A Street Librarian's Quest to Bring Books to Everyone | Storybook Maze | TED

Translator: Nauka Nayana Reviewer: Made Pramana

It all started on a stoop,

Semuanya dimulai dari sebuah tangga teras,

one of those summer days in Baltimore

di suatu musim panas di Baltimore

where it was too hot to be inside with no AC,

ketika terlalu panas untuk berada di dalam ruangan tanpa AC,

and it seemed like the heat had pushed the entire neighborhood out

dan sepertinya panas telah memaksa semua tetangga keluar

onto their front stoops.

ke tangga teras mereka.

I grabbed a book and started reading to my nieces.

Saya mengambil buku dan membacakannya ke keponakan saya.

After a few pages,

Setelah beberapa halaman, kepala kecil lainnya mulai muncul di sisi lain buku.

other little heads started popping up on the other side of the book.

So of course, I invited the neighborhood kids to join us.

Jadi, tentu saja saya mengundang anak-anak sekitar untuk bergabung.

When I was finished reading, the kids didn't want story time to stop.

Ketika saya selesai membaca, anak-anak tidak ingin waktu cerita berhenti.

They asked me to read another book and then another one.

Mereka meminta saya untuk membaca buku lain dan kemudian buku lainnya.

After a few rounds, I had had enough.

Setelah beberapa putaran, saya rasa sudah cukup.

So I said, "You guys can read a book at home."

Jadi, saya berkata, “Kalian bisa membaca buku di rumah.”

"We don't have any books at home,"

“Kami tidak punya buku di rumah,”

was their overwhelming response.

adalah tanggapan mereka yang mengejutkan.

It was a harsh reminder

Itu adalah pengingat yang pahit

that there are children who don't have a single book at home.

bahwa ada anak-anak yang tidak memiliki satu buku pun di rumah.

So what did I do about it?

Jadi, apa yang saya lakukan?

I started reading to the neighborhood kids every weekend.

Saya mulai membacakan buku pada mereka tiap akhir pekan.

I called it Stoop Storytime,

Saya menyebutnya Stoop Storytime,

and the process inspired me to begin working in the public library.

dan proses ini menginspirasi saya untuk mulai bekerja di perpustakaan umum.

However, as a public librarian,

Namun, sebagai pustakawan umum,

I quickly realized that the kids that I saw coming into the library

saya segera menyadari bahwa anak-anak yang saya lihat datang ke perpustakaan

weren't the same ones I was reading to out on my front stoop.

bukanlah mereka yang saya bacakan buku di tangga teras depan saya.

I began researching and learned about library barriers

Saya mulai meneliti dan belajar tentang penghalang perpustakaan

and something called book deserts.

dan sesuatu yang disebut gurun buku.

A book desert is an area or a community with limited access to books

Gurun buku adalah area atau komunitas dengan akses terbatas ke buku

and reading materials.

dan bahan bacaan.

I slowly realized that I wasn't going to meet my neighbors

Saya perlahan menyadari bahwa saya tidak akan bertemu tetangga saya

who need it most inside library's walls.

yang paling membutuhkan untuk berada di perpustakaan.

So I quit my job and took to the streets,

Jadi saya berhenti dari pekerjaan saya dan turun ke jalan,

becoming a radical street librarian.

menjadi pustakawan jalanan radikal.

When I was putting this talk together,

Ketika saya menyusun ceramah ini,

TED asked me, what exactly is a radical street librarian?

TED bertanya pada saya, apa sebenarnya pustakawan jalanan radikal itu?

I was like, well, I sort of made it up a few years ago,

Saya seperti, yah, saya mengarangnya beberapa tahun yang lalu,

but it's a term I use to refer to anyone doing work to increase literary access

tetapi itu istilah yang saya gunakan untuk siapa pun yang meningkatkan akses sastra

outside of traditional settings.

di luar konteks tradisional.

As a radical street librarian,

Sebagai pustakawan jalanan radikal,

I'm making books appear in everyday places in extraordinary ways.

saya membuat buku muncul di tempat umum dengan cara yang luar biasa.

