The Eco-Creators Helping the Climate Through Social Media | Zahra Biabani | TED

Translator: Bagus Ramadhan Reviewer: Abe Felisa

I recently graduated college

Saya baru saja lulus kuliah

where I studied environmental science and environmental sociology.

di mana saya mempelajari Ilmu Lingkungan dan Sosiologi Lingkungan.

Now during one of my many, many finals week study breaks,

Di suatu minggu dari begitu banyak minggu persiapan ujian,

I came across something that piqued my interest --

saya menemukan hal yang menarik perhatian saya

and it wasn’t something I was supposed to be studying.

dan itu bukan sesuatu yang seharusnya saya pelajari.

It was a survey of 10,000 young people

Yaitu survei yang diikuti oleh 10.000 anak muda

across ten different countries

di 10 negara

on their feelings regarding the climate crisis.

mengenai perasaan mereka terhadap krisis iklim.

A survey found that 56 percent of Gen-Zers,

Survei tersebut menunjukkan bahwa 56 persen Gen-Z,

the generation that I’m a part of

yaitu generasi saya

and the largest age demographic in the world,

dan demografi usia terbesar di dunia,

believe that because of the climate crisis,

percaya bahwa akibat dari krisis iklim,

humanity is doomed.

umat manusia tamat.

This felt like a punch in the gut.

Hal ini sungguh mengejutkan.

I had just spent four and a half years

Saya menghabiskan empat setengah tahun

and tens of thousands of dollars studying these things:

dan puluhan ribu dollar mempelajari hal-hal ini,

countless time organizing on and off campus

berkali-kali mengorganisasi di dalam dan luar kampus

and energy getting involved with both local and national groups,

dan habis energi terlibat dalam kelompok lokal dan nasional,

yet most of my generation viewed it all as pointless.

tetapi banyak generasi saya menganggapnya tidak berarti.

Now if we look at the way that younger generations talk about the climate crisis,

Nah, jika kita melihat cara generasi muda berbicara mengenai krisis iklim,

these feelings of doom and despair make sense.

rasa-rasa takut dan keputusasaan ini masuk akal.

I mean, we’re drowning in bad climate news.

Kita tenggelam dalam berita-berita iklim buruk.

Headline after headline detail each week’s latest catastrophe.

Judul demi judul menjelaskan tentang bencana setiap minggunya.

“Unprecedented” has taken on a new meaning as each day is unprecedented.

“Berita baru” mempunyai arti yang baru karena setiap hari beritanya baru.

Just count how many times you’ll probably hear it today.

Hitung saja sudah berapa banyak Anda mendengarnya hari ini.

I gave you two ones for free right there.

Saya berikan dua berita secara cuma-cuma tadi.

And everything is amplified on social media

Dan semuanya diperkuat di media sosial

where there’s a remarkable lack of nuance

di mana ada kekurangan kepekaan

and an oversupply of attention-grabbing rhetoric.

dan retorika penarik perhatian yang berlebihan.

Kebanyakan orang, termasuk saya,

Many of us, including myself,

seem to believe that if we just share these awareness posts enough times

yakin jika kita menyebarkan postingan ini cukup sering,

that someone somewhere will finally do something about it.

seseorang di suatu tempat akan melakukan sesuatu pada akhirnya.

But unfortunately, Joe Biden probably doesn't follow you on Instagram,

Tetapi sayangnya, Joe Biden mungkin tidak mengikuti Anda di Instagram,

and he doesn’t follow me either -- yet.

dan dia juga tidak mengikuti saya -- belum.

I’m part of a diverse, 19-person-strong collective

Saya tergabung di kelompok kebhinekaan berisi 19 orang hebat bernama EcoTok,

called EcoTok,

and we use social media to share nuanced climate education through infographics,

dengan media sosial kami berbagi kepekaan edukasi iklim melalui infografis,

memes

meme,

and you guessed it, TikToks,

dan juga TikTok,

to our collective audience of over four million people,

untuk empat juta orang lebih para pengikut kami,

most of whom are Gen Z and millennials.

yang kebanyakan adalah Gen Z dan milenial.

Dan melalui usaha kami,

And through our work,

we’ve picked up on this pattern.

kami menemukan pola.

Our comments sections are filled with people who have given up hope.

Kolom komentar kami penuh dengan orang-orang yang sudah menyerah.

People who say they have weekly anxiety attacks

Orang yang bilang mereka terserang kecemasan setiap minggu

about the climate crisis.

akan krisis iklim.

