Why Thinking About Death Helps You Live a Better Life | Alua Arthur | TED

Translator: Syifa Sabrina Reviewer: Nathan ‎

I want to die at sunset.

Saya ingin wafat saat matahari terbenam.

I want to watch the sky change and turn orange and pink and purple

Saya ingin melihat langit menjadi jingga, merah muda, dan ungu

as day dies into night.

seiring hari berganti menjadi malam.

I want to hear the wind fluttering through the leaves

Saya ingin mendengar hembusan angin yang menggerakkan dedaunan

and smell very faintly, nag champa amber incense,

dan menghirup aroma nag champa amber,

but very faintly, because scent can be tough on a dying body.

tapi dengan sangat samar,

karena itu bisa menyakiti tubuh sekarat.

I want to die with socks on my feet because I get cold.

Saya ingin wafat dengan kaus kaki karena saya merasa dingin.

And if I die with a bra on, I'm coming to haunt everybody.

Dan jika saya wafat memakai bra, saya akan menghantui semua orang.

(Laughter)

(Tawa)

I will terrorize you and that is a threat, OK?

Saya akan meneror Anda dan itu adalah ancaman, OK?

I want to die in my own bed, at my own home,

Saya ingin mati di kasur, di rumah saya sendiri,

with my loved ones nearby

bersama orang-orang terkasih

who are talking amongst themselves and comforting each other

yang berbincang satu sama lain dan saling menguatkan

for this very big thing that's about to happen in their lives.

karena peristiwa besar ini akan terjadi di hidup mereka.

I want to die with all my affairs in order

Saya ingin mati tanpa masalah,

so my loved ones have nothing to worry about

jadi mereka tak perlu mengkhawatirkan apa pun

but their grief after I die.

selain berduka setelah saya meninggal.

I want to die empty,

Saya ingin merasa kosong,

devoid of all of the skill, gift,

terbebas dari semua kemampuan, anugerah,

talent and light that I carry in this body

bakat, dan cahaya yang terdapat di tubuh saya

and satiated, full of the richness of this one unique human ride.

dan merasa puas, penuh kekayaan dari perjalanan manusia ini.

And when my loved ones notice that I have released my last breath,

Dan ketika mereka menyadari saya telah menghembuskan napas terakhir,

I want them to clap.

saya ingin mereka bertepuk tangan.

I want them to clap because I died well,

Karena saya wafat dengan baik,

but I died well only because I lived well.

tetapi hanya karena saya hidup dengan baik.

Now, will it happen this way?

Apa akan terjadi seperti ini?

Probably not.

Mungkin tidak.

Realistically, I mean, even with all this rah-rah death talk I talk,

Secara realistis, meski dengan pembicaraan tentang kematian ini,

I'm probably going to go kicking and screaming.

mungkin saya akan menendang dan berteriak.

(Laughter)

(Tawa)

Unless we choose, the date, place,

Tanpa memilih, tanggal, tempat,

manner and time of our death will remain a mystery.

cara, dan waktu kematian kita akan tetap menjadi misteri.

Then why think about it at all?

Lalu, mengapa dipikirkan?

Death creates context for our lives.

Kematian menciptakan konteks bagi hidup kita.

My entire life is leading up until that point.

Kehidupan saya akan berakhir sampai titik itu.

How we die creates the period at the end of the sentence,

Bagaimana kita mati adalah titik di akhir kalimat,

but it is the period that makes it a sentence at all.

tetapi titik itulah yang menjadikannya sebuah kalimat.

Imagine for a moment your 847th birthday.

Bayangkan ulang tahun Anda yang ke-847.

OK, try.

Cobalah.

I mean, you're probably pushing 30, 40, 50, 60, 70 in this room.

Anda yang di ruangan ini mungkin berusia 30, 40, 50, 60, 70.

Imagine 847 of them.

Bayangkanlah yang ke-847.

So you’re sitting there and your body is raggedy.

Anda duduk di sana dan tubuh Anda sudah lusuh.

Because unless they cure aging,

Kecuali mereka mengobati penuaan,

I promise you, you do not want to be immortal.

saya yakin, Anda tidak ingin hidup abadi.

I promise, you're going to be begging for death.

Saya yakin, Anda akan memohon untuk kematian.

So it's your 847th birthday.

Ini ulang tahun Anda yang ke-847.

Here they come with a cake.

Mereka datang membawa kue.

No candles on it, because it would burn the house down.

Tanpa lilin, karena akan membakar seisi rumah.

