Lady Meng Jiang: The legend of the woman who outwitted an evil emperor - Juwen Zhang

Translator: Reno Kanti Riananda Reviewer: Prameswari Rahmanu

According to legend, an emperor long ago declared that he would build

Menurut legenda, seorang kaisar dahulu menyatakan akan membangun

a great wall spanning thousands of kilometers

tembok besar yang membentang ribuan kilometer

to protect his new empire and ensure his sustained power.

untuk melindungi kekaisaran barunya dan memastikan keberlanjutan kekuasaannya.

He ordered many men across China to leave their homes

Beliau memerintahkan para pria Tiongkok untuk meninggalkan rumah

and submit to the grueling labor required for its construction.

dan tunduk pada kewajiban membangun tembok yang melelahkan.

As years passed and the wall grew, few returned home.

Seiring berlalunya waktu dan berdirinya tembok,

hanya sedikit yang kembali.

Nestled in the foothills of a remote mountain,

Terletak di kaki gunung terpencil,

the Mengs and their neighbors, the Jiangs,

keluarga Meng dan tetangga mereka, keluarga Jiang,

hadn’t yet had to worry about being drafted by the emperor’s soldiers.

belum khawatir akan direkrut oleh tentara kaisar.

One year, the Mengs grew gourds that flourished along their shared fence.

Suatu waktu, Keluarga Meng menanam kundur yang tumbuh subur di sepanjang pagar.

One particular gourd crossed the fence and extended into the Jiang’s yard,

Sebuah kundur melintasi pagar dan meluas ke halaman keluarga Jiang,

so they cared for it.

jadi, mereka ikut merawatnya.

The gourd grew to be the biggest of all.

Kundur tersebut pun tumbuh menjadi yang terbesar.

At harvest, the Mengs and the Jiangs decided to take equal halves.

Saat panen, keluarga Meng dan Jiang memutuskan untuk membaginya sama rata.

But as they went to split the gourd, something remarkable happened.

Namun, ketika mereka membelahnya, sesuatu yang luar biasa terjadi.

It cracked open to reveal a beautiful baby curled inside,

Kundur terbuka dan muncul bayi cantik yang meringkuk di dalamnya,

smiling up at them.

tersenyum pada mereka.

They agreed to raise her together

Mereka setuju untuk membesarkannya bersama

and named their magical, boundary-breaking daughter, Meng Jiang.

dan menamai putri ajaib mereka yang mendobrak batasan, Meng Jiang.

She grew into a virtuous, accomplished young woman who infused life with joy.

Dia tumbuh menjadi seorang wanita muda yang ulung dan berbudi luhur,

yang mengisi kehidupan dengan sukacita.

She cared for her elderly parents and their land with dedication.

Dia merawat orang tuanya yang sudah tua dan tanah mereka dengan penuh dedikasi.

But the surrounding world remained turbulent.

Namun, dunia sekitar mereka tetap bergejolak.

One day, Meng Jiang stumbled upon a young man hiding in the garden.

Suatu hari, Meng Jiang bertemu seorang pemuda yang bersembunyi di taman.

The emperor’s soldiers had come to conscript him into building the wall.

Para prajurit kaisar menjemputnya untuk membangun tembok.

But he had an elderly mother to care for

Namun, ibunya sudah tua dan harus dirawat,

and knew that obeying the soldiers’ orders would mean almost certain death,

dan dia sadar mematuhi perintah berarti kematian yang pasti,

so he escaped.

jadi, dia melarikan diri.

Meng Jiang and Fan Xiliang connected instantly,

Meng Jiang dan Fan Xiliang merasa langsung terhubung

and soon enough, they married.

dan tak lama kemudian, mereka menikah.

But their happiness wouldn’t last long.

Namun, kebahagiaan mereka tidak akan bertahan lama.

When the emperor’s soldiers descended the next time,

Ketika tentara kaisar datang kembali,

they captured Fan Xiliang.

mereka menangkap Fan Xiliang.

For months, she watched the horizon,

Selama berbulan-bulan, Meng Jiang mengamati cakrawala,

hoping the world would do right and deliver her love back to her safely.

berharap dunia berbuat benar dan mengembalikan cintanya dengan selamat.

But he never came.

Namun, Fan Xiliang tidak pernah kembali.

