The Likability Dilemma for Women Leaders | Robin Hauser | TED

Translator: Rizki Febriani Reviewer: Hafizh Alfarisi

I’m a middle child, and I was born leaning in.

Aku anak tengah dan aku terlahir untuk terus maju.

Sejauh yang kuingat, aku punya hasrat tak terpuaskan untuk berkompetisi,

For as long as I can remember,

I've had this insatiable desire to compete, to accomplish

mencapai sesuatu, dan membuktikan kesanggupanku.

and to prove myself.

My energy isn’t easily contained,

Energiku tak mudah dibendung.

Baik oleh laki-laki maupun perempuan, aku dianggap serius, dinamis, agresif.

and I've been called by both men and women

intense, high-octane,

aggressive.

Kata-kata tersebut tidak terasa seperti pujian untukku.

These words don't feel like compliments to me.

Aku mencoba mengontrol gejolak diriku.

I try to control my eagerness.

I try to be softer.

Aku mencoba menjadi lebih lembut.

It's exhausting.

Rasanya melelahkan.

(Laughter)

(Tawa)

The truth is, this tough shell conceals sensitivities and insecurities

Sebenarnya, cangkang kerasku ini menyamarkan rasa sensitif dan tak nyaman

that only those closest to me know.

yang hanya diketahui orang-orang terdekatku.

And yeah, my masculine traits make me the kind of gal

Sifat maskulin ini juga menjadikanku perempuan

yang bisa membaur dengan laki-laki, asalkan aku bukan bos mereka.

that can hang with the guys,

as long as I'm not their boss.

Musim dingin lalu, aku berjalan di resor ski.

Last winter, I was walking through a ski resort

Lalu, seorang laki-laki mendekat dan bilang,

and a man came up to me and said,

"Excuse me, are you with a husband or a fiancée?"

“Permisi, apa kau bersama dengan suami atau tunangan?”

"No," I said, and I continued toward the lifts.

“Tidak,” kataku, lalu aku lanjut menuju lift.

And then curiosity got the better of me.

Dan aku pun menjadi penasaran.

And I turned around and asked the guy why he wanted to know if I was with a man.

Aku berbalik dan menanyakannya kenapa dia mau tahu bila aku bersama lelaki.

“Aku menjual timeshares, sejenis real estat.”

"I'm selling timeshares. It's a real estate thing."

(Laughter)

(Tawa)

"And you don't sell to women?"

“Kau tidak menjualnya ke perempuan?”

"Oh, are you interested?"

“Oh, apa kau tertarik?”

"No."

“Tidak.”

(Laughter)

(Tawa)

“Tapi, kau tahu ’kan kalau perempuan juga punya uang?”

"But you do know women carry checkbooks, too?"

And at that, he looked at me and said, "Wow, lady, you're tough."

Dia langsung menatapku dan berkata, “Wow, Nyonya, kau tangguh.”

(Laughter)

(Tawa)

Modern day sexism is different than it was in the past

Seksisme di masa modern berbeda dengan zaman dahulu

when a blatant comment about a woman's physique

ketika komentar tak sopan mengenai fisik perempuan

or a chummy pat on the derriere was tolerated, maybe even accepted.

atau sentuhan nakal ditoleransi atau bahkan diterima.

Today's sexism can be more subtle.

Seksisme masa ini bisa jadi lebih samar.

Little nuances that might seem like no big deal to some,

Nuansa-nuansa kecil yang tampak remeh bagi sebagian orang

bisa meninggalkan bekas seperti seribu sayatan.

but their impact can have the effect of a thousand cuts.

That day at the ski resort resulted in more than just another microabrasion.

Kejadian di resor ski hari itu lebih dari sekadar mikroagresi.

Hal itu memantik rasa penasaranku

It sparked a curiosity in me about perceptions that we have

akan persepsi yang kita miliki mengenai perempuan dibandingkan laki-laki.

for women versus men.

I wanted to know why do we perceive women differently when we assert ourselves.

Aku ingin tahu kenapa kita memandang perempuan berbeda saat bersuara.

So I did a little research and I came across something,

Aku pun melakukan riset kecil dan menemukan sesuatu,

just to make sure this wasn't all on my mind,

biar kuyakin bukan aku saja yang memikirkannya.