And now here they come, singing that same tired song.

Mereka datang menyanyikan lagu yang membosankan.

"Happy birthday to you," you would be so over it.

“Selamat ulang tahun,” Anda akan merasa sangat bosan.

And if it was a Stevie Wonder version, that song is already 45 minutes long,

Jika lagunya versi Stevie Wonder yang berdurasi 45 menit,

you'd be extra over it.

Anda akan sangat muak.

(Laughter)

(Tawa)

Nobody wants that.

Tak ada yang mau itu.

We count birthdays now because they're finite.

Kita menghitung ulang tahun karena terbatas.

They're special.

Itu hal yang spesial.

They mark the passage of time, and one day, we won't have any more time.

Ulang tahun menandai waktu berlalu,

yang takkan kita miliki suatu hari nanti.

And I find that to be a really useful fact.

Menurut saya, itu fakta yang sangat berguna.

I think it's healthy for us to think about our death.

Bagi saya, memikirkan kematian itu baik untuk kita.

And you might say, of course I do, because I'm a death doula.

Mungkin Anda berpikir, “Tentu, kau seorang doula kematian.”

I wanted us to embrace thinking about our mortality.

Saya ingin kita memikirkan tentang kematian kita.

I spend a lot of time thinking about, talking about, helping people prepare

Saya menghabiskan waktu untuk berpikir, berbicara, membantu persiapan,

and teaching death doulas.

dan mengajarkan doula kematian.

Death doulas offer non-medical and holistic care for the dying person,

Doula kematian memberikan layanan non-medis dan holistik untuk pasien,

the circle of support and the community through the process.

dukungan, dan komunitas menghadapi kematian.

I want to acknowledge first what a privilege it is

Saya ingin mengatakan bahwa suatu keistimewaan

for people to be able to know about and afford and hire a death doula.

bagi seseorang untuk tahu dan bisa memanggil doula kematian.

We're working on it.

Kami sedang usahakan.

And next, what a privilege it is for me

Lalu, beruntungnya bagi saya

to even be able to imagine my own death.

bisa membayangkan kematian saya sendiri.

It says that I have a sense of safety.

Saya mendapat rasa aman.

My basic bodily needs are met.

Kebutuhan dasar tubuh saya terpenuhi.

And I have safety in my body, my mind and in my life,

Saya merasa aman dalam tubuh, pikiran, dan kehidupan saya,

even despite the skin I wear.

terlepas dari kulit saya.

That wasn't always the case.

Namun tak selalu begini.

I came to this work by serendipity,

Saya tahu pekerjaan ini karena kebetulan,

by circumstance, but mostly by necessity.

karena keadaan, dan terutama karena kebutuhan.

A little over ten years ago,

Lebih dari 10 tahun lalu,

I was practicing law at the Legal Aid Foundation of Los Angeles,

saya bekerja sebagai pengacara di Lembaga Bantuan Hukum Los Angeles

and I grew depressed.

dan saya menjadi depresi.

Not like, "Oh my God, I'm so depressed,"

Bukan, “Oh tidak, saya depresi sekali,”

but like, for real depressed, like, "can't get out of bed" depressed,

tapi depresi nyata sampai tidak bisa bangun dari ranjang,

"can't shower" depressed, can't find hope,

tidak bisa mandi, menemukan harapan,

"can find a smile, but can't really find joy,"

bisa tersenyum tapi tidak bahagia,

type of depressed.

depresi yang seperti itu.

I took a medical leave of absence, so I went to Cuba,

Saya mengambil absensi sakit dan pergi ke Kuba.

and I met a woman there,

Saya bertemu seorang wanita,

a fellow traveler on the bus, who had uterine cancer.

sesama pelancong di bus yang menderita kanker rahim.

We spent the 14-hour bus ride talking about her life and also her death.

Kami menghabiskan 14 jam perjalanan

membicarakan kehidupan dan kematiannya.

And it was a highly illuminating conversation.

Percakapan ini sangat mencerahkan.

I heard firsthand how hard it was for her

Saya mendengar bagaimana sulit untuknya

to even be able to talk about her fears around mortality and her disease

berbicara tentang rasa takutnya akan kematian dan penyakitnya

because people censored their own discomfort with mortality

karena orang-orang menyensor ketidaknyamanan mereka terhadap kematian

rather than make space for her.

daripada memberikan ruang untuknya.

