The Blind Spots of the Green Energy Transition | Olivia Lazard | TED

Translator: Ivann Librovacic Reviewer: Reno Kanti Riananda

Hi.

Hai.

It's about as intimidating as I thought it would be.

Sudah saya duga, ini terasa amat mengintimidasi.

(Laughter)

(Tawa)

And yet you’d think or I’d think

Mungkin Anda atau saya berpikir

that I'd be accustomed to more stressful situations.

bahwa saya sudah terbiasa menghadapi situasi yang lebih buruk.

You see, I work in international security and in conflict resolution.

Saya bekerja di bidang keamanan internasional dan penyelesaian konflik,

And today, I'm here to talk about some of our blind spots

dan sekarang, saya ingin menceritakan beberapa sisi kelam

related to decarbonization.

terkait dengan dekarbonisasi.

Now, what does one have to do with the other, you may ask.

Anda mungkin bertanya, apa hubungan keduanya?

Good question.

Pertanyaan bagus.

We often hear that a climate-safe future is a necessary condition for peace.

Kita sering mendengar bahwa masa depan beriklim aman diperlukan untuk perdamaian.

That's true.

Itu benar.

We also often hear that renewables could be the energy of peace.

Kita juga sering dengar

bahwa energi terbarukan dapat menjadi energi perdamaian.

Less true.

Tidak sepenuhnya benar.

To understand, I need to tell you about the materials that we need

Untuk memahami ini,

saya akan menjelaskan tentang material yang dibutuhkan

in order to decarbonize.

untuk melakukan dekarbonisasi.

They're pretty.

Materialnya indah.

And they can be deadly.

Dan bisa mematikan.

Looking into their story tells us that confronting conflict

Kisah tentang material tersebut menyadarkan kita bahwa menghadapi konflik

and building new forms of international peace

dan membangun perdamaian dunia dalam bentuk baru

are going to be critical foundations to build a climate-safe future.

akan menjadi hal yang penting

untuk membangun masa depan beriklim aman.

So let me tell you about them,

Saya akan ungkapkan kisahnya,

starting with where we stand now.

yang dimulai dari kondisi saat ini.

When we talk about a decarbonized future,

Ketika membicarakan masa depan bersih,

we generally have in mind the possibility of decoupling economic growth

umumnya kita memisahkan pertumbuhan ekonomi

from greenhouse gas emissions.

dari emisi gas rumah kaca.

That’s what we call “green growth.”

Itulah yang kita sebut sebagai “pertumbuhan hijau.”

What we tend to think about less often is that to get there

Yang jarang kita pikirkan adalah, bahwa untuk mencapai hal tersebut

we need to recouple economic growth with intensive mineral extraction.

kita butuh memadukan peningkatan ekonomi melalui penambangan intensif.

To harness renewables or renewable energy like the sun and the wind,

Untuk memanfaatkan energi terbarukan seperti sinar matahari dan angin,

we obviously need to build technologies such as solar panels,

kita harus membuat teknologi seperti panel surya

windmills, batteries, right?

kincir angin, baterai, benar?

And to build those,

Dan untuk membuat semua itu,

we need to mine huge quantities of non-renewable materials

kita perlu menambang dengan jumlah besar material yang tidak dapat diperbaharui

such as these.

seperti ini.

Knowing that it takes mines as big as these

Dibutuhkan tambang sebesar ini

to produce that much amount of usable material.

untuk memproduksi material sebanyak itu.

Our ticket to green growth, in other words,

Dengan kata lain, tiket menuju ekonomi hijau

is digging deep in the environment.

adalah menggali lingkungan lebih dalam.

Now we know that mining can have grave impacts

Kita tahu tambang bisa berakibat fatal

for local ecosystems and populations.

untuk ekosistem dan penduduk lokal.

I’ve seen it myself, and it really isn’t pretty.

Saya melihatnya langsung, dan itu sangat menyedihkan.

But what I want to talk about today

Namun, yang ingin saya sampaikan

is about how much and where we’re going to have to dig,

adalah seberapa dalam dan luas kita harus menggali

and what that means for planetary security and for geopolitics.

dan bagaimana akibatnya terhadap keamanan dan geopolitik Bumi.

