of finding a costume,

tanpa harus bersusah payah mencari kostum

a costume, mind you, you'll never wear again.

yang tidak akan pernah Anda pakai lagi.

Oh, you will be there.

Oh, tentu Anda akan datang.

So Saturday is here.

Hari Sabtu pun tiba.

You head on over in your favorite faded jeans

Anda berangkat dengan celana jeans pudar kesukaan

and the stylish enough top,

dan atasan yang cukup bergaya

quite frankly, you’ve been lounging in all day.

yang telah Anda pakai untuk bersantai sepanjang hari.

You knock on the door.

Anda mengetuk pintu.

Out steps these bright red boots,

Melangkah keluarlah sepasang sepatu bot merah terang,

the perfect accessory to your friend's Wonder Woman costume.

aksesoris sempurna untuk kostum Wonder Woman teman Anda.

Wonder is the exact description of the look on your face.

Rasa heran adalah gambaran pasti yang terukir di wajah Anda.

As you enter the house,

Saat memasuki rumah,

your eyes dart across a number of cartoon characters,

mata Anda menatap beberapa karakter kartun,

uniformed professionals

profesional berseragam,

and some unfortunate impersonations of the latest celebrities.

dan beberapa tiruan dari para selebritas terbaru.

You look to your friend for answers,

Anda mencari teman Anda meminta jawaban,

but they're gathering the final votes for the costume contest.

tapi mereka sedang berkumpul untuk suara terakhir di kontes kostum.

The costume contest.

Sebuah kontes kostum.

You, of course,

Anda, tentu saja,

receive no votes.

tidak mendapatkan suara.

Apakah Anda merasakannya?

Do you feel that?

Perasaan yang Anda miliki saat ini?

That feeling that you have right now?

The anxiety, the upset and bewilderment

Kegelisahan, kekecewaan, dan kebingungan

as to how you came to be the odd one out

saat Anda datang sebagai yang paling menonjol

for just doing what you were told.

karena melakukan yang diperintahkan.

To come as you are.

Untuk datang apa adanya.

That's exactly how I feel

Itulah yang saya rasakan

when I am told to bring my full, authentic self to work.

ketika saya diminta membawa diri apa adanya ke tempat kerja.

"We want people of color to feel like they belong here," they say.

“Kami ingin orang kulit berwarna merasa diterima di sini,” katanya.

"We're looking for passionate people who can bring a fresh perspective

“Kami mencari orang penuh gairah yang dapat membawa sudut pandang segar

to challenge our way of thinking," they say.

untuk menantang cara kami berpikir,” kata mereka.

"Our diversity is our strength," they say.

“Keberagaman merupakan kekuatan kami,” kata mereka.

"Come just as you are,"

“Datanglah apa adanya,”

they say.

kata mereka.

Recruiters, managers, executives, CEOs --

Para perekrut, manajer, eksekutif, dirut --

all those responsible for making decisions.

mereka yang mengambil keputusan...

They say quite a lot.

mereka mengatakan banyak hal.

And perhaps for good reason.

Dan mungkin untuk alasan yang baik.

It's long been the expectation for people like me

Hal ini adalah harapan bagi orang-orang seperti saya

who have been grossly, often intentionally,

yang sudah terlalu sering, bahkan sering kali disengaja

underrepresented at work

agar kurang terwakili di tempat kerja

to contort ourselves into this caricature of what some call professionalism,

untuk mengubah diri menjadi karikatur yang biasa disebut profesionalisme,

and what we call a distorted elaboration of white cultural norms

dan apa yang kami sebut elaborasi melenceng dari norma kulit putih

and the standards that meet the comforts

dan standar yang memenuhi kenyamanan

of those who hold social and institutional power.

para pemegang kekuasaan sosial dan institusional.

That's professionalism.

Itulah profesionalisme.

Undangan untuk membawa diri nyata kami dengan sepenuhnya ke kantor

The invitation to bring our full, authentic selves to work

signals that this place could be the place to safely shed the guise.

adalah pertanda bahwa tempat ini dapat menjadi tempat melepas kedok dengan aman.

We could collect the parts of ourselves we've compartmentalized

Kami dapat mengumpulkan bagian diri kita yang telah kita kelompokkan

and trust that our differences will be seen as assets,

dan memercayai bahwa perbedaan kita akan dilihat sebagai aset,

not liabilities.

bukan liabilitas.