I install free, public book vending machines,

Saya memasang otomat pengecer buku yang gratis bagi publik,

host street-corner story times,

mengadakan waktu cerita di sudut jalan, dan hadir di blok dengan toko buku gratis,

and pop up on the block with free bookstores,

so kids who don’t have McDonald’s money

sehingga anak-anak yang tak punya uang McDonald's

don't have to worry about having book-fair money.

tidak perlu khawatir soal uang pameran buku.

I deeply believe in books by any means necessary.

Saya sangat percaya pada buku dengan cara apa pun yang diperlukan.

So whether at a community basketball game,

Jadi baik itu di pertandingan bola basket komunitas,

corner store, beauty supply, or front stoop,

toko pojok, toko kecantikan, atau tangga teras depan,

I utilize my expertise as a librarian

saya menggunakan keahlian saya sebagai pustakawan

to curate collections that reflect the kids reading them.

untuk mengkurasi koleksi yang mencerminkan para pembaca anak.

This means books with characters that look like them, talk like them,

Artinya buku dengan karakter yang terlihat dan bicara seperti mereka,

go to the same places, speak the same languages.

pergi ke tempat yang sama, berbicara bahasa yang sama.

Book deserts are often found in economically disadvantaged

Gurun buku sering ditemukan di daerah yang kurang mampu secara ekonomi

or rural areas,

atau pedesaan,

where bookstores and libraries are scarce.

di mana toko buku dan perpustakaan langka.

In higher-income communities,

Di komunitas berpenghasilan tinggi,

there are more books per child than in low-income communities.

ada lebih banyak buku per anak dibanding di komunitas berpenghasilan rendah.

For example,

Misalnya,

in Philadelphia's Chestnut Hill,

di Chestnut Hill Philadelphia,

a study found that there were about 13 books for every child

sebuah penelitian menemukan bahwa ada sekitar 13 buku untuk tiap anak,

while in high-poverty communities of the same city,

lalu di komunitas dengan kemiskinan tinggi di kota yang sama,

it found up to 300 children could share one book.

ditemukan lebih dari 300 anak untuk berbagi satu buku.

We know communities with high illiteracy rates are often plagued with poverty,

Kita tahu komunitas yang tinggi buta huruf

sering dilanda kemiskinan,

poor health and unemployment,

kesehatan yang buruk dan pengangguran,

while their literate counterparts are healthier,

sementara rekan mereka yang melek aksara lebih sehat,

with greater numbers of employment and higher household incomes.

dengan jumlah pekerjaan lebih besar dan pendapatan rumah tangga lebih tinggi.

So I know what you're thinking.

Jadi saya tahu apa yang Anda pikirkan.

"There are plenty of bookstores and libraries where I live."

“Ada banyak toko buku dan perpustakaan di tempat saya tinggal.”

But here's the kicker:

Tapi inilah gunanya:

the presence of bookstores and libraries in a neighborhood

kehadiran toko buku dan perpustakaan di lingkungan

doesn't necessarily disqualify it as a book desert.

tak selalu mendiskualifikasikannya sebagai gurun buku.

Lower-income neighbors may lack the resources to purchase books

Warga berpenghasilan rendah mungkin kekurangan sumber daya untuk membeli buku

from the bookstore or pay library fines.

di toko buku atau membayar denda perpustakaan.

Residents may be working multiple jobs or facing hardships

Mereka mungkin memiliki beberapa pekerjaan atau dalam kesulitan

that make a trip to the library an additional stressor.

yang membuat pergi ke perpustakaan menjadi penambah stres.

Barriers like requirement of identification,

Hambatan seperti persyaratan tanda pengenal,

proof of address, fines and fees,

bukti alamat, denda dan biaya,

all while seemingly routine,

meskipun tampaknya biasa,

can become substantial obstacles for families facing hardships.

dapat menjadi hambatan besar bagi keluarga yang menghadapi kesulitan.

There's also historical barriers,

Ada juga hambatan historis,

such as anti-literacy laws

seperti aturan anti-literasi dan kebijakan segregrasi perpustakaan

and library segregation policies

that have excluded Black communities for decades.

yang mengecualikan komunitas kulit hitam selama beberapa dekade.