I'll start from there.

Saya mulai dari sana.

History tells us

Sejarah membuktikan

that when the dominant source of energy changes,

ketika dominasi SDA energi berubah,

power relations change as well.

hubungan kekuasaan pun berubah.

Countries that can transform energy to their own advantage,

Negara yang bisa merubah energi yang menguntungkan dirinya,

can gain the upper hand economically and politically,

memperoleh keuntungan secara ekonomi dan politik,

and then can put themselves at the center of the global order.

dan bisa memosisikan dirinya di tengah percaturan dunia.

Think of the United Kingdom and coal, for instance,

Contohnya Inggris Raya dan batubara,

or how oil determined the ascendance of the US to a global superpower.

atau bagaimana minyak bumi mengubah Amerika Serikat menjadi kekuatan global.

What that tells us is that the access to

Kesimpulan yang bisa ditarik adalah akses ke sumber energi

and processing of energy

serta pemrosesan energi itu sendiri

literally materializes into the ability to shape geopolitical power dynamics.

mewujudkan kemampuan membentuk dinamika kekuatan geopolitik.

And today,

Dan kini,

we're facing the challenge of implementing the biggest energy transition

kita melihat tantangan dalam penerapan transisi energi terbesar

in the history of humankind

dalam sejarah manusia...

under a ticking climate clock.

di tengah kondisi iklim yang terus memburuk.

The race is on for a new generation of power.

Perlombaan untuk energi generasi baru telah dimulai.

At the heart of which you have all of the critical materials

Di satu sisi, kita memiliki semua material penting

that we need to decarbonize on the one hand

yang dibutuhkan untuk proses dekarbonisasi,

and digitalize on the other.

dan digitalisasi di sisi lainnya.

So what's happening with them?

Jadi, apa yang terjadi?

On the demand side we're at the beginning of an exponential demand curve.

Di sisi permintaan, kita ada di permulaan kurva permintaan eksponensial.

If you take lithium as a proxy, a key component for [batteries],

Jika Anda memilih litium sebagai komponen utama dari baterai,

global production already increased by just short of 300 percent

produksi dunia telah meningkat hampir 300 persen

between 2010 and 2020.

dalam kurun 2010 sampai 2020.

I'm going to pause here for a sec.

Saya akan berhenti sejenak.

This is really good news.

Ini adalah berita bagus.

It means that decarbonization is in motion.

Itu berarti dekarbonisasi telah berjalan.

The not so good news is that our "clean" future

Berita yang tidak mengenakkan adalah energi “bersih” kita

is going to be more materially intensive than before.

lebih intensif material daripada sebelumnya.

If you take a simple measure for it,

Jika kita ambil contoh mudahnya,

the International Energy Agency tells us

Agensi Energi Internasional mengatakan

that with the current level of innovation,

dengan tingkatan inovasi saat ini,

an electric car requires six times more mineral inputs

sebuah mobil listrik membutuhkan enam kali lebih banyak bahan mineral

than a conventional car.

dibandingkan dengan mobil biasa.

And this is only the start.

Dan ini hanya permulaan.

The World Bank tells us that with the current projections,

Bank Dunia mengatakan bahwa berdasarkan proyeksi saat ini,

global production for minerals such as graphite and cobalt

produksi mineral dunia seperti grafit dan kobalt

will increase by 500 percent by 2050,

akan meningkat 500 persen pada tahun 2050,

only to meet the demand for clean energy technologies.

hanya untuk memenuhi kebutuhan akan teknologi energi bersih.

Now let's look on the supply side.

Sekarang lihat dari sisi pasokan.

That's where a lot of really interesting things are happening.

Banyak hal menarik terjadi di sini.

Who currently exploits and processes minerals

Siapa yang saat ini mengeksploitasi dan mengolah mineral,

and where deposits to meet future demand are located

serta lokasi mineral yang dapat memenuhi permintaan masa depan,

tell us exactly how the transition is going to change geopolitics.

memberi tahu kita bagaimana transisi ini akan merubah kondisi geopolitik.

