The One Question Every Aspiring Leader Needs To Ask | Constance Hockaday | TED

Translator: Reviewer: Made Pramana

Most of what we know about performing leadership

Sebagian besar dari apa yang kita ketahui tentang kepemimpinan

is made up of these practiced postures

terdiri dari suatu cara-cara tertentu

passed down in the West through a white, male embodiment of power.

yang diturunkan di Barat melalui perwujudan kekuasaan pria kulit putih.

These have become so intertwined with actually having power,

Hal ini menjadi terikat dengan kepemilikan kekuasaan,

that imitating these behaviors

sehingga meniru perilaku ini

kind of feels like the only way to show up with authority.

terasa seperti cara tunggal untuk tampil dengan otoritas.

We can obviously do better than that.

Kita jelas bisa melakukan lebih baik dari itu.

I work in organizational and leadership development

Saya bekerja dalam pengembangan organisasi dan kepemimpinan

and I'm an artist.

dan juga seorang seniman.

I believe artists are leaders in expressing things

Saya percaya, seniman adalah pemimpin dalam mengungkapkan

that humankind often doesn't know how to say yet.

hal-hal yang sulit dikatakan manusia.

So that's why I invited a bunch of artists

Itulah mengapa saya mengundang banyak seniman

to do a leadership makeover.

untuk merombak kepemimpinan.

They wrote public addresses.

Mereka menulis keresahan publik.

They made leadership portraits.

Mereka membuat potret kepemimpinan.

I call them the Artists in Presidents.

Saya menyebut mereka Seniman dalam Presiden.

(Laughter)

(Tawa)

Since 2020,

Sejak 2020,

over 70 Artists in Presidents have contributed to the digital archive.

lebih dari 70 seniman berkontribusi pada arsip digital.

They're North American, Indigenous,

Mereka orang Amerika Utara, pribumi,

international and stateless,

orang asing dan tanpa kewarganegaraan,

they're artists with disabilities,

mereka seniman dengan disabilitas,

they're queer.

dan orang-orang queer.

They made beautiful attempts at embodying

Mereka melakukan upaya-upaya yang indah untuk mewujudkan

inclusive performances of leadership and power.

kinerja kepemimpinan dan kekuasaan yang inklusif.

Some sung,

Beberapa bernyanyi,

others looked to repair the past,

yang lain memperbaiki masa lalu,

one person used artificial intelligence to write her speech,

seseorang menggunakan kecerdasan buatan untuk menulis pidatonya,

and one person just straight up wrote a curse.

ada juga yang langsung menulis kutukan.

And so many more.

Dan masih banyak lagi.

But what really surprised me,

Namun hal yang paling mengejutkan bagi saya,

was that a lot of us struggled to say something new.

adalah bahwa banyak dari kita kesulitan mengungkapkan hal baru.

To articulate what we want with authority.

Untuk mengartikulasikan apa yang kita inginkan dengan otoritas.

Blame it on the millennia of humans colonizing humans,

Menyalahkan ribuan tahun penjajahan antar manusia,

but it seems like we don't believe we can have the things we want.

tapi sepertinya kita tidak percaya kita bisa mendapat apa yang kita inginkan.

The things that we need to live and work with dignity.

Hal yang kita butuhkan untuk hidup dan bekerja dengan bermartabat.

So I think as leaders

Sebagai pemimpin

interested in investing in an equitable society,

yang tertarik untuk berinvestasi pada masyarakat yang adil,

modeling agency is one of the most important things

agen teladan adalah salah satu hal terpenting

that we can do for our communities and organizations.

yang dapat kita lakukan untuk komunitas dan organisasi kita.

But it's hard.

Namun ini sulit.

How do you move towards believing in your own agency?

Bagaimana Anda melangkah menuju kepercayaan yang Anda pilih?

The way that I learned to do this

Cara saya melakukannya

came in a really unusual place.

berasal dari tempat yang tidak terduga.

When I was in my early 20s,

Saat saya di awal usia 20-an

I met Captain Betsy.

Saya bertemu Captain Betsy.

I was queer, depressed, feeling totally alone

Saya seorang queer, depresi, merasa sepenuhnya sendirian

in my tiny south Texas town on the Gulf of Mexico.

di kota kecil di Texas Selatan di Teluk Meksiko.

And by the time Betsy landed in my town,

Dan saat Betsy mendarat di kota saya,

she had been living on homemade rafts for decades,

dia tinggal di rakit buatannya sendiri selama beberapa dekade,

with a group called the Floating Neutrinos.

bersama kelompok yang disebut Neutrino Terapung.

She had captained over a dozen rafts,

Dia telah menjadi kapten untuk lebih dari selusin rakit,

including one across the Atlantic Ocean.

termasuk satu di seberang Samudra Atlantik.

In that thing.

Di atas benda itu.

(Laughter)

(Tawa)

So the Floating Neutrinos believe

Jadi Neutrino Terapung percaya

that the most important thing a person needs to know how to do

bahwa hal terpenting yang harus diketahui manusia

is articulate their own desires.

adalah cara mengungkapkan hasratnya.

To break out of being solely in reaction to the systems that contain us,

Keluar dari reaksi atas sistem yang mengikat kita,

like the economic system and the education system.

termasuk sistem ekonomi dan pendidikan.

So that we can allow our deepest desires

Kita bisa membiarkan keinginan terdalam kita

to be the thing that bring direction and urgency to our lives.

menjadi hal yang membawa arah dan urgensi dalam hidup.