Temuanku disebut dilema kompeten-disukai.

called the competence/likability dilemma,

where women, unlike men,

Inilah alasan perempuan tak seperti laki-laki

are rarely perceived to be both competent and likable.

karena jarang dipandang bisa kompeten sekaligus disukai.

Now we should take a moment to define the word "likable."

Pikirkan sejenak makna kata “disukai”.

Merriam-Webster says "likeable" is:

Merriam-Webster menyebut,

"having qualities that bring about a favorable regard,

“Disukai berarti “Memiliki kualitas yang diterima, disenangi, atau memikat hati.”

pleasant or agreeable."

The Urban Dictionary says:

The Urban Dictionary menyebut,

“Disukai, kata sifat yang berarti menyenangkan atau atraktif.

"likeable, an adjective meaning pleasant or attractive.

It describes something that is easy to like."

Kata ini menjelaskan sesuatu yang mudah disenangi.”

The sad truth is, most of us don't find strong, competent women easy to like.

Sayangnya, banyak yang tak menganggap wanita kuat dan kompeten mudah disenangi.

In 2003, Professor Flynn at Columbia Business School

Pada 2003, Profesor Flynn dari Columbia Business School

conducted an experiment.

menjalankan eksperimen.

He took a case study about Heidi Roizen,

Dia meneliti Heidi Roizen, pemodal ventura perempuan yang sukses.

a successful female venture capitalist,

and he changed the name to Howard Roizen.

Sang profesor mengubah nama Heidi menjadi Howard Roizen.

Everything else about the case study remained the same.

Isi studi kasus ini tetap sama.

He gave half of his class the Heidi Roizen case study

Dia memberitahukan separuh kelasnya mengenai studi kasus Heidi Roizen

and the other half the Howard Roizen case study.

dan separuhnya lagi mengenai studi kasus Howard Roizen.

And he asked the students to rate

Dia pun meminta para muridnya menilai

how competent and how likable Heidi and Howard were.

seberapa kompeten dan disukainya Heidi dan Howard.

Both female and male students found Heidi and Howard to be equally competent.

Murid perempuan dan laki-laki menganggap Heidi dan Howard sama kompetennya.

But the students tended not to like Heidi.

Namun, murid-murid cenderung tidak menyukai Heidi.

Mereka pikir wanita ini terlalu agresif dan egois.

They thought that she was a little too aggressive and out for herself.

Neither female nor male students wanted to work for or hire Heidi,

Tak satu pun murid mau bekerja untuk Heidi ataupun mempekerjakannya,

but they all thought Howard would make a great colleague.

tapi semua merasa Howard akan menjadi rekan yang baik.

Why?

Kenapa?

Karena di masyarakat kita, perempuan direndahkan

Because in our society, women are penalized

when we behave in ways that violate gender norms.

ketika tidak bersikap sesuai tuntunan gender.

Our gender stereotypes show that women should be kind, nurturing,

Stereotipe gender kita menunjukkan bahwa perempuan harus ramah, pandai merawat,

suka membantu dan mendukung, serta memberi hormat.

helpful, supportive, deferential,

while traditionally men are expected to be decisive, competent,

Sementara, laki-laki lazimnya dianggap bisa mengambil keputusan,

kompeten, tegas, dan kuat.

assertive and strong.

Jadi, dilema bagi perempuan

So the dilemma for women

adalah kualitas yang kita hargai dalam kepemimpinan,

is that the qualities which we value in leadership,

such as assertiveness and decisiveness,

seperti sikap tegas dan bisa mengambil keputusan,

bertentangan dengan norma masyarakat yang mencirikan mana perempuan yang disukai.

go against societal norms of what it is to be a likable woman.

I'm a documentary filmmaker, so I'm nothing if not curious.

Aku sineas film dokumenter, jadi mana mungkin aku tidak penasaran.

Tapi, aku menyadari bila keingintahuan bukanlah ciri perempuan yang dikagumi.

But I've learned that being inquisitive is not an admired female trait.

I was at a cocktail party last week,

Aku mengikuti pesta koktail minggu lalu.

Aku bertanya pada seorang laki-laki tentang bidang pekerjaannya.

and I asked a man what line of business he was in.

“Fintech,” he said.

“Fintech,” jawabnya.

Curious. I dug a little deeper.

Karena penasaran, kutanya lebih jauh, “Oh, jenis apa?”