So if you look at a material such as lithium,

Jika Anda lihat material seperti litium,

countries like Chile and Australia tend to dominate extraction

negara seperti Chili dan Australia cenderung mendominasi ekstraksi

while China dominates processing.

sementara Tiongkok mendominasi prosesnya.

For cobalt, the Democratic Republic of Congo dominates extraction

Untuk kobalt, Republik Demokratik Kongo mendominasi ekstraksi

while China dominates processing.

dan Tiongkok dominan di proses.

For nickel,

Untuk nikel,

countries like Indonesia and the Philippines

negara seperti Indonesia dan Filipina

tend to dominate extraction,

dominan dalam ekstraksi,

while China, you guessed it, thank you,

sedangkan Tiongkok, Anda tahu sendiri, terima kasih,

dominates processing.

mendominasi prosesnya.

And for rare earths,

Dan untuk logam tanah jarang,

China dominates extraction while China dominates processing.

Tiongkok mendominasi ekstraksi beserta prosesnya.

I've just said China a lot, didn't I?

Saya berkali-kali bilang Tiongkok, betul?

Well, that's because China skillfully leveraged

Benar, karena Tiongkok dengan terampil memanfaatkan

its geo-economic rise to power over the last two decades

peningkatan geoekonominya sejak dua puluh tahun terakhir

on the back of integrating supply chains for rare earths

dengan mengintegrasikan rantai pasokan logam tanah jarang

from extraction to processing to export.

dari ekstraksi, pemroresan, hingga ekspor.

We tend to point fingers at China today

Saat ini kita menyalahkan Tiongkok

for not going fast enough on its own domestic energy transition,

karena terlalu lamban menjalankan transisi energi dalam negerinya,

but the truth is that China understood already long ago

tetapi sebenarnya Tiongkok sudah lama mengetahui

that it would play a central role in other countries' transitions.

bahwa mereka akan memainkan peran utama pada transisi energi negara lain.

And it is.

Dan itulah yang terjadi.

The European Union, for instance,

Contohnya Uni Eropa.

is 98 percent dependent on China for rare earths.

98 persen logam tanah jarangnya bergantung pada Tiongkok.

Needless to say,

Tak diragukan lagi,

this puts China in a prime position to redesign the global balance of power.

ini menempatkan Tiongkok di posisi utama untuk mengatur ulang kekuatan dunia.

Now, you may argue that this is a good thing

Anda mungkin berpendapat bahwa itu hal yang bagus,

because the global balance of power needs a rehaul anyway.

karena kekuatan dunia memang sudah saatnya dirombak.

And you know what?

Tahu tidak,

I can totally roll with that.

saya pun tidak keberatan.

But -- and this applies to China, the United States,

Namun -- ini terjadi pada Tiongkok, Amerka Serikat,

and any other big player --

dan pemain besar lainnya --

we need to make sure that the redesigning process

kita perlu memastikan bahwa proses perombakan ini

doesn't compromise on human rights or open societies.

tidak mengorbankan hak asasi manusia atau keterbukaan organisasi,

And that it doesn't lead to the weaponization of supply chains

serta tidak menyebabkan ancaman pada rantai pasokan

at a time of international instability, and more importantly,

di saat ketidakstabilan internasional, dan yang lebih penting,

at a time of complete climate breakdown.

kondisi iklim yang kian tak menentu.

Unfortunately, we're already seeing signs of this happening.

Sayangnya, kita telah melihat tanda-tanda ini akan terjadi.

China is currently trying to gain access to more mineral resources

Tiongkok saat ini mencoba mendapatkan lebih banyak sumber mineral

through its Belt and Road Initiative.

melalui program Belt and Road Initiative.

The United States and Europe

Amerika Serikat dan Eropa

are both thinking of reshoring critical mining

berpikir untuk memindahkan kembali tambang-tambang penting

and processing

dan memprosesnya

and orienting some of their international partnerships

serta memunculkan kerjasama internasional

to facilitate access to more mineral resources.

untuk memfasilitasi akses lebih terhadap sumber daya mineral.

Japan is exploring some of its oceanic marine reserves

Jepang telah mengeksplorasi cadangan sumber daya lautnya

to build strategic reserves.

untuk membangun sumber daya strategis.

