Why Your Body Fights Weight Loss | Katherine Saunders | TED

Translator: Miss Lel Reviewer: Wulan H.

I'm going to tell you something that's going to surprise you.

Saya akan memberitahu sesuatu yang akan mengejutkan Anda.

It might be upsetting.

Ini mungkin menjengkelkan.

And for some of you, it might explain a lot.

Dan bagi sebagian dari Anda, itu mungkin menjelaskan banyak hal.

And maybe I can convince you that it's liberating.

Dan mungkin saya bisa meyakinkan Anda bahwa itu melegakan.

Your body is evolutionarily conditioned to gain weight,

Tubuh Anda secara evolusioner di kondisikan untuk menambah berat badan,

which means that your body is also evolutionarily conditioned

yang berarti bahwa tubuh Anda juga secara evolusioner dikondisikan untuk

not to lose weight —

tidak menurunkan berat badan -

and definitely not to keep weight off.

dan bukan untuk menjaga berat badan ideal.

According to one explanation called “the thrifty gene hypothesis,”

Menurut suatu penjelasan yang disebut “hipotesis gen hemat,”

when we were hunter gatherers,

ketika kita adalah “pemburu-pengumpul,”

our body's powerful anti-starvation responses helped us survive.

Respon anti-kelaparan tubuh kita membantu kita bertahan hidup.

We had to find our food and sometimes we couldn't,

Kita harus menemukan makanan kita sendiri dan terkadang kita gagal,

so our bodies stored calories to keep us alive.

jadi tubuh kita menyimpan kalori untuk membuat kita tetap hidup.

The better we stored calories, the better our chance of survival.

Semakin banyak kalori, semakin besar peluang kita untuk bertahan hidup.

So what changed?

Jadi apa yang berubah?

Nowadays, if we can afford food,

Kini, jika kita mampu membeli makanan,

there's plenty of it, everywhere.

ada banyak makanan, di mana-mana.

We don't have to hunt.

Kita tidak perlu berburu.

Even the gathering is easy.

Bahkan mendapatkannya pun mudah.

We can order food to be delivered directly to our sofa,

Kita dapat memesan makanan untuk dikirim langsung ke rumah kita,

and portions are huge compared to even 20 years ago.

Dan bahkan porsinya jauh lebih besar dari 20 tahun lalu.

And a lot of food is tasty, but not so great for us.

Dan banyak makanan yang enak, tapi tidak begitu bagus untuk tubuh kita.

We're living in what obesity doctors like me

Kita hidup dalam apa yang oleh dokter obesitas seperti saya

call an obesogenic environment:

disebut lingkungan obesogenik:

limited need for any kind of physical activity,

kebutuhan terbatas untuk segala jenis aktivitas fisik,

and easy access to inexpensive,

dan akses mudah ke makanan murah,

calorie-rich, nutrient-poor food

kaya kalori, minim gizi

or food-like substances.

atau makanan semu.

Our bodies, primed to keep us alive,

Tubuh kita, dirancang untuk bertahan hidup

have gone into overdrive

telah bekerja terlalu keras

to store all these calories from all of that food,

untuk menyimpan semua kalori dari semua makanan itu,

just in case.

untuk berjaga-jaga.

And this is one of the reasons why we have an obesity epidemic

Dan ini adalah salah satu alasan mengapa kita memiliki epidemi obesitas

in the United States,

di Amerika Serikat,

where 42 percent of adults have obesity,

dimana 42% orang dewasa mengalami obesitas

and when we take a look at overweight and obesity combined,

dan ketika kita melihat gabungan kelebihan berat badan dan obesitas,

that number goes up to 74 percent.

angka itu naik menjadi 74 persen.

Let's go back to the biology part of the equation because it gets worse.

Mari kita kembali ke pembahasan biologi karena situasinya semakin buruk.

For example,

Misalnya,

a high-fat diet damages nerve cells

diet tinggi lemak merusak sel-sel saraf

in the area of our brain called the hypothalamus,

di area otak kita yang disebut hipotalamus,

which is like a thermostat,

yang seperti termostat,

regulating how hungry we are

yang mengatur seberapa lapar kita

and how we use energy.

dan cara menggunakan energi.

When these nerve cells or neurons become inflamed,

Ketika sel-sel saraf atau neuron ini meradang,

feedback signals from our guts, our digestive system,

sinyal umpan balik dari usus kita, sistem pencernaan kita,

and our fat cells

dan sel-sel lemak kita

can't get through to our brain

tidak dapat masuk ke otak kita

to tell us to stop eating when we're full,

untuk memerintahkan kita berhenti makan saat kenyang

and to stop storing calories when we're not at risk of starvation.

dan berhenti menyimpan kalori ketika kita tidak lapar.