I took the invitation, however, to think about my mortality

Meski begitu, saya menerima ajakan untuk memikirkan kematian

and looked at my life from the perspective of my death for the very first time.

dan melihat kehidupan dari sisi kematian untuk pertama kalinya.

And it was grim, I did not like what I saw.

Dan rasanya suram. Saya tidak menyukainya.

I noticed then

Lalu, saya menyadari

that I had to live life on my own terms

bahwa saya harus hidup dengan cara saya sendiri

because I was the only one who was going to have to contend with all the choices

karena hanya saya yang akan menghadapi semua pilihan

that I'd made at my death.

yang telah saya buat saat wafat.

Not long after I came back from Cuba,

Tak lama setelah kembali dari Kuba,

my brother-in-law, Peter Saint John, became ill.

Peter Saint John, saudara ipar saya, jatuh sakit.

And not too long after that, they couldn't cure him anymore.

Tak begitu lama setelah itu, dia tidak bisa diobati lagi.

So I went to New York,

Saya pergi ke New York,

where he and my sister and my niece were,

di mana dia, saudara perempuan, dan keponakan saya berada,

and along with Peter's family and my family and his friends,

dan bersama keluarganya, keluarga saya, dan teman-temannya,

we ushered him to the end of his life.

kami mengantarnya menuju akhir hidupnya.

Being present for Peter's death

Hadir di kematian Peter

is one of the greatest gifts I've ever been given.

merupakan hadiah terbaik yang pernah saya terima.

Not only did I get to care for somebody who I loved so dearly,

Saya dapat mengurus orang yang saya sayang

but it also grew my capacity for compassion.

dan juga membangun rasa simpati.

I knew, intellectually, that there were thousands of other people

Saya tahu bahwa ada ribuan orang lainnya

that were walking through the same thing at the same time.

yang menjalani hal serupa di waktu yang bersamaan.

And it also hinted at the things that I've been talking about in Cuba.

Itu juga merujuk pada hal-hal yang saya bicarakan di Kuba.

Everybody was uncomfortable with the fact that he was going to die,

Semua orang merasa tidak nyaman dengan kematiannya,

even the medical care team.

begitu pun para tenaga medis.

I knew that there should be somebody,

Saya tahu bahwa harus ada seseorang

somebody who was there, somebody who could be with us

yang ada di sana, yang dapat bersama kita,

to walk alongside us.

berjalan bersama kita.

Somebody who could listen to us, offer resources,

Seseorang yang mendengar kita, memberikan bantuan,

hold our hands, hold our hearts,

menggenggam tangan dan hati kita,

bear witness to our pain, help us sort through information,

menerima rasa sakit kita, membantu menyusun informasi,

tell us that we were doing the best that we could

mengatakan bahwa kita melakukan yang terbaik

with the worst that we were dealt.

dalam peristiwa terburuk.

But I couldn't find anybody.

Namun, saya tidak menemukan orang itu.

So I became that someone for other people.

Maka, saya menjadi sosok itu untuk orang lain.

I sit deep in the trench with folks as they prepare for death.

Saya duduk di tempat yang sulit bersama mereka yang bersiap untuk wafat.

There's no fixing or saving anything

Tidak ada perbaikan atau penyelamatan

because there's no fixing or saving grief or death.

karena duka kematian tidak bisa diubah.

It just is, I meet people where they are at.

Saya hanya bertemu dengan mereka di tempatnya.

My goal is to help them answer the question:

Tujuan saya adalah membantu mereka menjawab:

"What must I do to be at peace with myself

“Apa yang harus saya lakukan untuk berdamai dengan diri saya

so that I may live presently and die gracefully,

sehingga saya bisa hidup dan mati dengan baik,

holding both at the same time?"

memiliki keduanya secara bersamaan?”

When I'm thinking about my present life

Saat memikirkan hidup saya saat ini

from the vantage point of my graceful death,

dari sudut pandang kematian saya yang indah,

I can see very clearly who I want to be,

saya bisa melihat dengan jelas ingin menjadi siapa,

how I want to spend my time

bagaimana saya ingin menghabiskan waktu,

and what of me I'll leave behind.

dan apa yang akan saya tinggalkan.

It allows me to consciously curate my life right now

Itu membuat saya bisa menata hidup saat ini

and also figure out my little "whys" right now.

dan memahami berbagai pertanyaan “mengapa.”

Because what are we waiting for, anyway?

Lagipula, apa yang kita tunggu?

Like, death?

Kematian?

I used to think dying people had it all figured out, though.

Saya pernah berpikir orang yang mati sudah memikirkan semua.