"Oh, what type?"

"It's complicated."

“Agak rumit.”

(Laughter)

(Tawa)

End of discussion.

Obrolannya pun usai.

OK. Now it's possible that he wanted to spare me some long explanation,

Mungkin saja dia hendak menjelaskan panjang lebar kepadaku.

Namun, lebih mungkin lagi biasnya, tersirat atau tidak,

but it's more likely that his bias, implicit or not,

menjelaskan bahwa aku yang perempuan tak akan mengerti keuangan.

informed him that as a woman I wouldn't understand finance.

Either way, I'm fairly certain he wouldn't have said "it's complicated"

Yang jelas, aku cukup yakin dia tidak akan bilang “cukup rumit”

had I been a man.

seandainya aku laki-laki.

I absorb the sting of one more cut.

Sekali lagi aku terkena sayatan perih.

Most of us are not aware of why we don't find strong women likable.

Banyak dari kita yang tidak sadar mengapa perempuan kuat tidak disukai.

There's just something about her that bugs us.

Selalu ada sesuatu tentangnya yang membuat kita risih.

But deep inside, at the root of this is an unconscious bias.

Jauh di lubuk hati, akarnya adalah bias bawah sadar kita.

Bias adalah kemampuan bertahan heuristik yang diturunkan leluhur kita.

Bias is a survival heuristic that we inherited from our ancestors.

The problem is, it's unconscious.

Masalahnya, kita tak menyadarinya.

And as humans, we don't have the ability to recognize when we're being biased,

Sebagai manusia, kita tidak dapat menyadari saat kita sedang bias,

even if we can see it in other people.

walaupun kita bisa melihatnya pada diri orang lain.

Kebanyakan dari kita meyakini bahwa diri kita itu adil,

We all, most of us, anyway, believe ourselves to be fair,

open-minded and unbiased.

berpikiran terbuka, dan tidak bias.

And yet, I will admit, I too found Hillary's voice to be shrill.

Walau begitu, aku pun mengakui suara Hillary terdengar cempreng.

As long as society continues to associate leadership with masculine traits,

Selama masyarakat terus mengaitkan kepemimpinan dengan ciri maskulin,

female leaders will be judged more harshly,

pemimpin perempuan akan dinilai dengan lebih keras,

sekalipun mereka lebih baik dari laki-laki.

even when they outperform male counterparts.

Tidak heran di Amerika Serikat, politikus perempuan menderita sekali

So it's no wonder that in the United States,

female politicians suffer greatly,

karena pemungutan suara condong menilai faktor disukai di atas kompetensi.

as our elections tend to value likability over competency.

Women hold only 25 percent of the seats in Congress.

Perempuan hanya menduduki 25 persen kursi di Kongres.

The competence/likability dilemma has huge consequences,

Dilema kompeten-disukai punya dampak besar.

not just in politics,

Tidak hanya di politik, tapi juga di pendidikan dan dunia kerja.

but also in education and in the workplace,

where studies show that women in meetings with both genders

Studi menunjukkan dalam rapat yang diikuti kedua gender,

perempuan jarang menyumbang ilmunya.

are less likely to contribute knowledge.

As women we're told to lean in,

Perempuan diminta mengejar karier, tapi kami ditekan mundur ketika melakukannya.

and yet there's backlash when we do.

A recent study shows that women

Studi terbaru menunjukkan

are not as good as men at negotiating for themselves.

perempuan tidak sebaik laki-laki saat bernegosiasi untuk dirinya sendiri.

Namun, perempuan lebih baik dari laki-laki saat bernegosiasi untuk orang lain.

And yet, women outperform men

when they negotiate on behalf of someone else.

This is because women who negotiate for themselves

Ini karena perempuan yang bernegosiasi untuk dirinya sendiri dianggap egois

are perceived as selfish,

and women who negotiate on behalf of someone else

dan perempuan yang bernegosiasi untuk orang lain dianggap rela membantu.

are perceived to be helpful.

And a helpful woman might be liked more than a woman who is assertive,

Perempuan yang rela membantu lebih disukai daripada perempuan yang tegas.

but the helpful woman will not be recognized

Namun, perempuan yang rela membantu tak akan dipandang

punya kualitas pemimpin yang sukses.

as having what it takes to be a successful leader.

Minggu lalu, aku mematok harga sebagai pembicara pada klien potensial.