It literally becomes harder to tell how full we are after eating,

Umumnya, sulit mengetahui seberapa kenyang kita setelah makan,

and how much fat our bodies really need

dan jumlah lemak yang benar-benar dibutuhkan oleh tubuh kita

to keep us alive.

untuk membuat kita bertahan hidup.

Without an accurate thermostat sensor,

Tanpa sensor termostat yang akurat,

our bodies store more calories as fat,

tubuh kita menyimpan lebih banyak kalori sebagai lemak

and we're more prone to what we call food noise

dan kita lebih rentan terhadap godaan makanan

or persistent thoughts of food,

atau kepikiran makanan terus-menerus,

often leading to maladaptive eating behavior.

yang sering menyebabkan perilaku makan maladaptif.

And this is how weight gain leads to weight gain.

Dan begitulah berat badan kita bisa naik

It's a vicious cycle.

Ini adalah lingkaran setan.

And there are other factors that compound the situation.

Dan ada faktor lain yang memperparah situasi ini.

Some people are even more genetically susceptible to obesity

Beberapa orang bahkan lebih rentan secara genetik terhadap obesitas

or develop health complications like sleep apnea,

atau timbul komplikasi kesehatan seperti apnea tidur,

that can worsen obesity and other health outcomes.

yang dapat memperburuk obesitas dan hasil kesehatan lainnya.

Many people have even less access and ability to afford healthy food,

Bagi kebanyakan orang, Makanan sehat itu sulit diakses

and medications can be a huge culprit,

dan obat-obatan dapat menjadi penyebab besar,

with so many common prescriptions

dengan begitu banyak resep umum

and over-the-counter drugs that are weight-promoting.

dan obat tanpa resep yang meningkatkan berat badan.

And people with obesity are extremely,

Dan orang dengan obesitas sangat,

extremely likely to experience weight bias, stigma and discrimination,

sangat mungkin mengalami bias berat badan, stigma dan diskriminasi,

which can worsen obesity.

yang dapat memperburuk obesitas.

And I can go on and on about factors

Dan saya bisa terus membahas faktor-faktor ini tanpa henti,

other than eating too much and exercising too little

selain makan terlalu banyak dan kurang olahraga

that lead to weight gain.

yang menyebabkan berat badan naik.

Oh wait, there's one more thing.

Oh tunggu, ada satu hal lagi.

When people with obesity try to lose weight,

Ketika orang dengan obesitas mencoba menurunkan berat badan, tubuh

their bodies freak out and think they're starving.

mereka panik dan berpikir mereka kelaparan.

The hunger hormone, ghrelin, increases

Hormon lapar, ghrelin, meningkat

and the fullness hormones decrease.

dan hormon rasa kenyang menurun.

It's not your imagination.

Ini bukan imajinasi Anda.

Every time you diet, your body holds on to calories.

Setiap kali Anda diet, tubuh Anda menahan kalori.

Your metabolic rate slows down

Tingkat metabolisme Anda melambat

and your bodies behave as if you're starving.

dan tubuh Anda berperilaku seolah-olah Anda kelaparan.

This metabolic adaptation is fantastic

Adaptasi metabolisme ini luar biasa sekali

if, say, you find yourself on a deserted island

jika, katakanlah, Anda menemukan diri Anda di pulau yang sepi

with nothing but papaya and tree bark to eat.

yang hanya ada pepaya dan kulit pohon untuk dimakan.

But if your coworker has a bottomless candy bowl,

Tapi jika rekan kerja Anda selalu punya stok makanan tanpa batas,

it makes life rough.

ini membuat keadan semakin sulit.

So have I convinced you

Jadi sudahkah saya meyakinkan Anda

that obesity isn't just a lack of willpower?

bahwa obesitas bukan hanya kurangnya kemauan?

We know all of this from tons of medical research

Kita tahu semua ini dari banyaknya penelitian medis

and rigorously designed scientific studies,

dan studi ilmiah yang dirancang secara teliti,

but also from the TV show "The Biggest Loser."

tetapi juga dari acara TV “The Biggest Loser.”

If you haven't watched it,

Jika belum menonton,

"The Biggest Loser" is a show

“The Biggest Loser” adalah acara

where people with obesity compete to lose weight.

di mana orang-orang dengan obesitas bersaing untuk menurunkan berat badan.

What happens in the show, and what we've seen in other studies,

Dalam acara itu, dan dalam penelitian lain, kita melihat

is that the weight comes back eventually for most people.

bahwa berat badan akhirnya kembali lagi bagi kebanyakan orang.