I used to think that they'd lay there with their hands like this

Saya berpikir mereka berbaring dengan tangan yang seperti ini -

because we all know this is like, universal dying person pose.

ini adalah posisi orang meninggal pada umumnya.

So they'd lay there with their hands like this,

Mereka berbaring dengan tangan seperti ini,

and there'd be a little glimmer in their eye,

dan akan ada setitik kilauan di mata mereka,

they'd be like, "Oh, yes, finally, it all makes sense."

mereka berkata, "Akhirnya, ini semua masuk akal."

Ternyata sama sekali berbeda, tidak seperti itu.

Turns out it's not like that at all, it doesn't look like that.

Kita telah dibohongi Hollywood, kita tahu itu.

Hollywood has lied to us, we know that already.

Cinderella tidak masuk akal, tapi ini mencolok.

Cinderella was unconscionable, but this is just flagrant.

Tidak seperti itu.

Terlalu banyak yang dilakukan ketika Anda meninggal.

It's not like that at all.

It's way too much work to be doing while you're dying.

Jadi, tidak seperti itu, tidak ada rahasia,

So it doesn't look like that, there's no secret,

atau hal ajaib yang akan Anda temukan.

there's nothing magically you'll find out then.

Tidak ada yang Anda temukan, tidak ada rahasia besar.

This is it, there's nothing to figure out, no big secret at all.

Banyak klien saya yang sudah di akhir hidup mereka

Many of my clients also reached the end of their lives

berharap punya waktu yang lebih.

wishing that they had more time.

Saya penasaran, waktu untuk apa?

But I'm always curious, more time for what?

Apa yang akan mereka lakukan dengan waktu mereka?

What else would they do with the time that they had?

Jarang sekali untuk melihat Machu Picchu, saya kira.

It's rarely to go see Machu Picchu, OK, I'll tell you that.

Can I tell you a story?

Bolehkah saya bercerita?

OK, so this client is a composite,

Klien ini merupakan gabungan

very many clients shoved together because as juicy as their stories are,

dari banyak klien karena semenarik apa pun cerita mereka,

it's not my responsibility or job to tell them.

bukan tugas saya untuk menceritakannya.

So this is many clients together,

Cerita ini gabungan dari banyak klien

and I find that it's an easy composite to make

dan menurut saya ini gabungan yang mudah dibuat

because it's universally applicable.

karena penerapannya sangat luas.

This applies whether or not somebody has worked their entire life

Entah seseorang sudah bekerja sepanjang hidupnya atau tidak

or sits on a big trust fund or works three jobs to keep the lights on.

atau duduk manis dengan tabungan

atau bekerja di tiga tempat sekaligus.

You might find bits of yourself in this story.

Mungkin akan ada setitik diri Anda di sini.

This client is somebody who had a decent amount of privilege,

Klien ini adalah seseorang yang punya cukup privilese,

but not without adversity, of course, because she's human.

tapi tetap dengan kemalangan tentunya, karena ia manusia.

She had a great job, great career, had been a real trailblazer.

Dia punya pekerjaan dan karier yang bagus, seorang pionir.

Kids who she loved, who she was proud of,

Anak yang ia sayangi dan banggakan,

good friends, traveled a bunch,

sahabat baik, sering berlibur,

did a bunch of great things in her life, had plenty of romance and love.

sering melakukan hal hebat, mengalami banyak romansa dan cinta.

She was doing OK.

Dia hidup dengan baik.

The girl who had everything.

Perempuan yang punya segalanya.

And then came a plot twist.

Lalu, ada sebuah kejutan.

That plot twist was an aggressive bone cancer

Kejutan itu berupa kanker tulang ganas

that was likely going to kill her.

yang kemungkinan akan membunuhnya.

And with that plot twist came a sense of pointlessness to her life.

Kejutan itu mendatangkan kehampaan dalam hidupnya.

She couldn’t figure out what she’d been doing for the past 60-odd years

Ia tidak bisa memahami apa yang telah dilakukan selama 60 tahun

because she'd been so busy doing.

karena saking sibuknya.

While she was healthy,

Ketika ia masih sehat,

it was about the next career milestone or what's happening with the kids next

yang penting adalah kariernya atau anak-anaknya,

or the next trip.

atau liburan selanjutnya.

When she was sick, more of the same.

Ketika ia sakit, kira-kira sama.

Next doctor's appointment, next scan, next medication.

Janji dengan dokter, pindaian, obat selanjutnya.