Seeded in this call for authenticity

Diunggulkan dalam permintaan untuk keaslian ini

is this idea that those who don't have to spend all their energy

adalah ide bahwa mereka yang tidak harus menghabiskan energinya

hiding parts of themselves

menyembunyikan diri sendiri

could find more fulfillment at work.

dapat merasa lebih puas di tempat kerja.

The expectation is that the more we could just be ourselves,

Harapannya adalah semakin kita dapat menjadi diri sendiri,

perhaps, just maybe, others will follow suit.

mungkin, mungkin saja, yang lain akan mengikuti.

The hope is that soon enough

Harapannya agar secepatnya

the culture of the entire organization will shift,

budaya seluruh organisasi akan bergeser,

becoming more inclusive and welcoming of difference.

menjadi lebih inklusif dan menerima perbedaan.

My type of difference.

Perbedaan yang saya sukai.

So I show up to work as I am,

Jadi, saya datang ke kantor sebagaimana diri saya,

with my Afro, my family photos,

dengan rambut Afro, foto keluarga,

my disability accommodation needs, my questions, my pushback,

akomodasi disabilitas, pertanyaan, penolakan,

my perspective, grounded in the lived experience

sudut pandang saya yang didasarkan pada pengalaman hidup

of all my identities.

dari semua identitas saya.

I show up with this full, authentic self

Saya muncul dengan pribadi yang penuh dan otentik

to perform my job with excellence.

untuk bekerja dengan baik.

But when the time comes for the stretch projects,

Namun, ketika waktunya tiba untuk proyek yang menantang,

the promotion, equal pay, recognition,

promosi, gaji yang setimpal, pengenalan,

mentors, sponsors ...

mentor, sponsor...

I'm overlooked.

saya diabaikan.

"You need to work on being more of a team player," they say.

“Anda harus lebih bekerja dalam tim,” kata mereka.

"Your approach makes it difficult to work with you," they say.

“Pendekatan Anda mempersulit kami untuk bekerja dengan Anda,” kata mereka.

"Try to help others feel more comfortable around you," they say.

“Cobalah membuat orang lain merasa nyaman di sekitar Anda,” kata mereka.

"You are hurting your relationships at work

“Anda merusak hubungan Anda di tempat kerja

when you talk about racism,"

saat Anda membahas rasisme,”

they say.

kata mereka.

No promotion, no mentor, no votes.

Tidak ada promosi, tidak ada mentor, tidak ada vote.

We cannot compete in the costume contest

Kita tidak dapat berkompetisi dalam kontes kostum

without a costume

tanpa sebuah kostum

and expect to win.

dan berharap untuk menang.

The call to brave work with more authenticity

Permintaan untuk berani bekerja dengan keaslian

undeservedly disadvantages people of color.

secara tidak layak merugikan orang kulit berwarna.

Those of us who are already burdened

Beberapa dari kita yang telah terbebani

with the task of chronically battling bias.

dengan tugas untuk melawan bias secara kronis.

With precision, the work to shift culture

Memang benar bahwa pekerjaan untuk mengubah budaya

is designed to cost us our own mental and physical health.

dirancang untuk membebani kesehatan fisik dan mental kami sendiri.

If who we are makes us as difficult as they say,

Jika menjadi diri sendiri memang mempersulit mereka,

then this demand for our authenticity compromises our careers.

maka permintaan akan keaslian membahayakan karier kami.

Listen, the fact is this:

Dengar, faktanya adalah ini:

one person, or even a few people coming just as we are,

satu orang atau beberapa orang yang datang apa adanya

cannot change company culture.

tidak bisa mengubah budaya perusahaan.

How would change happen alongside rewards for coded definitions of "fit"?

Bagaimana perubahan bisa terjadi jika kata “cocok” memiliki arti lain?

What difference would it make to allege a value for diversity

Apa dampak dari menyatakan penghargaan untuk keberagaman

without sustaining evidence of that value in any meaningful way?

tanpa membuktikan penghargaannya dengan cara yang berarti?

We know what we're up against.

Kami tahu apa yang sedang kami lawan.