I'm also speaking in the shadow of a war on the European continent.

Saya juga menyinggung bayang-bayang peperangan di benua Eropa.

Now at first sight,

Sekilas pandang,

Russia's invasion of Ukraine has nothing to do with what I've been talking about.

invasi Rusia ke Ukraina tidak berkaitan dengan apa yang kita bicarakan.

But Ukraine happens to be mineral rich.

Namun, Ukraina kaya akan sumber daya mineral.

It also happens to be one of only two countries

Ukraina juga merupakan salah satu dari dua negara

that had struck a partnership with the European Union

yang telah menjalin kemitraan dengan Uni Eropa

to diversify and develop supply chains for critical raw materials.

untuk diversifikasi dan pengembangan rantai pasokan sumber mineral penting.

That partnership was specifically designed to help the EU decarbonize

Kemitraan tersebut didesain khusus untuk membantu dekarbonisasi Uni Eropa

and in the process to better integrate with Ukraine

dan dalam rangka integrasi Eropa dengan Ukraina

from a political and economic perspective.

dari sudut pandang politik dan ekonomi.

Eight months after the partnership was struck,

Delapan bulan setelah kemitraan ini disepakati,

the invasion took place.

invasi dimulai.

Now, mineral resources may not explain everything about the war.

Sumber daya mineral bukan satu-satunya alasan terjadinya perang tersebut,

But they certainly can't be ignored in analyzing the events.

tetapi tidak bisa diabaikan saat menganalisis kejadian ini.

Because when it comes to the race for critical raw materials,

Karena dalam hal perlombaan mendapatkan material penting,

what's actually happening

yang sebenarnya terjadi

is that we're headed right back into a new scramble for resources,

adalah perebutan baru sumber daya

at the heart of which you find all of the big players

oleh para pemain besar

eyeing countries with vast mineral deposits.

yang membidik negara lain dengan sumber mineral melimpah.

And yet it's so obvious many of these countries that are located,

Sudah jelas bahwa negara-negara tersebut berada

for the most part, in Africa,

sebagian besar di Afrika,

in Latin America, in Central Asia and in the Indo-Pacific.

Amerika Selatan, Asia Tengah, dan Kawasan Indo Pasifik.

Economists will tell you that this is a great thing,

Pakar ekonomi akan mengatakan ini hal yang bagus,

because these countries, or at least a lot of them,

karena hampir semua negara negara ini

need economic resources and many,

membutuhkan sumber ekonomi

to accelerate their development pathway and climate adaptation.

untuk mempercepat adaptasi terhadap perubahan iklim

But.

Namun...

Many of these countries also have very real overlapping risk profiles.

kebanyakan negara-negara tersebut juga memiliki profil risiko serupa.

The International Institute for Sustainable Development

International Institue for Sustainable Development

first produced this map back in 2018.

membuat peta ini pada tahun 2018.

Can you see the green dots on the map?

Bisakah Anda melihat titik hijau di peta?

They represent all of the different materials

Titik tersebut mewakili berbagai jenis material

that we need in order to decarbonize,

yang dibutuhkan untuk dekarbonisasi,

their geographic location and their deposit size.

lokasi geografisnya, dan potensi cadangan mineralnya.

As it so happens, a lot of the deposits are located in countries

Kebetulan, cadangan mineral ini terletak di negara-negara

that rank fairly high on corruption indices.

yang memiliki peringkat indikasi korupsi cukup tinggi.

They are represented essentially by the shades of brown and red on the map.

Mereka diwakili oleh warna cokelat dan merah di peta

And as it so happens,

Kebetulan pula,

a lot of the materials are also located in countries that are fragile,

kebanyakan material ini juga terletak di negara yang rapuh,

such as Sri Lanka,

seperti Srilanka,

or downright conflict affected, like Myanmar

atau negara yang terdampak konflik, seperti Myanmar

and the Central African Republic.

dan Republik Afrika Tengah.

That's not all.

Bukan itu saja.