Or that they don’t want to have kids anymore

Atau bahwa mereka tidak ingin memiliki anak

out of fear of adding to the suffering.

karena takut akan menambah penderitaan.

Or that they see no point in taking action

Atau mereka tidak melihat alasan untuk bertindak

when the powers that stand against us are so strong.

saat kekuatan oposisi sangatlah kuat.

Our generation and younger generations

Generasi kami dan yang lebih muda lagi

need a new way of addressing the climate crisis

butuh cara baru menghadapi krisis iklim

that unshackles us from the cycles of doom and gloom

yang membebaskan kami dari siklus rasa putus asa

that so often lead to inaction,

yang seringnya berujung keenganan,

because we cannot play a part in making change

karena kami tak dapat terlibat dalam sebuah perubahan

if we do not believe that change is possible.

jika kami tidak yakin bahwa perubahan itu mungkin.

Climate denialism,

Penyangkalan iklim,

which for decades has been peddled by oil, gas and other big business interests,

yang bertahun-tahun diumbar oleh perusahaan minyak dan gas

dan kepentingan bisnis besar lainnya,

has met its rival:

telah bertemu musuh besarnya:

climate doomism.

malapetaka iklim.

The belief that we cannot save our planet,

Kepercayaan kita tidak bisa menyelamatkan planet,

so why take action?

jadi untuk apa bertindak?

Though they differ in origin,

Walau latar belakangnya berbeda,

both have the ability to paralyze action and prevent progress.

keduanya punya dampak untuk melumpuhkan aksi dan menghambat progres,

And though things are bad,

Dan walaupun sedang buruk,

they’re far from over.

ini jauh dari selesai.

Bagaimana kami menemukan harapan dalam keputusasaan,

So how do we find hope when things feel hopeless,

and how do we communicate

dan bagaimana mengkomunikasikan mata rantai erat

the inextricable link between hope and action?

antara harapan dan tindakan?

To answer this,

Untuk menjawabnya,

let me take you back to March of 2020 --

mari kembali ke Maret 2020 --

absolutely no one’s first choice of when to time travel to.

bukan pilihan pertama siapa pun untuk berkelana dalam waktu.

Many of us were quarantined in our homes,

Kebanyakan orang terkarantina di rumah,

people had stopped going out and socializing,

orang-orang tidak keluar rumah dan bersosialisasi,

yet the stream and virality of bad news certainly had not stopped.

tetapi arus dan viralnya berita-berita buruk terus mengalir.

I was finishing up my semester at home,

Saya sedang menyelesaikan semester saya di rumah,

as well as working to move my activism online

dan juga berusaha memindahkan aktivisme saya ke daring

when I was hit, not only with COVID

ketika saya terserang, bukan hanya COVID

but also with burnout.

tetapi juga kelelahan.

I began to question the efficacy of my work,

Saya mulai mempertanyakan kinerja dari usaha saya,

my passion for environmentalism

hasrat saya akan lingkungan hidup,

and the purpose in studying what I was studying.

dan tujuan saya mempelajari apa yang sedang saya pelajari.

I knew I needed something to inspire me.

Saya tahu saya butuh sesuatu untuk menginspirasi diri.

I was scrolling on social media,

Saya bermain media sosial,

and I saw a friend who had been sharing positive news stories.

dan saya lihat seorang teman membagikan berita-berita positif.

I paired this with the rise of feel-good dance videos that had really emerged

Saya gabungkan ini dengan video tarian ceria yang sedang naik daun

on TikTok

di TikTok

and started a series called “Weekly Earth Wins.”

dan memulai sebuah seri bernama “Weekly Earth Wins”

Here's a look at one of those videos.

Ini cuplikan dari video-video itu.

(Music)

(Musik)

(Applause)

(Sorakan)

So at first this felt really, really silly.

Awalnya, rasanya benar-benar konyol.

I mean, what did dancing have to do with climate action?

Maksudnya, apa hubungan menari dengan aksi iklim?

And what good was sharing good news when everything felt so bad?

Dan apa gunanya membagikan berita baik ketika semuanya terasa buruk?

But then I began to receive people's feedback.

Tetapi kemudian saya mulai mendapat tanggapan.

Orang-orang bilang

People told me

video-video ini membantu mengurangi kecemasan akan iklim,

that these videos really helped mitigate their climate anxiety,

that they looked forward to these videos week after week

bahwa mereka menunggu video-video ini setiap minggu

and that these videos helped turn their anger and anxiety into action.

dan bahwa video-video ini membantu mengubah kemarahan dan cemas menjadi aksi.

So I continued making them.

Jadi saya terus membuatnya.