She was so busy distracting herself from like, the difficulty

Ia sibuk mengalihkan perhatian dari kesulitan

that she found in her life,

yang ada di hidupnya,

staying out of her body

lepas dari raga

so that she didn't have to be present with what was going on.

agar tidak perlu merasa sadar dengan realitas.

It was always out there, she was always looking out there.

Selalu di sana, dia selalu melihat ke sana.

But death was coming to remind her that she had no more "out theres."

Namun, kematian mengingatkan bahwa dia tidak lagi punya “di sana.”

That it was always only right here,

Selalu hanya ada di sini,

where there is nothing at all to do

tidak ada yang perlu dilakukan

but simply to be.

kecuali hidup.

We zoomed out on her life to look at what she enjoyed,

Kami menelusuri kehidupannya untuk melihat hal yang ia sukai,

to see where she placed value,

hal yang ia hargai,

because from there we can figure out where we place meaning.

karena dari sana kami bisa mendapatkan makna.

And it turns out it wasn't about the kids or the work or the money.

Ternyata itu bukan tentang anak-anak, karier, atau pun uang.

It was about the little things.

Itu tentang hal-hal kecil.

Her hands in the soil.

Tangannya yang memegang tanah.

Her garden.

Kebunnya.

Building a fire, reading books and food.

Api unggun, membaca buku, dan makanan.

She loved to eat,

Ia suka makan,

but she had dieted most of her adult life.

tetapi hampir selalu diet ketika dewasa.

The sound at all familiar to anybody?

Terdengar tidak asing untuk Anda?

OK, if it does, this is for you, OK?

Jika iya, ini untuk Anda, OK?

If you take nothing away, hear this:

Jika tidak, dengarkan ini:

you are going to die, so please eat the cake.

Anda akan mati, jadi makanlah kuenya.

Eat the cake, order the dessert,

Makan kue, pesan pencuci mulut,

eat the french fries, eat the brownies.

makan kentang goreng, bronis.

Eat everything you want to, just eat it, because you're going to die.

Makan apa pun yang diinginkan, karena Anda akan mati.

One day, you won't be able to anymore.

Nanti, Anda tidak akan bisa lagi.

At this point in her disease process, chemotherapy had ravaged her taste buds,

Di titik perjalanan sakitnya, kemoterapi merusak indra pengecapnya,

so she had to rely on her sense of smell to get pleasure out of eating.

jadi ia bergantung pada penciuman untuk bisa menikmati makanan.

And she ate.

Dan ia makan.

She did it as much as she could

Sebanyak yang ia mampu

because she knew she wouldn't be able to for much longer.

karena ia tahu sebentar lagi tidak akan bisa.

She ate as much as cancer would allow,

Ia makan sebanyak mungkin,

and when her body could no longer process food,

dan ketika tubuhnya tidak dapat menerima lagi,

we placed her favorite passion fruit soufflé right on her lip,

kami memberinya souffle markisa kesukaannya di bibirnya,

and she would lick it and smile.

ia menjilatnya dan tersenyum.

She lived more in the last eight months or so of her life

Ia lebih hidup di delapan bulan terakhir dari hidupnya

with the help of hospice than she had before.

dengan bantuan perawat daripada sebelumnya.

She was finally present, at home in her body,

Akhirnya, ia merasa hidup di rumahnya, tubuhnya,

delighting in the richness of the sensory experience we have

bersukaria dalam pengalaman sensoris yang kita miliki

by virtue of these fantastical bodies that we will die in.

yang dihasilkan dari tubuh luar biasa di mana kita akan mati.

These bodies that we will die in.

Di tubuh yang akan kita tinggalkan.

She was also really curious about her legacy.

Ia juga sangat ingin tahu tentang warisannya.

What, if anything, she'd leave behind.

Apa yang akan ia tinggalkan.

But leaving a legacy isn't optional.

Namun, meninggalkannya bukan pilihan.

We're doing it every single day.

Kita melakukannya setiap hari.

You're doing it with every smile, every word, every kind word,

Kita lakukan di setiap senyuman, perkataan yang baik,

every harsh word,

perkataan yang buruk,

every action, every inaction, every dollar you spend.

tindakan, kepasifan, uang yang Anda habiskan.

You're telling the people who are paying attention

Anda memberi tahu orang yang memperhatikan

diri Anda sebenarnya,

exactly who you are,

and that is what they'll tell of you when you are gone.

itulah yang akan mereka bicarakan tentang Anda saat tiada.