The Notre Dame Institute tells us, with this map,

Institut Notre Dame menjelaskan melalui peta ini,

in which you see, again, some red and orange,

Anda bisa lihat lagi, di beberapa warna merah atau jingga,

that countries that are climate vulnerable

negara-negara yang rentan terhadap iklim

are also the ones that are resource endowed.

adalah negara yang juga dianugerahi berbagai sumber daya.

And one final thing.

Satu hal lagi

You know those big ecosystems that we need to protect and regenerate

Anda tahu ekosistem besar yang harus kita lindungi dan hasilkan kembali

in order to stabilize the global climate regime?

guna menstabilkan rezim iklim global,

To reboot the hydrological cycle

serta menata ulang siklus hidrologi

and to protect biodiversity?

dan melindungi keanekaragaman hayati?

They're also represented in orange and red on this map.

Mereka juga diwakilkan oleh warna jingga dan merah di peta.

Many of these big ecosystems are located in the same fragile countries

Sebagian besar ekosistem besar ini terletak di negara rapuh

that I was mentioning before.

yang saya singgung sebelumnya.

They also happen to sit on vast mineral deposits.

Di sana juga terdapat cadangan mineral berlimpah.

Changing or eliminating these ecosystems

Merubah atau menghilangkan ekosistem ini

through mining, through deforestation or anything else

melalui penambangan, penebangan hutan, atau tindakan lainnya

would undermine planetary security.

dapat mengacaukan keamanan planet Bumi.

Not just international security.

Bukan hanya keamanan internasional.

Planetary security.

Keamanan planet.

It's essentially like a perfect storm in the making.

Ini seperti resep membuat badai yang sempurna.

Corruption,

Korupsi,

institutional and socioeconomic fragility,

ketidakstabilan sosioekonomi dan institusi,

climate disruptions and environmental plundering,

gangguan iklim dan penjarahan ekosistem,

all acting as a backdrop

semuanya melatarbelakangi

to a competition to gain access to the minerals

kompetisi perebutan akses mineral

that we need in order to decarbonize.

yang dibutuhkan untuk dekarbonisasi.

All of these factors will be magnified

Semua faktor ini akan semakin kuat

if we don't rein in the scramble for resources.

jika perebutan sumber daya ini tidak dikendalikan.

All of them will reinforce one another.

Semua saling menguatkan.

And I want to make something very clear here.

Saya ingin menegaskan satu hal.

The countries at the heart of the resource scrambling

Negara yang sumber dayanya diperebutkanlah

may suffer the most direct consequences

yang akan menderita dampak langsung

in terms of their ability to develop, to adapt to climate change

dalam hal kemampuan berkembang dan beradaptasi terhadap perubahan iklim

and to avoid violence.

serta kemampuan menghindari kekerasan.

But their fate is not isolated.

Namun, nasib mereka tidaklah terisolasi.

Their problems are not geographically distant.

Masalah mereka bukanlah sesuatu yang jauh secara geografis

Our big blind spot here

Hal yang terabaikan di sini

is that we're headed towards a decarbonization trajectory

adalah kita menuju dekarbonisasi secara besar-besaran

that may end up undermining ecological integrity

yang mungkin berakhir dengan menyepelekan integritas ekologi

and heighten the risks of conflict and insecurity

dan meningkatkan risiko konflik serta kegelisahan

whose consequences would reverberate worldwide.

yang konsekuensinya akan terasa di seluruh dunia.

I know that this is not a particularly encouraging picture.

Saya paham itu bukan gambaran yang bagus

And that it comes on top of layers of pictures

dan itu datang dari gambaran paling umum

that are not particularly encouraging.

yang sebagian tidak digambarkan.

Our modern economies have advanced and grown for two centuries

Ekonomi modern telah berkembang dan bertumbuh sejak dua abad terakhir

through the gigantic blind spot of fossil fuel exploitation

melalui sisi gelap eksploitasi bahan bakar

and its unintended consequences.

dan akibat tak terduga.

The big lesson here

Pelajaran besar yang dapat diambil

is that we can't afford to just shift to a different set of energies,

adalah kita tidak bisa hanya beralih

ke jenis energi, teknologi, dan material yang berbeda

technologies and materials

without paying attention to the unintended consequences.

tanpa memperhatikan konsekuensi yang tak diinginkan.