The rafts were a tool that the Neutrinos used

Rakit adalah alat yang digunakan para Neutrino

to bring themselves closer to their desires.

untuk membawa mereka lebih dekat pada keinginannya.

So obviously, I was very taken by this,

Jadi jelas, saya sangat terkesan dengan ini,

not because I wanted to permanently live on a raft,

bukan karena saya ingin selamanya hidup di atas rakit,

but because I wanted to believe in an extraordinary life.

namun karena saya ingin percaya pada kehidupan yang luar biasa.

And Betsy was the first person to ever ask me

Dan Betsy adalah orang pertama yang bertanya

what it is that I wanted.

apa yang saya inginkan.

And she did this using a practice called the three deepest desires.

Dan dia bertanya menggunakan metode tiga keinginan terdalam.

She’d say, “Pretend you’re gonna die.”

Dia bertanya, “Berpura-puralah Anda akan meninggal.”

You’re gonna die, you’re all gonna die.

Anda akan meninggal, semuanya akan mati.

“Pretend that you’re gonna die tomorrow.

“Berpura-puralah Anda akan meninggal besok.

What is one thing that you need to do before you die?"

Apa satu hal yang harus Anda lakukan sebelum meninggal?”

And then I would have full-on drama meltdowns

Dan kemudian saya akan mengalami krisis dramatis

around answering this question,

untuk menjawab pertanyaan ini,

because it was impossible for me to believe that I had any authority

karena tidak mungkin saya percaya bahwa saya memiliki otoritas

over my own life.

atas hidup saya sendiri.

That I could want things

Bahwa saya bisa bertekad

outside of what my parents and our culture had told us to want.

di luar apa yang didikte orang tua dan budaya kita.

So Betsy finally said, "Look,

Jadi Betsy berkata, “Dengar,

all you have to do is answer this question for today.

yang harus Anda lakukan adalah menjawab pertanyaan ini.

You could say, 'I want to eat the biggest hamburger in the world.'

Anda bisa berujar, ‘Saya ingin makan burger terbesar di dunia.’

OK, great. Whatever, write it down.

Baik, bagus. Apapun itu, tulis jawabannya.

Because you're going to answer this question again tomorrow

Karena besok, Anda harus menjawab pertanyaan yang sama

and it's how you answer this question over time that matters."

dan apa yang penting adalah bagaimana Anda menjawabnya seiring waktu.”

And so then I said something super weird, like,

Kemudian saya mengatakan hal-hal aneh, seperti,

"I want to see a waterfall,"

“Saya ingin melihat air terjun,”

because there's no waterfalls in south Texas.

karena tidak ada air terjun di Texas selatan.

And I got much better at it.

Dan saya menjadi lebih mahir.

Saying what we want out loud

Mengatakan dengan lantang apa yang kita inginkan

is something that we have to practice.

adalah sesuatu yang harus dilatih.

But the crux of this learning is the believing part.

Tetapi inti dari pembelajaran ini adalah percaya.

Believing. Faith.

Percaya. Keyakinan.

It's not something that we learn in isolation.

Ini bukan sesuatu yang kita pelajari melalui isolasi.

Ini adalah sesuatu yang kita pelajari melalui peniruan.

It's something that we learn through imitation.

Like, leadership and language.

Seperti kepemimpinan dan bahasa.

So in my life,

Jadi dalam hidup saya,

Betsy modeled for me what it meant to articulate my desires

Betsy mencontohkan arti dari mengartikulasikan keinginan saya

and in lending her faith to me,

dan dalam memberikan keyakinannya kepada saya,

she was also giving it back to herself.

dia juga mengembalikannya pada dirinya sendiri.

But she did another thing.

Namun dia juga melakukan hal lain.

And this is something that leaders often forget to do.

Ini adalah sesuatu yang para pemimpin lupakan.

She listened.

Dia mendengarkan.

She sat with me

Dia duduk dengan saya

in the pain and discomfort of my process

melalui proses yang menyakitkan dan tidak nyaman

and it's from that place, my current reality,

dari tempat itu, kenyataan saya saat itu,

that she guided me towards a vision

membimbing saya menuju dunia dengan visi

of possibility and agency in this world.

yang penuh kemungkinan dan kuasa atas pilihan.

We can choose to model our leadership styles in similar ways.

Kita dapat mencontoh gaya kepemimpinan yang serupa.

It's a commitment to relationality.

Ini adalah komitmen terhadap relasionalitas.

It's a process that never ends,

Ini adalah proses tanpa akhir,

but it pays off because it grows empowered, engaged

tetapi terbayar karena menumbuhkan kelompok yang berdaya, terlibat,

and inspired groups of people, focused on a shared vision.

dan menginspirasi, yang berfokus pada visi bersama.

So if what we want is to connect people's priorities

Jadi jika yang kita inginkan adalah menghubungkan prioritas orang

with our visions for the greater good,

dengan visi kita untuk kebaikan yang lebih besar,

we have to commit to mediating between the truth that is in the room

kita harus berkomitmen untuk menengahi antara kebenaran yang ada

and the aspirational future.

dengan masa depan yang dicita-citakan.

You’re all gonna die.

Kita semua akan mati.

You could die tomorrow.

Anda bisa meninggal besok.

What's one thing that you want to do before you die?

Apa yang ingin Anda lakukan sebelum Anda tiada?

What kind of leader do you want to be?

Anda ingin menjadi pemimpin seperti apa?

Thank you.

Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)