Librarians understand

Pustakawan memahami

that the habit of visiting libraries is often generational tradition.

bahwa kebiasaan mengunjungi perpustakaan sering kali merupakan tradisi generasi.

Many of the parents we see currently bringing their kids into the library

Banyak orang tua yang kita lihat membawa anak-anak mereka ke perpustakaan

were once brought in by their parents when they were children,

pernah dibawa oleh orang tua mereka saat masih anak-anak,

and so on and so forth.

dan seterusnya.

But for Black communities that faced arrest for reading,

Tetapi bagi komunitas kulit hitam yang ditangkap karena membaca,

the impact of library segregation

dampak dari segregasi perpustakaan

and anti-literacy laws lingers,

dan aturan anti-literasi tetap ada,

and a hesitancy to visit libraries still exists to this day.

dan keraguan untuk mengunjungi perpustakaan masih ada hingga hari ini.

So what can be done about book deserts and book access?

Jadi, apa yang bisa dilakukan tentang gurun buku dan akses buku?

Research tells us that increasing access to appropriate print materials

Penelitian menunjukkan bahwa meningkatkan akses ke materi cetak yang layak

is an incredibly effective means of enhancing the reading achievement

adalah cara yang sangat efektif untuk meningkatkan prestasi membaca

of economically disadvantaged children.

anak-anak yang memiliki kekurangan ekonomi.

To put it plainly, the more books a child has early access to,

Sederhananya, semakin banyak buku yang dapat diakses lebih awal oleh anak,

the more likely they are to succeed as readers.

semakin besar kemungkinan mereka untuk menjadi pembaca.

Though I recently created the term, being a street librarian is nothing new.

Meskipun baru menciptakan istilah itu, pustakawan jalanan bukanlah hal baru.

I'm inspired by the many mobile librarians who came before me.

Saya terinspirasi oleh banyak pustakawan keliling sebelum saya.

I'm just a little more hood with it.

Saya hanya sedikit lebih lokal saja.

(Laughter)

(Tawa)

One of my favorite stories was born out of the Great Depression.

Salah satu cerita favorit saya lahir saat Depresi Besar.

The Pack Horse Library was created to deliver books to residents

Pack Horse Library didirikan untuk mengirimkan buku ke penduduk

living in geographically isolated areas.

yang tinggal di daerah yang terisolasi secara geografis.

The librarians packed books into feed sacks, saddle bags

Para pustakawan mengemas buku-buku ke dalam karung pakan, tas sadel,

and even old pillow cases,

dan bahkan sarung bantal tua,

and they traveled on horse, mule or foot

dan mereka bepergian dengan kuda, keledai, atau berjalan kaki

into the mountains of rural Kentucky.

ke pegunungan pedesaan Kentucky.

These book women traveled in rain, snow and heat,

Para wanita buku ini bepergian saat hujan, salju dan panas,

and because there weren't roads,

dan karena tidak ada jalan,

they navigated through creek beds and along fence lines,

mereka menyusuri dasar sungai dan sepanjang garis pagar,

often traveling up to 20 miles per day.

sering bepergian hingga 20 mil per hari.

Sometimes conditions were so harsh

Terkadang kondisinya begitu keras

that a mule would succumb to -- the weather.

hingga seekor keledai meninggal karena -- cuaca.

One book woman continued to walk 18 miles without her mule

Seorang wanita buku terus berjalan 18 mil tanpa keledainya

to deliver a book to a child living in the mountain tops.

untuk mengirimkan buku kepada seorang anak di puncak gunung.

One of the most popular items in their library

Salah satu item terpopuler di perpustakaan mereka

wasn't really a book at all,

sama sekali bukan buku,

but something that the librarians pieced together,

tapi sesuatu yang disatukan oleh para pustakawan,

a scrapbook from the most popular titles.

buku kliping dari judul-judul terpopuler.

It contained quilt patterns,

Ini berisi pola selimut,

the latest fashion clippings,

kliping mode terbaru,

a recipe for opossum soup and children’s stories.

resep sup oposum, dan cerita anak-anak.