The stakes are too high.

Taruhannya terlalu besar.

They involve our future.

Ini melibatkan masa depan kita.

That we know.

Yang kita tahu.

But they also involve our humanity.

Namun, ini juga melibatkan kemanusiaan kita.

And they involve our nature,

Ini juga melibatkan alam,

by which I mean the nature that we choose for ourselves.

alam yang kita pilih sendiri.

Decarbonization is the way forward.

Dekarbonisasi adalah jalan menuju masa depan.

There’s not one single doubt allowedd about this.

Tak ada yang bisa membantah hal itu.

But the way forward also demands of us

Jjalan menuju masa depan juga menuntut kita

that we start imagining our future beyond decarbonization already.

untuk mulai membayangkan masa depan setelah dekarbonisasi.

Remember what I said at the beginning?

Ingat apa yang saya katakan sebelumnya?

A climate-safe future is a necessary condition for peace.

Masa depan aman iklim adalah kondisi yang diperlukan untuk perdamaian.

But we won't achieve a climate-safe future without peace.

Namun, kita tidak bisa mengamankan iklim tanpa perdamaian.

And to build peace,

Untuk membangun perdamaian,

we need to shake things up in international politics

kita butuh perubahan di politik internasional

and in the way that we do business and economics.

serta cara kita menjalankan bisnis dan perekonomian.

So where do we start?

Jadi, mulai dari mana?

I'd like to offer the scaffolding of a plan in four different baskets.

Saya ingin menawarkan kerangka rencana dalam empat koridor berbeda.

First, science.

Pertama, sains.

Science can tell us exactly where it is safe to mine and where it isn't,

Sains bisa memberi tahu tempat yang aman dan yang tidak untuk ditambang

from an ecological perspective.

dari sudut pandang ekologi

Where it is not safe to mine,

Di lokasi yang tidak aman,

we need to act as though these minerals did not exist

kita perlu bertindak seolah mineral itu tidak ada

and establish protected areas

dan menyediakan kawasan lindung

under which no mining licensing can take place.

di mana tidak ada izin tambang yang bisa diterbitkan.

Where mining does take place,

Di lokasi yang boleh ditambang,

we can integrate socioeconomic

kita bisa mengintegrasikan sosioekonomi

and ecological regeneration within business models.

dan regenerasi ekologi ke dalam model bisnis.

Second, a global public good regime.

Kedua, rezim kebaikan publik global.

If decarbonization is a matter of human survival,

Jika dekarbonisasi penting untuk kehidupan manusia,

then the materials that we need in order to decarbonize

maka material yang dibutuhkan untuk dekarbonisasi

should be managed collectively under a global public good regime.

harus diatur secara kolektif di bawah rezim pemerintahan yang transparan.

The alternative is conflict and planetary breakdown.

Cara lain ialah penyelesaian konflik dan masalah bumi.

So while we figure out exactly how to design this regime,

Jadi, ketika kita merancang rezim tersebut,

the countries at the heart of the scramble for resources

negara yang ada di tengah perebutan sumber daya

should receive adequate support,

harus menerima dukungan penuh

competent and coherent support

yang koheren dan kompeten

to face off the joint challenges of geopolitical competition

untuk menyelesaikan tantangan geopolitik secara bersama-sama

and climate disruptions on the other hand.

serta gangguan iklim di sisi lain.

In other words, investing into conflict resolution,

Dengan kata lain, investasi dalam penyelesaian konflik,

into the fight against corruption

memerangi korupsi,

and into context-specific resilience,

dan dalam ketahanan terhadap konteks spesifik

should be top priorities of our global energy transition.

harus menjadi prioritas utama dalam transisi energi dunia.

Third,

Ketiga,

changing the way that we do business and economics.

mengubah cara kita melakukan kegiatan bisnis dan ekonomi.

We can't just switch from one energy system to another.

Kita tidak bisa mengganti sistem energi begitu saja.

I've made that pretty clear, right?

Ini sudah jelas, kan?