At her funeral,

Di pemakamannya,

despite all of her career accomplishments, nobody talked about any of that.

tidak ada yang membicarakan tentang pencapaian kariernya.

They talked about who she was, nobody cared about what she'd done.

Mereka bicara tentang dirinya, bukan yang telah dia lakukan.

When we focus on our productivity,

Ketika kita fokus terhadap produktivitas,

we highlight what we have to do to feel worthy,

kita fokus akan apa yang harus dilakukan untuk merasa berharga,

rather than who we get to be,

alih-alih menjadi seseorang

where worthiness is our birthright

di mana merasa layak adalah hak kita

and we are human.

dan kita adalah manusia.

(Applause)

(Tepuk tangan)

We're human.

Kita manusia.

Messily, magically, fantastically,

Manusia yang berantakan, ajaib, luar biasa,

beautifully, briefly,

indah, singkat,

perfectly human.

dan sempurna.

Now humans are meaning-making machines.

Manusia adalah mesin pembuat makna.

We can make a story out of anything and make it sound good.

Kita bisa membuat cerita dari apa pun dan akan terdengar bagus.

So why not then make meaning out of the magic of the mundane?

Jadi, mengapa tidak membuat makna dari hal yang biasa?

And absolve ourselves of the responsibility

Dan bebaskan diri kita dari kewajiban

of trying to have some grand life purpose?

memiliki tujuan hidup yang besar?

Why not just give ourselves permission to be fully human,

Mengapa tak biarkan diri kita menjadi manusia seutuhnya,

to be fallible, to be messy, to be here while we're here?

yang tidak sempurna, berantakan, dan berada di sini selagi bisa?

I mean, is nobody else tripping out over the fact

Apa tidak ada yang bingung dengan fakta

that we're on a giant blue rock spinning through space?

bahwa kita berada di batu biru besar yang berputar di angkasa?

Y'all don't trip about that, because I do regularly.

Anda tidak begitu, karena saya selalu bingung.

(Laughter)

(Tawa)

And then what really trips me out is that while that's going on,

Lalu, yang membuat saya sungguh bingung adalah ketika itu terjadi,

we're getting bent out of shape over traffic.

kita merasa marah karena macet.

Please let the cars merge, OK?

Tolong satukan mobil-mobil itu, ok?

Can we agree universally we're going to let people merge?

Setujukah kita untuk menyatukan manusia secara menyeluruh?

Let them merge, let them merge.

Satukan mereka.

Let them merge.

Satukan mereka.

It requires nothing of you, just to give them a little bit of time.

Tak perlu lakukan apa pun untuk berikan mereka sedikit waktu.

And in fact, it's probably taking more time off your life

Sebenarnya, mungkin butuh waktu lebih di hidup Anda

by all the high blood pressure when you don't want to let them merge.

dari tekanan darah tinggi ketika Anda tidak biarkan mereka bersatu.

Just let them in, it'll be fine, everybody's fine, it's OK.

Biarkan saja mereka masuk, tak apa, semuanya baik-baik saja.

Hold life lightly.

Rangkul dengan erat.

We've got to hold life really, really lightly.

Rankullah hidup dengan sangat erat.

We are all dying.

Kita semua akan mati.

We're all dying.

Kita semua akan mati.

Now I can understand why people maybe don't want to talk about death

Saya mengerti mengapa kematian tidak dibicarakan

or think about it.

atau dipikirkan.

It's uncomfortable.

Itu tidak nyaman.

It's sad, it's scary, icky.

Menyedihkan, menyeramkan, tidak menyenangkan.

Acknowledging your death means that you are not the center of the story,

Mengakuinya berarti Anda bukan pemeran utamanya,

and that is disquieting to the very fragile human ego.

dan itu mengganggu ego manusia yang sangat rapuh.

Acknowledging your mortality also means acknowledging our powerlessness

Mengakui kematian Anda berarti juga mengakui kelemahan

and lack of control we have in life.

dan kurangnya kontrol kita dalam kehidupan.

Also icky.

Tidak menyenangkan.

It also means surrendering to the big "I don't knows" of life

Berarti juga menyerah kepada ketidaktahuan besar dalam hidup

and also the really big "I don't knows"

dan juga ketidaktahuan besar

of "what, if anything, happens after we die?"

terhadap "apa yang terjadi setelah kita mati?"

But since we don't know,

Namun, karena kita tidak tahu,

why not imagine something absurd,

mengapa tidak bayangkan sesuatu yang absurd,

something glorious, something huge?

yang meriah, yang besar?

