The Tragedy of Air Pollution -- and an Urgent Demand for Clean Air | Rosamund Adoo-Kissi-Debrah |TED

Translator: Bagus Ramadhan Reviewer: Made Pramana

I’d like to dedicate this talk to my three children:

Saya ingin mendedikasikan pidato ini pada tiga anak saya:

Phi, Mack

Phi, Mack

and Ella Roberta.

dan Ella Roberta.

(Inhales)

(Tarik nafas)

If I stop breathing for two minutes,

Jika saya berhenti bernapas dalam dua menit,

I would die.

saya akan mati.

It is the simplest thing that all of us do unconsciously

Ini adalah hal paling sederhana yang kita semua bisa lakukan secara tidak sadar

about 20,000 times a day.

sebanyak 20.000 kali dalam sehari.

So normal

Sangat normal

that we forget that breathing is the essence of life.

sampai kita lupa bahwa bernapas adalah esensi kehidupan.

My daughter, Ella Roberta,

Anak perempuan saya, Ella Roberta,

stopped breathing frequently

berulang kali berhenti bernapas

and was resuscitated numerous times by me at home

dan diresusitasi beberapa kali oleh saya di rumah

and in hospital by her doctors,

dan di rumah sakit dengan dokternya,

until suddenly, on the 15th of February,

sampai suatu hari, di 15 Februari,

three weeks after her ninth birthday,

tiga minggu setelah ulang tahunnya yang ke sembilan,

she took her final breath.

dia bernapas untuk terakhir kalinya.

Ella was a healthy, clever, sporty and funny girl.

Ella adalah anak yang sehat, pintar, aktif dan lucu.

She had a lot of musical ability.

Dia punya banyak kemampuan musik.

At the time of her passing,

Ketika dia meninggal,

she already played a dozen instruments.

dia telah memainkan banyak instrumen.

She was exceptionally good at football,

Dia sangat hebat bermain bola,

cycling, skating, swimming and dancing.

bersepeda, ski, berenang dan menari.

Ella was a great writer,

Ella adalah seorang penulis hebat.

and she was also pretty good at art.

dan dia juga cukup bagus membuat seni.

At the time of her passing,

Ketika dia meninggal,

she had a reading age of 15 years.

dia punya kemampuan membaca anak usia 15 tahun.

When she was six,

Saat dia masih enam tahun,

the simple act of breathing became the biggest challenge of her life.

aktivitas simpel seperti bernapas menjadi kesulitan terbesar dalam hidupnya.

I rushed Ella to hospital 28 times in 28 months

Saya membawa Ella ke rumah sakit sebanyak 28 kali dalam 28 bulan

when she suddenly began suffering severe respiratory issues.

ketika dia tiba-tiba mengalami gangguan pernapasan yang serius.

She was diagnosed with life-threatening asthma

Dia didagnosis dengan asma yang mematikan

at the age of seven.

pada usia tujuh tahun.

She was admitted into intensive care five times

Dia masuk ke ruang perawatan intensif lima kali

and put in an induced coma to save her life

dan dibuat koma untuk menyelamatkan hidupnya

when her lungs gave up on her.

ketika paru-parunya gagal berfungsi.

It wasn't until after the first coroner's inquest

Tidak sampai setelah pemeriksaan koroner pertama

in September 2014

di September 2014

that I learned that her possible trigger of her sudden illness

bahwa saya baru menyadari bahwa pemicu sakitnya yang tiba-tiba

was to do with "something in the air."

berhubungan dengan “sesuatu di udara”.

But at that time, we did not know what it was.

Tapi saat itu kami tidak tahu apa itu.

Ella had one of the worst cases ever of asthma

Ella mengalami kasus asma yang paling buruk

recorded in the United Kingdom,

di Inggris,

according to the pathologist who carried out her postmortem.

menurut ahli patologi yang memeriksa kondisinya.

We as a family, we live 25 meters from the South Circular

Kami adalah sebuah keluarga, kami tinggal 25 meter dari South Circular

in southeast London.

di tenggara London.

It is one of the busiest roads in the UK.

Itu adalah jalan paling sibuk di Kerajaan Inggris.

I later learned that air pollution around our home

Saya kemudian belajar bahwa polusi udara di sekitar rumah kami

was persistently far above the levels deemed acceptable by the WHO.

selalu ada di atas angka yang diperbolehkan WHO.

On every walk to school, every bike ride,

Setiap berjalan ke sekolah, setiap naik sepeda,

every time Ella went outside,

setiap kali Ella berada di luar,

her body was absorbing invisible, toxic air

tubuhnya menyerap udara beracun yang tidak telrihat

spewed out by petrol and diesel vehicles.

yang disemburkan oleh kendaraan bensin dan disel.

A second inquest into Ella’s death, just in December 2020,

Pemeriksaan kedua tentang kematian Ella, terjadi Desember 2020.

the coroner, Philip Barlow,

koronernya, Philip Barlow,

he concluded that it was the excessive illegal levels of air pollution,

dia berkesimpulan bahwa itu terjadi karena paparan polusi udara yang tinggi,

not only inducted her asthma,

tidak hanya memicu asma,

but it was the highest ever on the night she died.

tapi tingkat polusi tertingginya ada di malam kematiannya.

As a result of this,

Dampaknya,

Ella is the first person in the world

Ella adalah orang pertama di dunia

to have air pollution listed as a cause of death

yang dinyatakan meninggal akibat polusi udara

on her death certificate.

di sertifikat kematiannya.

Ella's story is unique, I admit,

Saya mengakui cerita Ella itu khusus,

but her experience is shockingly ordinary.

tapi pengalamannya sangatlah umum.

In too many countries around the world,

Di banyak negara di dunia,

air pollution exceeds

polusi udara melebihi

what the WHO tells us is acceptable to breathe.

batas kualitas WHO yang boleh dihirup.