What we need instead

Yang sebenarnya dibutuhkan

is to reduce our need for energy and for materials.

adalah mengurangi kebutuhan kita akan energi dan material tersebut.

And that starts with massive public and private investments

Itu dimulai dengan investasi publik dan pribadi secara masif

into circular economic models

ke dalam ekonomi sirkular

that favor recyclability and material substitution.

yang mengedepankan daur ulang dan penggantian material.

Now, here's the thing.

Sekarang, ini masalahnya.

We know that this is a necessary step,

Kita tahu ini adalah langkah penting,

but not a sufficient one.

tapi ini tidak cukup.

So what we also need to do

Kita juga perlu

is to develop ecological assessments for supply chains

mengembangkan penilaian ekologi untuk rantai pasokan

that account for greenhouse gas emissions,

yang bukan hanya menghitung emisi gas rumah kaca,

but also for water, soil, biodiversity, material

tetapi juga air, tanah, keanekaragaman hayati, material,

and energy footprint all at once.

dan jejak energi sekaligus.

Only on this all-encompassing basis

Hanya dengan mengintegrasikan semua ini

will we understand how supply and distribution chains need to change

kita bisa memahami cara mengubah rantai pasokan dan distribusi

and therefore how globalization needs to transform.

serta cara mengubah globalisasi.

Fourth,

Keempat,

innovation.

inovasi.

All of this can only happen

Semua ini hanya bisa terjadi

if we start shifting our thinking about innovation.

jika kita mengubah pemikiran tentang inovasi.

Innovation in our times

Inovasi di zaman sekarang ini

is about bringing back economic footprint within planetary boundaries.

adalah mengembalikan kegiatan ekonomi dalam batasan ekologi.

Anything else, even the coolest of new products,

Apa pun itu, bahkan produk keren dan kekinian,

if it isn't aligned with that goal, it's not innovation,

jika tidak sesuai dengan tujuan tadi, bukanlah sebuah inovasi.

it's business as usual.

Itu hanya bisnis biasa.

In our little corner of the world,

Di sudut kecil kami di dunia ini,

my team and I at Carnegie Europe have been working really hard

saya bersama tim di Carnegie Europe telah bekerja keras

to identify what regenerative foreign policy looks like

mengidentifikasi bentuk kebijakan luar negeri yang berkelanjutan

and what it aims for.

dan apa yang ingin dicapainya.

There are two things that we know by now.

Ada dua hal yang sudah kita ketahui.

One is obvious, we need to tackle fundamental issues

Pertama, kita perlu selesaikan isu dasar

around economic redistribution on a global scale.

di sekitar redistribusi ekonomi pada skala global.

The other thing is that we need a geopolitical de-escalation

Lalu, kita perlu mengurangi intensitas geopolitik

around decarbonisation and regeneration.

seputar dekarbonisasi dan regenerasi.

We've translated that into a concept we've called ecological diplomacy.

Kami menafsirkan hal tersebut dalam konsep diplomasi ekologi.

And we're pushing really hard for the European Union

Kami benar-benar mendesak Uni Eropa

to adopt this framework within their foreign policy.

untuk menerapkan kerangka kerja ini dalam politik luar negeri mereka.

Because if there is one thing that we've understood,

Jika ada satu hal yang kami pahami,

it's that ecological integrity is the foundation

integritas ekologi adalah dasar

for all types of security.

dari segala keamanan.

Which makes it the one common denominator

Ini menjadikannya satu-satunya faktor yang sama

that we can work on rebuilding collectively.

yang bisa kita bangun kembali bersama-sama.

And we can manage.

Dan bisa kita kelola.

Truly, I believe that we can.

Saya benar benar percaya bahwa kita bisa.

As long as we shed light on our transition blind spots

Selama kita menerangi sisi gelap dari transisinya

and take them as our guiding companions

dan menggunakannya sebagai petunjuk

to identify what truly systemic,

untuk mengidentifikasi seperti apa

truly peaceful

bentuk solusi yang aman, damai, dan sistemis

and truly safe solution pathways look like

for the age of climate-disrupted futures.

untuk era gangguan iklim di masa depan.

Thank you so much.

Terima kasih banyak.

(Applause)

(Tepuk tangan)