A vision that actually serves you

Bayangan yang menguntungkan Anda

rather than makes you want to recoil in fear.

daripada membuat Anda bergulung dalam ketakutan.

We could.

Kita bisa.

You want to hear my working theory?

Maukah Anda mendengar teori saya?

It's absurd, OK?

Ini absurd, OK?

And please remember, even though I might kind of look like Miss Cleo,

Tolong ingat, meskipun mungkin saya mirip dengan Miss Cleo,

I don't know anything about what happens after we die, alright?

saya tidak tahu apa yang akan terjadi setelah kita mati, OK?

This is just an idea, OK.

Ini hanyalah sebuah gagasan.

So I'm on my deathbed.

Jadi, saya ada di ranjang kematian.

On the outside, they are clapping.

Di luar, mereka bertepuk tangan.

On the inside -- well, I've hit my death pose, all right?

Di dalam, saya sudah berpose, ok?

I'm in my death pose.

Saya sudah di pose kematian.

On the inside,

Di dalam,

I'm starting to feel everything I ever felt in this body,

Saya mulai merasakan semua yang pernah dirasakan dalam tubuh ini,

all at the same time.

dalam satu waktu.

It's all starting to gather up in my body all at the same time.

Semua mulai berkumpul di dalam tubuh saya secara bersamaan.

Like that one time I was 11 and I stepped on a frog.

Seperti ketika usia saya 11 tahun dan saya menginjak seekor katak.

I mean, poor frog, and I felt so bad,

Katak yang malang, saya kasihan sekali,

but I was barefoot, ew,

tetapi saya bertelanjang kaki, ew.

like, I can still feel it squishing up between my toes.

Saya masih bisa merasakannya hancur di sela-sela jari kaki.

Yuck.

Jijik.

(Laughter)

(Tawa)

When you bite into an orange and the juice squirts into your mouth,

Ketika memakan jeruk dan sarinya muncrat di mulut Anda,

and then there's the little bite in your jaw,

lalu ada potongan kecil di rahang,

there's a little bite in your jaw because it's sour.

ada potongan kecil di rahang Anda karena asam.

Or when you first bite into a fried plantain.

Atau ketika Anda pertama kali menggigit pisang goreng.

Or getting into clean sheets, that feeling gathering in my body,

Atau memakai kain bersih, sensasi yang berkumpul di tubuh saya,

all the feelings, getting into a hot shower,

semua perasaan, mandi dengan air panas,

listening to a song that you love for the very first time,

mendengarkan lagu yang Anda sukai untuk pertama kali,

I'm hearing Stevie Wonder "As" playing,

saya mendengarkan “As” Stevie Wonder,

how I feel my spirit when I see the color yellow.

saya yang bersemangat saat melihat warna kuning.

Just all these feelings are starting to roll up in my body.

Semua perasaan ini mulai berkumpul di dalam tubuh saya.

My niece’s laughter, my nephew trying to teach me how to Dougie.

Tawa keponakan saya, yang satunya mengajarkan saya menari Dougie.

It did not go well.

Tidak berjalan dengan baik.

It didn't go well, I still don't know how to do it.

Saya masih tidak tahu bagaimana caranya.

How I can look into my partner's eyes

Betapa dengan menatap mata pasangan saya

and just by looking into his eyes, I can feel love in my body.

dan dengan menatapnya, saya dapat merasakan cinta dalam tubuh saya.

All these feelings are starting to gather up in my body.

Semua perasaan ini mulai berkumpul di dalam tubuh saya.

At the same time, I'm also feeling every little bit of pain I've ever felt

Di saat yang sama, saya pun merasakan setiap rasa sakit yang pernah saya rasakan

physically and emotionally.

secara fisik maupun emosional.

I'm feeling all the sensations, I'm feeling anger, feeling rage,

Saya merasakan semua perasaan, marah, murka,

feeling frustration, feeling grief, feeling sadness,

frustrasi, duka, sedih,

feeling all those things gathering up in my body.

merasakan semua itu berkumpul di dalam tubuh saya.

I'm feeling despair, desperation, sadness.

Saya merasakan putus asa dan sedih.

I'm feeling insecurity.

Saya merasa tidak aman.

All the crippling doubt,

Semua keraguan yang mendera,

I'm feeling all the failures, all the disappointments.

saya merasakan semua kegagalan dan kekecewaan.