Authenticity has become a palatable proxy

Keaslian telah menjadi wakil cantik

to mask the pressing need to end the racism, ageism,

untuk menutupi kebutuhan mendesak untuk menghentikan rasisme, ageisme,

ableism, sexism, homophobia, xenophobia and the like

abilisme, seksisme, homofobia, xenofobia, dan lain-lain

that run rampant throughout our professional lives.

yang merajalela kehidupan profesional kita.

Without accountability to examine these systems of bias and power,

Tanpa pertanggungjawaban untuk menguji sistem kekuatan dan bias ini,

the call for authenticity fails.

panggilan terhadap keaslian akan gagal.

It fails to question who is in the room,

Gagal itu saat Anda bertanya siapa yang ada di ruangan,

who sits at that table and who gets to be heard.

siapa yang duduk di meja itu, dan siapa yang akan didengar.

It fails to demand that we reveal the truth

Adalah sebuah kegagalan untuk menuntut agar kebenarannya diungkapkan

about how racism impacts decisions about who's in the room,

tentang bagaimana rasisme memengaruhi keputusan siapa yang ada di ruangan,

who sits at that table and who gets to be heard.

siapa yang duduk di meja itu, dan siapa yang akan didengar.

What many people of color find is that even when we are in the room,

Yang dirasakan orang kulit berwarna adalah meskipun kita ada di ruangan,

sitting at that table,

duduk di meja itu

stating firmly, “I am speaking,”

seraya mengatakan dengan tegas, “Saya sedang berbicara,”

very few people are actually listening.

hanya sedikit orang yang mendengarkan.

It starts to feel like our bodies are wanted in the room,

Ini terasa seakan-akan tubuh kita diinginkan di ruangan tersebut,

but not our voices.

tetapi tidak suara kita.

Look, I know what that's like.

Begini, saya tahu seperti apa rasanya.

A couple of years ago,

Beberapa tahun yang lalu,

at the end of the senior leadership brainstorming meeting,

di akhir pertemuan brainstorming kepemimpinan senior,

I was called into an unscheduled check-in with an executive.

saya diundang bertemu tanpa jadwal dengan seorang eksekutif.

She sounded enthusiastic

Ia terdengar antusias

about how my contributions helped move the project forward,

tentang kontribusi saya yang membantu proyeknya berkembang,

so it surprised me when she then suggested

jadi saya terkejut ketika ia kemudian menyarankan

that in future meetings,

agar di pertemuan ke depan,

I should try to be more agreeable

saya harus mencoba agar lebih mudah setuju

to help give others a win.

untuk membantu yang lain menang.

If I did have feedback,

Jika saya memiliki tanggapan,

she advised that I send it over email instead.

ia menyarankan saya untuk mengirimnya melalui surel.

Honestly, I was taken aback.

Sejujurnya, saya terkejut.

Like, here I was feeling like my contributions mattered,

Di sini saya merasa bahwa kontribusi saya bermakna,

that my seat at that table had proved pivotal

bahwa kedudukan saya di meja itu terbukti penting

to the success of our work together.

bagi kesuksesan pekerjaan kami bersama.

Excitedly, I felt a lightness,

Dengan gembira, saya merasa lega,

ideating alongside my colleagues without reserve.

mencari ide bersama rekan-rekan tanpa menahan diri.

The work was riveting.

Pekerjaan tersebut memukau.

So I opted outside of my usual guardedness.

Saya menjadi lebih lepas dari sebelumnya.

I stopped hiding my opinions.

Saya berhenti menyembunyikan pendapat.

I worried less about those constricted norms

Saya tidak khawatir dengan norma-norma

of how I should express myself.

yang membatasi ekspresi diri saya.

For the first time, I felt like --

Untuk pertama kalinya, saya merasa seperti...

Like I could take off that costume

seperti saya dapat melepaskan kostum

so many of us have to wear.

yang kami semua harus pakai.

Clearly, that was a mistake.

Jelas, itu adalah sebuah kesalahan.

At the end of her comments, I tried to keep it real with her.

Di akhir komentarnya, saya mencoba untuk tetap apa adanya.

I said, "Your advice is consistent

Saya berkata, “Nasihat Anda konsisten

with the way women of color,

dengan cara wanita kulit berwarna,

Black women especially, are treated at work."

khususnya wanita kulit hitam, diperlakukan di tempat kerja.”