We know that within two years,

Kita tahu bahwa dalam dua tahun,

half of the weight is regained,

setengah dari berat badan akan kembali,

and within five years, 80 percent can be regained.

dan dalam lima tahun, 80 persen dapat diperoleh kembali.

This doesn't mean that "The Biggest Loser" winners are losers.

Ini bukan berarti bahwa pemenang “The Biggest Loser” adalah pecundang.

This means that weight loss itself is often a losing battle.

Ini artinya penurunan berat badan sering kali merupakan perjuangan yang sia-sia.

In 2017,

Pada 2017,

a patient named Barbara walked into my office.

seorang pasien bernama Barbara menemui saya.

She had given up.

Dia telah menyerah.

She had a lifetime of struggle with her weight.

Dia berjuang seumur hidup dengan berat badannya.

I mean, just some awful, awful treatments and experiences.

Maksudku, hanya beberapa perawatan dan pengalaman yang mengerikan.

Barbara's pediatrician started her on stimulant medications

Dokter anak Barbara memulai pengobatan dengan obat stimulan untuknya.

when she was just seven years old,

ketika dia baru berusia tujuh tahun,

and by the age of ten her parents had enrolled her in Weight Watchers.

dan pada usia sepuluh tahun, orang tuanya telah mendaftarkannya di Weight Watchers.

Throughout her life,

Sepanjang hidupnya,

Barbara would lose 100 pounds,

Barbara akan kehilangan 100 pound,

regain them and lose 100 pounds again.

mendapatkannya kembali dan kehilangan 100 pound lagi.

And while her weight went up and down,

Dan sementara berat badannya naik turun,

her shame remained constant.

rasa malunya tetap konstan.

Barbara ultimately underwent a gastric bypass surgery,

Barbara akhirnya menjalani operasi bypass lambung,

but after the initial weight loss,

tetapi setelah penurunan berat badan awal,

the pounds just crept back.

berat badannya perlahan kembali.

It felt like Barbara's body was conspiring against her

Rasanya seperti tubuh Barbara berkonspirasi melawannya

because it was.

karena memang begitu.

And this is when Barbara was referred to me.

Dan saat itulah Barbara dirujuk kepada saya.

Barbara presented completely hopeless

Barbara tampak begitu putus asa

and blaming her lack of willpower.

dan menyalahkan kurangnya kemauannya.

What else could it be?

Lalu apa penyebab lainnya?

I did two things that day

Saya melakukan dua hal hari itu

that completely transformed Barbara's life.

yang benar-benar mengubah hidup Barbara.

One, I told her, "This is not your fault,"

Satu, saya mengatakan kepadanya, “Ini bukan salahmu,”

and two,

dan kedua,

I gave her hope that I knew exactly what was going on with her body,

saya memberinya harapan bahwa saya tahu persis apa yang terjadi dengan tubuhnya,

and we had the tools to treat her disease effectively.

dan kami memiliki alat untuk mengobati penyakitnya secara efektif.

Barbara had been made to feel her whole life

Selama ini, Barbara telah dibuat yakin bahwa

like her weight was her fault,

berat badannya adalah salahnya,

when in reality she has a disease.

padahal kenyataannya dia menderita penyakit.

Obesity is a disease,

Obesitas adalah penyakit,

and for those who have it,

dan bagi mereka yang memilikinya,

for their complex set of individual reasons,

karena serangkaian penyebab individual yang kompleks,

it can be extremely, extremely hard to treat.

obesitas bisa sangat, sangat sulit untuk diobati.

Does anyone believe it

Adakah yang percaya

when a clothing label reads "one size fits all?"

ketika label pakaian bertuliskan “satu ukuran untuk semua?”

No, no, right?

Tidak, tidak, kan?

Especially when it comes to obesity,

Terutama ketika menyangkut obesitas,

of course not, one size fits none.

tentu saja tidak, satu ukuran tidak cocok untuk semua orang.

For some fortunate folks, diet and exercise work.

Bagi beberapa orang yang beruntung, diet dan olahraga berhasil.

For others, surgery works.

Bagi yang lain, operasi berhasil.

But for most people with obesity,

Tetapi bagi kebanyakan orang dengan obesitas,

effective treatment requires a combination,

pengobatan yang efektif memerlukan kombinasi,

a personalized combination,

kombinasi yang disesuaikan dengan keadaan,

of more than one treatment approach

dari lebih dari satu pendekatan perawatan

delivered by a trained care team.

yang diberikan oleh tim perawatan terlatih.

People with obesity should be treated like individuals with any other disease,

Orang dengan obesitas harus diperlakukan seperti individu dengan penyakit lainnya,

any other complex chronic disease.

penyakit kronis kompleks lainnya.