Fossil fuels, everyone, they're killing us.

Bahan bakar fosil, mereka membunuh kita.

Almost one in five premature deaths

Hampir satu dari lima kematian prematur

are linked to air pollution

terjadi akibat polusi udara

from combustion engines, coal power plants,

dari mesin kendaraan, pembangkit batu bara,

wood burning, ammonia, cooking stoves

pembakaran kayu, amonia, tungku memasak

and other fossil fuels.

dan bahan bakal fosil lainnya.

That is 8.7 million people a year dying from heart attacks, cancer, strokes,

Itu artinya 8,7 juta orang,

setiap tahun meninggal akibat serangan jantung, kanker dan stroke,

dementia, suicide, depression, stillbirths and miscarriages.

demensia, bunuh diri, depresi, stillbirth, dan keguguran.

And that's just the start.

Dan itu hanya permulannya.

Children are the worst affected due to their lungs still developing.

Anak-anak adalah yang paling terdampak

karena paru-parunya masih dalam perkembangan.

Air pollution stunts the development of lungs and brains.

Polusi udara menghambat perkembangan paru-paru dan otak.

Scientists, believe it, are finding soot in mothers placentas,

Para peneliti, percayalah, menemukan jelaga di plasenta ibu,

meaning unborn babies are directly exposed to the black carbon

yang artinya bayi yang belum lahir terdampak langsung dengan karbon hitam

produced by motor traffic and fuel burning.

yang dihasilkan kendaraan bermotor dan pembakaran bahan bakar.

Like Ella, 93 percent of children around the world

Seperti Ella, 93 persen anak-anak di dunia

are breathing unsafe air.

bernapas di bawah udara yang tidak aman.

The real tragedy of this is we know how to solve this public health crisis.

Tragedi sebenarnya,

kita tahu bagaimana cara menyelesaikan masalah kesehatan publik ini.

We need to shift from toxic fossil fuels

Kita perlu beralih dari bahan bakar fosil yang beracun

to clean, electrified public and active transport.

menuju transportasi publik bertenaga listrik yang ramah lingkungan.

The second inquest into Ella’s death made it abundantly clear:

Pemeriksaan kematian Ella yang kedua menunjukkan dengan jelas:

Ella would still be here alive today

Ella akan hidup hari ini

if air pollution around our home

jika polusi udara di sekitar rumah kami

had been within the WHO acceptable limits.

berada di batas aman WHO.

Air pollution is an invisible global pandemic.

Polusi udara adalah pandemi global yang tidak terlihat.

It's a silent killer.

Ini adalah pembunuh dalam senyap.

You know what, unless you clean up the air,

Anda tahu, tanpa membersihkan udara

you will never resolve climate change.

kita tidak akan bisa menyelesaikan perubahan iklim.

Do you know why?

Anda tahu mengapa?

It's linked to global warming,

Ini berkaitan dengan pemanasan global,

acid rain,

hujan asam,

effects on wildlife,

berdampak pada kehidupan liar,

depletion of the ozone layer.

penipisan lapisan ozon.

But for me, this is personal.

Tapi bagi saya, ini sangat pribadi.

Eight years after Ella's death,

Delapan tahun setelah kemarian Ella,

I still visit respiratory doctors with Ella’s siblings,

saya masih mendatangi dokter pernapasan dengan para saudara kandung Ella,

who continue to be impacted by excessive air pollution.

yang terus terdampak oleh polusi udara.

As my children and I share a genetic link,

Mengingat anak-anak dan saya berbagi hubungan genetik,

we are equally susceptible to air pollution.

kami semua rentan dengan polusi udara.

The WHO recently strengthened its guidelines,

WHO yang baru saja mengetatkan panduan kesehatan,

and the evidence shows us there is no such thing as safe levels.

dan menerima bukti bahwa sebenarnya tidak ada level aman.

Every country in the world

Setiap negara di dunia

must enshrine these new WHO guidelines into law now.

harus menetapkan panduan WHO ke dalam hukum.

I'm putting them on notice.

Saya memberi mereka peringatan.

(Applause)

(Tepuk tangan)

What do I want?

Apa yang saya inginkan?

I'll tell you what I want.

Saya ceritakan apa yang saya mau.

I want every government to guarantee their children

Saya ingin setiap pemerintah menjamin anak-anak mereka

the chance to live full and healthy lives.

untuk bisa hidup dengan layak dan sehat.

To be able to fully and safely breathe.

Hidup dengan sepenuhnya dan bernapas dengan aman.

Breathing clean air is every child's human right.

Menghirup udara bersih adalah hak asasi setiap anak.

Governments have a duty of care to protect their citizens.

Pemerintah memiliki kewajiban untuk melindungi warganya.

Remember, 350 million people in the world have asthma,

Ingat, 350 juta orang mengalami asma,

including me.

termasuk saya.

(Breathing through inhaler)

(Bernapas melalui inhaler)

The fight to breathe clean air is real.

Perjuangan untuk menghirup udara bersih itu nyata.

When I say "Breathe life,"

Ketika saya berkata, “hirup kehidupan,”

what do you say?

apa yang Anda katakan?

You say, "Clean air is our right!"

Anda membalas, “Udara bersih adalah hak kita!”

Breathe life!

Hidup kehidupan!

Audience: Clean air is our right!

Audience: Udara bersih adalah hak kita!

RAKD: Thank you for listening.

RAKD: Terima kasih telah mendengarkan.

Thank you very much.

Terima kasih banyak.

(Applause and cheers)

(Tepuk tangan dan bersorak)

[Take action on climate change at countdown.ted.com]

[Lakukan aksi terhadap perubahan iklim di countdown.ted.com]