Her response fit perfectly into this three-step framework

Responsnya sangat cocok dengan kerangka “tiga cara” ini

I've now come to know as DARVO:

yang kini saya kenal sebagai SSBKP:

deny, attack, reverse the victim with the offender.

sangkal, serang, balikkan korban menjadi pelanggar.

DARVO sounds like this.

SSBKP terdengar seperti ini.

(Clears throat)

(Mendeham)

"Jodi-Ann, this has nothing to do with your race."

“Jodi-Ann, ini tidak ada hubungannya dengan ras Anda.”

Deny.

Sangkal.

"You're just being too sensitive and angry."

“Anda hanya terlalu sensitif dan marah.”

Attack.

Serang.

"You know, if you're going to play the race card

“Anda tahu, jika Anda ingin memainkan kartu ras

every time I try to give you feedback,

setiap kali saya mencoba memberi masukan,

it's going to make it really hard for us to work together.

akan semakin sulit bagi kita untuk bekerja bersama.

I just want you to be successful here.

Saya hanya ingin Anda menjadi sukses di sini.

I'm just trying to support you."

Saya hanya ingin membantu Anda.”

Who's the victim now?

Sekarang siapakah korbannya?

Her attempts to gaslight me,

Usahanya untuk menyalahkan saya,

to psychologically manipulate me

untuk memanipulasi saya secara psikologis,

into questioning my own reality

membuat saya meragukan realitas saya sendiri

was futile.

adalah sia-sia.

Even then, in that moment,

Meskipun saat itu,

I knew that my experience was not unique.

saya tahu bahwa pengalaman saya tidaklah unik.

For too many Black women and other people of color,

Bagi banyak wanita kulit hitam dan orang kulit berwarna lainnya,

people living with disabilities,

orang-orang difabel,

nonbinary people, deaf people,

orang-orang non-biner, tuli,

LGBTQIA+ people

LGBTQIA+,

and others among us

dan yang lain di antara kita

that are constantly featured on the "Come work with us" section

yang terus-menerus dipajang di bagian “Ayo bekerja bersama kami”

on company websites,

pada situs perusahaan,

we know this harsh reality intimately.

kami tahu realitas keras ini dengan baik.

Being authentic privileges those already part of the dominant culture.

Bertindak otentik menguntungkan mereka yang berbudaya umum.

It is much easier to be who you are

Lebih mudah menjadi diri sendiri

when who you are is all around you.

ketika orang di sekitar mirip dengan Anda.

Coming just as we are when we're the first,

Datang sebagai diri sendiri ketika kita adalah orang pertama,

the only, the different or one of the few

satu-satunya, atau beberapa yang berbeda

can prove too risky.

terbukti bisa terlalu berisiko.

So we wear the costume.

Jadi, kami memakai kostum.

We keep the truer parts of ourselves hidden.

Kami menyembunyikan bagian asli dari diri kami.

We straighten our curly hair for interviews.

Kami meluruskan rambut keriting untuk wawancara.

We pick up hobbies we do not enjoy.

Kami memilih hobi yang tidak kami nikmati.

We restate our directives as optional suggestions.

Kami menganggap prinsip kami sebagai sebuah opsi.

We talk about the weather instead of police brutality.

Kami berbicara tentang cuaca, bukan kebrutalan polisi.

We mourn for Breonna Taylor alone.

Kami berkabung sendirian untuk Breonna Taylor.

Kami mengabaikan komentar rasis yang diutarakan penyelia,

We ignore the racist comments our supervisor makes,

we stop correcting our mispronounced names.

kami berhenti mengoreksi kesalahan pengejaan nama kita.

We ask fewer questions.

Kami sedikit bertanya.

We learn to say nothing and smile.

Kami belajar untuk diam saja dan tersenyum.

We omit parts of our stories.

Kami menahan beberapa bagian dari cerita kami.

We erase parts of ourselves.

Kami menghapus bagian dari diri kami.

Our histories and present reality

Realitas masa lalu dan masa kini kami

show this to be the best path for success.

menunjukkan bahwa inilah jalan terbaik menuju kesuksesan.

But now our society is reaching a new tipping point.