An empathetic, reasonable, thoughtful,

Seorang ahli yang empatik, berakal sehat, bijaksana, dan

trained provider assesses each individual patient one by one,

terlatih menyelidiki setiap pasien satu per satu,

understands their version of the disease

yang memahami jenis penyakit mereka

and comes up with a very personalized,

dan mencari pendekatan yang disesuaikan,

long-term treatment approach.

yaitu pendekatan jangka panjang yang bersifat personal.

Obesity medications have absolutely transformed our field.

Pengobatan obesitas telah benar-benar mengubah bidang kami.

When I started practicing obesity medicine,

Ketika saya mulai mempraktikkan pengobatan obesitas,

the most effective medications we had

obat paling efektif yang kami miliki

were associated with five to 10 percent total body weight loss,

dikaitkan dengan lima hingga 10 persen penurunan berat badan total,

which was still a lot.

yang merupakan jumlah signifikan.

But now we can help our patients lose even more weight

Tapi sekarang kita dapat membantu pasien kita menurunkan berat badan lebih banyak

and more importantly,

dan yang lebih penting,

much, much more importantly,

jauh lebih penting,

keep that weight off long-term.

menjaga berat badan itu dalam jangka panjang.

This new frontier is absolutely astonishing

Pemahaman baru ini benar-benar menakjubkan

and transformative to our field and to our patients' lives.

dan transformatif untuk bidang kami dan kehidupan pasien kami.

But we don't want to fall into a pharmacologic craze

Tetapi kami tidak ingin jatuh ke dalam kegilaan farmakologis

and think that the only way to treat obesity is with medication.

dan menganggap obat-obatan adalah satu- satunya cara mengatasi obesitas.

We have an entire armamentarium of lifestyle interventions,

Kami memiliki seluruh armamentarium intervensi gaya hidup,

other medications, and other treatment approaches.

obat-obatan lain, dan pendekatan pengobatan lainnya.

Treatment, in fact, in whatever form it takes,

Perawatan, pada kenyataannya, dalam bentuk apa pun yang dibutuhkan,

should be the last step in the process.

harus menjadi langkah terakhir dalam prosesnya.

The first, and maybe the most critical

Yang pertama, dan mungkin yang paling vital

is to finally put an end to the stigma

adalah akhirnya mengakhiri stigma

and the shame and the blame

dan rasa malu dan bersalah

and the judgment surrounding obesity.

serta asumsi seputar obesitas.

Understanding obesity as the complex chronic disease that it is,

Memahami obesitas sebagai penyakit kronis yang kompleks,

is essential to liberate individuals

sangat penting untuk membebaskan individu

and to help them actually get the care that they need.

dan membantu mereka mendapatkan perawatan yang mereka butuhkan.

Plus, when we accurately appreciate the reality of obesity,

Plus, ketika kita secara akurat menghargai realita obesitas,

this will lead to more innovation and to more treatments.

ini akan mengarah pada lebih banyak inovasi dan perawatan.

We're not hunter-gatherers anymore.

Kita bukan pemburu-pengumpul lagi.

Well, except we are.

Ya, kecuali kita memang masih seperti itu.

Think about the buffet line.

Pikirkan antrian di tempat prasmanan.

Think about the "all you can eat" food,

Pikirkan tentang makanan “semua yang bisa Anda makan”,

all the "grab and go" food at your grocery store.

semua makanan cepat saji di toko kelontong Anda.

Think about the endless snacks in office environments.

Pikirkanlah makanan ringan yang tak habis-habis di lingkungan kantor.

Our biology drives our brain, our bodies

Sifat alami kita mendorong otak kita, tubuh kita,

and our behavior to act as if we're still gathering

dan perilaku kita untuk bertindak seolah- olah kita masih “mengumpulkan makanan”

in a feast or famine environment.

di lingkungan penuh dengan pesta atau kelaparan.

Medications are not a quick fix,

Obat-obatan bukanlah solusi cepat,

nor are they the easy way out.

juga bukan jalan keluar yang mudah.

Medications are a tool

Obat-obatan adalah alat

to help our bodies adapt

untuk membantu tubuh kita beradaptasi

to our 21st century obesogenic environment.

dengan lingkungan obesogenik abad ke-21 kita ini.

They help quiet the food noise

Obat tersebut mengurangi godaan makanan.

so we can make better food choices,

sehingga kita dapat memilih makanan yang lebih baik,

and they give us a fighting chance

dan mereka memberi kita kesempatan melawan

to take on this terrible adversary once and for all.

dan menghadapi musuh yang mengerikan ini sekali dan untuk selamanya.

Thank you.

Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)