And as the air grew frigid, Meng Jiang’s worries only grew,

Saat udara menjadi dingin, kekhawatiran Meng Jiang kian tumbuh,

so she set out to find him herself.

jadi, dia berangkat untuk menemukannya sendiri.

Through bitter snow and howling winds, across rivers and mountains,

Menempuh salju dan angin kencang, melintasi sungai dan gunung,

she undertook the dangerous journey that many others had been forced to complete.

dia menunaikan perjalanan berbahaya yang ditempuh orang lain secara paksa.

Finally, she reached the construction site,

Akhirnya, dia mencapai lokasi konstruksi

where thousands of workers toiled, day and night,

tempat ribuan pekerja bekerja keras siang dan malam

to realize the emperor’s vision.

untuk mewujudkan visi kaisar.

Stealing into the fray, Meng Jiang whispered her husband’s name

Berbaur dalam keramaian,

Meng Jiang membisikkan nama suaminya kepada para pekerja

to the workers until, eventually, one man’s eyes glimmered with recognition—

sampai akhirnya mata seorang pria berkilauan karena mengenali nama itu—

only for him to reveal the tragic news that Fan Xiliang had recently died.

hanya untuk mengungkapkan berita tragis bahwa Fan Xiliang baru saja meninggal.

He was rumored to be buried under the wall alongside many others.

Kabarnya, dia dimakamkan di bawah tembok bersama banyak orang lainnya.

Heartbroken beyond words, Meng Jiang could only weep.

Patah hati tak terkatakan, Meng Jiang hanya bisa meratap.

As her tears filled the construction halls,

Saat air matanya memenuhi aula konstruksi,

seeped into the cracks of the wall, and soaked its stone,

merembes ke celah-celah tembok, dan membasahi batu-batunya,

whole portions crumbled and washed away in the flood of her grief.

seluruh bagian tembok runtuh dan tersapu dalam banjir kesedihannya.

Livid, the emperor ordered that the person who’d sabotaged his grand project

Murka, kaisar memerintahkan agar orang yang telah menyabotase proyek besarnya

be captured and brought to his palace for punishment.

ditangkap dan dibawa ke istananya untuk dihukum.

But when he beheld the otherworldly beauty and virtue Meng Jiang radiated,

Namun, melihat keindahan dan kebajikan luar biasa yang dipancarkan Meng Jiang,

his plan changed.

rencananya berubah.

Leering at the devastated widow,

Melihat janda yang hancur itu,

the emperor instead suggested that she become one of his imperial concubines.

kaisar malah menyarankan agar Meng Jiang menjadi salah satu selir kekaisarannya.

She had few options, but she realized she could leverage the wretched proposal

Meng Jiang tak punya pilihan, tetapi sadar bahwa tawaran buruk itu bisa dimanfaatkan

to honor Fan Xiliang and humiliate the emperor.

untuk menghormati Fan Xiliang dan mempermalukan kaisar.

She said she agreed—

Meng Jiang setuju,

but only if the emperor gave her deceased husband a grand funeral

tetapi hanya jika kaisar memberi almarhum suaminya pemakaman akbar

and that the emperor attend dressed in the traditional mourning attire

dan kaisar hadir mengenakan pakaian berkabung tradisional

he would wear had Fan Xiliang been his own father.

yang hanya dipakai seandainya Fan Xiliang adalah ayahnya sendiri.

The emperor begrudgingly made the arrangements

Kaisar dengan enggan mengatur semuanya

and Meng Jiang bid her beloved farewell.

dan Meng Jiang mengucapkan selamat tinggal pada kekasih hatinya.

Finally, with her wish carried out, she refused to either submit to the emperor,

Setelah keinginannya dipenuhi, dia menolak untuk tunduk kepada kaisar

who now awaited her in his palace, or to face his punishment.

yang sedang menunggunya di istana, ataupun menghadapi hukumannya.

Instead, she cast herself into the nearby water,

Sebaliknya, dia terjun ke perairan terdekat,

as all-enveloping as her own tears, never to emerge again.

yang menelannya seperti air matanya dan tidak pernah muncul lagi.

She had left an unjust world as mysteriously as she’d entered it.

Dia meninggalkan dunia yang tidak adil sama misteriusnya seperti saat dia datang.

But her tears flowed on, a reminder of her virtue and defiance.

Air matanya terus mengalir, sebagai tanda atas kebajikan dan pembangkangannya.