Namun, sekarang masyarakat kita telah mencapai titik kritis yang baru.

Inequities,

Ketidakadilan,

racism and bigotry

rasisme, dan kefanatikan

are finding fewer places to cower.

semakin menghilang.

Silences are becoming harder to keep.

Kesunyian menjadi lebih sulit dipertahankan.

Our most radical collective imaginations for racial justice

Imajinasi kolektif kita yang paling radikal untuk keadilan ras

are reaching new possibilities.

mencapai kemungkinan yang baru.

And so I'm asking

Jadi, saya memohon

that we, the people who have and continue to be denied inclusion

kepada kami, orang-orang yang telah dan terus dikucilkan

in that refrain,

dari diskusi,

dedicate the authentic fullness of who we are to that work,

agar mendedikasikan keaslian diri kita secara penuh di dalam pekerjaan itu,

the work of making space everywhere for who we are -- to breathe.

pekerjaan yang memberi ruang di mana pun bagi siapa pun -- untuk bernapas.

But just for a moment,

Namun hanya untuk sesaat,

let me step away from that work

izinkan saya menjauh dari kewajiban ini

to tell the rest of you this.

untuk mengatakan ini kepada Anda yang mayoritas.

Black people do not need to be any more authentic.

Orang kulit hitam tidak perlu menjadi lebih otentik lagi.

So no,

Jadi, tidak,

this Black disabled immigrant woman

wanita imigran difabel berkulit hitam ini

will not be bringing her full, authentic self to work.

tidak akan membawa diri penuhnya secara apa adanya ke tempat kerja.

But she is asking that you,

Namun, dia meminta agar Anda,

those of you with the power of your positions

Anda semua yang memiliki kekuatan posisi tinggi,

and the protection of your whiteness

perlindungan terhadap ras kulit putih Anda,

and other societal privileges you did not earn,

dan hak-hak sosial istimewa lainnya yang tidak Anda peroleh,

to take on that risk instead.

untuk mengambil risiko itu sebagai gantinya.

There's an opportunity in this movement for change

Ada sebuah kesempatan dalam perubahan ini

for you to do just that -- change.

yang bisa Anda lakukan -- berubah.

Not your hearts and minds.

Bukan hati dan pikiran Anda.

Close the gap between what you say

Tutuplah celah antara apa yang Anda katakan

and how we're treated.

dan bagaimana kami diperlakukan.

Change your decisions.

Ubah keputusan Anda.

Make working effectively across racial and cultural differences

Buatlah agar bekerja secara efektif meski berbeda ras dan budaya

a core competency in hiring and performance management for everyone.

menjadi kompetensi inti perekrutan dan manajemen kinerja semua orang.

Define good product design

Artikan desain produk yang baik

as one that centers the most underserved people.

sebagai sesuatu yang berfokus kepada orang yang paling tak terlayani.

Close the racial gender pay gap,

Hentikan kesenjangan upah berdasarkan gender dan ras,

starting first with Latinx women.

dimulai dari wanita Latinx.

Build responsive people systems

Bangunlah sistem masyarakat yang responsif

to manage racial conflict with equity and justice.

untuk mengelola konflik ras dengan kesetaraan dan keadilan.

These aren't the decisions that shift culture,

Ini semua bukanlah keputusan yang menggeser budaya,

but rather a tiny sample of the expansive possibilities

melainkan sebuah sampel kecil dari kemungkinan yang luas

of what you can actually do today,

yang dapat Anda lakukan hari ini,

in your next meeting,

di rapat Anda selanjutnya,

to realize the hope for racial equity.

untuk merealisasikan harapan akan kesetaraan ras.

You do the work to make it safe for me to come just as I am

Anda yang bekerja guna membuat saya aman untuk datang sebagai diri saya

with my full, authentic self.

dengan penuh dan apa adanya.

That's your job, not mine.

Itu pekerjaan Anda, bukan saya.

It's your party, not mine.

Itu pesta Anda, bukan saya.

You set the rules and rewards.

Anda menentukan peraturan dan penghargaannya.

So I'm asking you,

Jadi, saya bertanya kepada Anda,

what will it take to win in your contest?

apakah yang diperlukan untuk memenangkan kontes Anda?

Thank you.

Terima kasih.