The Pack Horse librarians embodied the street

Pustakawan Pack Horse mewujudkan semangat

hood librarian spirit by creating custom books

pustakawan jalanan dengan menciptakan buku-buku khusus

that met their community's needs.

yang memenuhi kebutuhan komunitas mereka.

Librarians haven't just relied on horseback either.

Pustakawan juga tak hanya mengandalkan kuda.

We've employed elephants in the Elephant Mobile Library,

Kami telah mempekerjakan gajah di Elephant Mobile Library,

ridden camels in Kenya to deliver books to nomadic tribes,

menunggangi unta di Kenya untuk mengirim buku kepada suku-suku nomaden,

and led dogs through the mountains of northern California.

dan memimpin para anjing melewati pegunungan California Utara.

From bibliobikes in Augusta, Georgia,

Dari bibliobike di Augusta, Georgia,

to Biblioburro in Colombia,

hingga Biblioburro di Kolombia,

libraries have taken diverse forms

perpustakaan mengambil berbagai bentuk

and adjusted to different cultures and landscapes.

dan disesuaikan dengan budaya dan lanskap yang berbeda.

In China, there's a floating library

Di Tiongkok, ada perpustakaan terapung

made from converted fishing boats

dari kapal nelayan yang dikonversi

that serves as an island's first public library.

yang berfungsi sebagai perpustakaan umum pertama di pulau itu.

And in Baltimore, you'll find me,

Di Baltimore, Anda akan menemukan saya,

the radical street librarian,

pustakawan jalanan radikal,

striving to deliver books to your front stoop.

berusaha untuk mengirimkan buku ke teras depan Anda.

Since its inception,

Sejak awal,

my initiative has delivered 5,000 books

upaya saya telah mengirimkan 5.000 buku

to children living in book deserts.

kepada anak-anak yang tinggal di gurun buku.

(Applause)

(Tepuk tangan)

In case you're wondering how to be a street librarian,

Jika Anda bertanya-tanya bagaimana menjadi pustakawan jalanan,

here's what you can do.

ini yang dapat Anda lakukan.

First, be radical.

Pertama, bersikaplah radikal.

Share books in extraordinary ways and think outside the box.

Bagikan buku dengan cara luar biasa dan berpikir di luar kotak.

Perhaps host a block party book swap

Mungkin menyelenggarakan pesta tukar buku di blok

or a story time at a local laundromat.

atau waktu cerita di binatu lokal.

Second, be street.

Kedua, terjun ke jalanan.

Connect with your neighbors.

Terhubunglah dengan tetangga Anda.

Talk to people in your community.

Bicara dengan orang-orang di komunitas Anda.

And third, embody the spirit of a librarian.

Dan ketiga, wujudkan semangat seorang pustakawan.

Get your library card,

Dapatkan kartu perpustakaan Anda,

match books to readers by considering their interests

cocokkan buku dengan pembaca dengan mempertimbangkan minat

and experiences.

dan pengalaman mereka.

I believe everyone is a reader.

Saya percaya setiap orang adalah pembaca.

They just haven't found the right book yet.

Mereka hanya belum menemukan buku yang tepat.

(Applause)

(Tepuk tangan)

And that's where librarians step in.

Di situlah para pustakawan turun tangan.

Many want to read but don't know where to get started.

Banyak yang ingin membaca tapi tidak tahu harus mulai dari mana.

And visiting the most magical place on Earth, the library,

Dan mengunjungi tempat paling ajaib di Bumi, perpustakaan,

can be intimidating for non-library goers.

bisa menakutkan bagi pengunjung non-perpustakaan.

We must meet them where they are and guide them along that journey.

Kita harus menemui di mana mereka berada dan membimbing perjalanan mereka.

There is an ancient African proverb

Ada pepatah Afrika kuno

that when an old man dies, a library burns.

bahwa saat seorang lelaki tua meninggal, perpustakaan terbakar.

For neighborhoods where stories are passed down on front stoops,

Agar lingkungan di mana cerita disampaikan di tangga teras depan,

we must meet our neighbors where they are.

kita harus bertemu tetangga kita di mana mereka berada.

Thank you.

Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)