Last week I was quoting my speaker fee to a potential client,

and when I told him the price, he said to me,

Saat kusebutkan harganya, dia bilang,

"Wow. Good for you. That's a lot.

“Wow, beruntungnya kau. Biayanya tinggi.

Bukannya membuat film dokumenter itu sekadar hobimu?”

Isn't documentary filmmaking kind of, like, your hobby?"

(Laughter)

(Tawa)

Ouch.

Aw.

As humans, we're limited to what we can do to mitigate our biases.

Sebagai manusia, kemampuan kita mengurangi bias terbatas.

So even if we were able to, say, implement a tool

Kalaupun bisa, seperti dengan menggunakan sarana

that would bring more women into upper management,

yang mampu mengantarkan perempuan ke manajemen atas,

it's highly likely that we would still evaluate the performance of those women

kemungkinan besar kita tetap akan menilai kinerja perempuan itu

with biased perceptions.

dengan persepsi yang bias.

Clearly, leadership and likability should not be mutually exclusive

Kepemimpinan dan ciri disukai tentunya tak harus bertentangan

bagi perempuan ataupun laki-laki.

for women or for men.

So how do we solve for this dilemma?

Jadi, bagaimana kita mengatasi dilema ini?

I wish I could offer you a cure to unconscious bias.

Andai aku bisa memberimu obat bias bawah sadar.

I don't believe there is one.

Aku tidak yakin obatnya ada.

But we need to disrupt stereotypes

Namun, kita perlu memecah stereotipe

and redefine what it is to be a leader and a woman.

dan mengartikan lagi makna menjadi pemimpin sekaligus perempuan.

Jelas, ini adalah solusi jangka panjang yang perlu dilakukan turun-temurun,

Obviously, this is a long-term solution that could take generations,

but it's a vital step.

tapi ini adalah langkah penting.

We need to speak up.

Kita perlu menyuarakannya.

Speak up when you witness gender bias.

Kemukakan bias gender yang kau lihat.

Question comments that are made

Pertanyakan komentar atas penampilan atau watak perempuan daripada keahliannya.

about a woman's appearance or personality rather than her skills or ability.

And we need to slow down.

Kita perlu bergerak perlahan.

Question yourself. Reconsider your snap judgments.

Tanyakan diri sendiri. Pikirkan lagi penilaianmu yang sekilas.

Ask yourself, does that woman bug me for reasons that really matter?

Tanyakan dirimu, apa perempuan ini menggangguku karena alasan yang jelas?

Nona dan Nyonya, jika bisa, lupakan faktor disukai.

And forget about likability,

ladies, women, if you can.

Instead focus on being awesome.

Sebaliknya, fokuslah jadi menakjubkan.

Be a smart, compassionate, effective leader

Jadilah pemimpin yang pintar, penuh kasih, dan efektif

that will redefine the stereotype of what a female leader is.

yang mengubah stereotipe sosok pemimpin perempuan.

I've wasted a lot of time worrying about how I am perceived.

Aku membuang banyak waktu mencemaskan bagaimana diriku dipandang.

Jika aku mengajukan banyak pertanyaan, apa kau menganggapku agresif?

If I ask a lot of questions, will you find me combative?

If I tell you about an accomplishment I'm proud of,

Jika aku menceritakan pencapaian yang membuatku bangga,

you might think I'm conceited.

kau mungkin merasa aku sombong.

Namun, aku ingin diterima dan diakui

But I need and seek the approval and recognition

of my family, of my friends and of my colleagues.

oleh keluarga, teman, dan rekanku.

Like many of you, I want to be liked,

Seperti kalian, aku juga ingin disukai.

and I'm hopeful for the day when women can be recognized

Aku pun berharap akan ada masanya perempuan dipandang kompeten dan disukai.

as being competent and likable,

a day when we value each other regardless of gender,

Masa ketika kita saling menghargai tanpa memedulikan gender,

for the unique contributions that we each bring to the table.

tapi karena kontribusi khusus yang kita tawarkan masing-masing.

That would be the day that I won't have to worry about being liked.

Itulah masa ketika aku tidak perlu mencemaskan diriku disukai atau tidak.

Aku bisa jadi diri sendiri.

I can just be me.

Terima kasih.

Thank you.

(Tepuk tangan)

(Applause)