Every single time I thought I couldn't make it through the day,

Setiap saat saya berpikir tidak akan bisa menjalani hari,

It's all starting to gather up in my body.

itu semua berkumpul di dalam tubuh.

I'm also remembering every single time I did get up.

Saya juga ingat setiap waktu bangun tidur.

So I'm also feeling all the hope,

Saya juga merasakan semua harapan,

all the joy, all the awe, all the mystery,

rasa gembira, takjub, misteri,

all the freedom that I feel in this body.

kebebasan yang saya rasakan di dalam tubuh saya.

But most of all, I'm also feeling all of the love,

Namun, dari semuanya, saya juga merasakan cinta,

all the aching love that underwrites it all.

pilunya cinta yang mendominasi itu semua.

And when I cannot take it anymore,

Dan ketika saya sudah tidak sanggup lagi,

I am saturated with this experience that I've had,

Saya diserap oleh pengalaman yang saya punya,

poof, I explode into a cosmic orgasm.

poof, saya meledak menjadi orgasme kosmik.

Audience: Yes!

Penonton: Ya!

AA: Yes.

AA: Ya.

And like a pinata that's broken open,

Seperti pinata yang terbelah dua,

pieces of glitter start to fall from the sky.

serpihan kelap-kelip berjatuhan dari angkasa.

Glitter confetti, falling, falling.

Konfeti kelap-kelip, jatuh, jatuh.

Orange, pink, purple, yellow, turquoise, everything.

Jingga, merah muda, ungu, kuning, hijau, semuanya.

Gold, silver, falling, falling, falling, like a really soft snow shower.

Emas, perak, berjatuhan bagai siraman salju yang lembut.

Falling everywhere.

Berjatuhan ke mana-mana.

In larger concentrations on the people who loved me.

Di fokus yang lebih luas, orang-orang yang menyayangi saya.

And in lesser concentration on those people whose lives I touched.

Di fokus yang lebih sempit, mereka yang kehidupannya saya sentuh.

And then the rest of it just gets reabsorbed

Lalu sisanya terserap kembali

into a big undulating glitter wave

menjadi gulungan ombak kelap-kelip yang besar

that goes on all around as far as I can see,

yang terus bergulung sejauh yang dapat saya lihat,

for all of eternity that envelops and encompasses us all.

selama-lamanya yang melingkupi kita.

Maybe it's just glitter.

Mungkin hanya kelap-kelip.

Could it be?

Bisakah?

It could be anything.

Bisa apa saja.

All I know is at that point, all I believe is at that point,

Yang saya tahu pada titik itu, yang saya percaya pada titik itu,

when the glitter, all the pieces of me have been reencompassed,

saat kilauan, serpihan diri saya telah kembali terkumpul,

the I that I think of myself as,

diri saya yang saya lihat sendiri,

Alua Adwoba Arthur,

Alua Adwoba Arthur,

having this one single solitary human experience,

memiliki satu pengalaman manusia,

has been reenveloped into all that ever was

telah terkumpul menjadi semua yang pernah

and all that ever will be,

dan yang akan terjadi,

And it is complete.

dan selesai.

And I am safe.

Saya aman.

I am still far from where I was in Cuba.

Saya masih jauh dari di mana saya berada di Kuba.

At that point, my death would have come as a relief.

Di titik itu, kematian saya akan menjadi sebuah penolong.

An ending to my pain and to my suffering

Akhir dari rasa sakit dan penderitaan

and a way out of this life that I couldn't quite figure out how to get into.

dan sebuah jalan keluar dari kehidupan

yang saya tak tahu bagaimana bisa masuk ke dalamnya.

If I'm to die today,

Jika saya mati hari ini,

I know that my death will come as a celebration.

kematian saya akan menjadi sebuah perayaan.

As a culmination of a life lived in and loved.

Sebagai titik akhir dari kehidupan yang baik dan dicintai.

A life that's worth dying from.

Kehidupan yang layak dijalani sampai mati.

After the last decade spent supporting people

Selama puluhan tahun terakhir menolong orang-orang

as they think through their lives and prepare for their death,

selagi mereka memikirkan hidup mereka

dan mempersiapkan kematian,

I know,

Saya tahu.

I trust that the real gift in being with our mortality

Saya percaya bahwa karunia sesungguhnya dari kematian kita

is the sheer wonder that we live at all.

adalah sepercik keajaiban bahwa kita hidup.

That's all I got.

Itu saja dari saya.

Thank you.

Terima kasih.

(Cheers and applause)

(Sorak dan tepuk tangan)