And in the process of finding good news stories to share,

Dan dalam proses mencari berita baik untuk dibagikan,

I began to pick up on trends.

saya mulai menemukan tren.

Week after week,

Pekan demi pekan,

institutions were divesting from fossil fuels.

banyak institusi berhenti berinvestasi pada bahan bakar fosil.

Week after week,

Pekan demi pekan,

land was given back to Indigenous communities.

lahan dikembalikan ke masyarakat pribumi.

And week after week,

Dan pekan demi pekan,

states were implementing renewable energy standards.

negara-negara bagian mengimplementasikan kebijakan energi berkelanjutan.

I never overlooked the scientific projections or data,

Saya tidak pernah mengabaikan proyeksi atau data ilmiah,

but rather tuned in

tetapi lebih kepada mengikuti berita-berita baik yang sulit ditemukan

to the hard-to-find good news stories

and examples of successful on-the-ground work.

dan contoh dari kerja lapangan yang sukses.

And in the process,

Dan dalam prosesnya,

I uncovered the framework that I had been yearning for:

saya menemukan kerangka kerja dari apa yang saya cari-cari:

climate optimism.

optimisme iklim.

Climate optimism is a framework based on the idea

Optimisme iklim adalah suatu kerangka kerja berdasarkan ide

that despite the bleak projections and the high stakes,

bahwa terlepas dari proyeksi suram dan taruhan yang tinggi,

we can restore our planet back to health,

kita dapat membuat planet kita sehat lagi.

and in doing so,

dan dengan itu,

protect all that inhabit it.

melindungi semua penghuninya.

Climate optimism is what gives us hope when things feel hopeless,

Optimisme iklim memberikan kita harapan dalam keputusasaan,

is what sustains us in our pursuit of sustainability

yang membuat kita bertahan dalam mengejar keberlanjutan

and is what fuels us in the uphill battle of transitioning away from fossil fuels.

dan yang mendorong kami dalam peperangan transisi bahan bakar fosil.

It’s also what gives us the energy to continue fighting for our successes.

Itulah yang juga memberikan kami energi untuk terus berjuang untuk keberhasilan.

Virtually, the zero-emissions energy source that nobody talks about.

Sejatinya, sumber energi nol emisi yang tidak pernah dibahas.

So in this process,

Jadi, dalam prosesnya,

I realize also that climate optimism is not for everybody.

saya sadar juga optimism iklim tidak untuk semua orang.

Climate optimism is not for politicians who have stalled on action

Optimisme iklim bukan untuk politisi yang menunda aksi

or corporations who have incessantly pursued profits over people.

atau perusahaan yang terus mengutamakan profit di atas manusia.

To them, my message is clear:

Bagi mereka, pesan saya jelas:

listen to science and act now.

dengarkan sains dan bertindaklah sekarang juga.

Stop failing the citizens and people that you have a duty to serve.

Berhenti mengecewakan masyarakat yang kalian layani.

Rather, climate optimism is for those of us here today ...

Tetapi, optimisme iklim adalah untuk kita yang berada di sini hari ini

that have dedicated our lives

yang telah berdedikasi

to fighting the greatest battle of our time.

dalam peperangan terhebat di masa kini.

But also to the part-time activists:

Juga untuk para aktivis paruh waktu:

those who do what they can, when they can.

mereka yang melakukan yang mereka bisa, pada waktunya.

And perhaps most significantly,

Dan mungkin yang paling signifikan,

to the marginalized communities and people in the Global South,

kepada masyarakat terpinggir dan yang ada di Global Selatan,

who frankly don’t have time to get stuck in the cycles of doom and gloom.

yang sejujurnya tidak memiliki waktu berkutat dengan masalah ini.

The need for climate optimism has never been more urgent.

Kebutuhan akan optimisme iklim sangat mendesak saat ini.

If we limit our vision of the future to one filled with oil rigs,

Jika kita membatasan visi masa depan dengan pengeboran minyak,

smokestacks

cerobong asap,

and suffering,

dan penderitaan,

we limit our capacity

kita membatasi kapasitas

and shirk our duty to change the course of humanity for the better.

dan melalaikan tugas untuk membawa umat manusia ke arah yang lebih baik.

By looking for good and working towards the good,

Dengan mencari kebaikan dan mengusahakan kebaikan,

we empower ourselves to be agents of good

kita memberdayakan diri untuk menjadi agen kebaikan

in the fight for the future that we deserve.

dalam perjuangan untuk masa depan yang layak.

The alternative --

Alternatif lain --

giving up hope --

putus asa --

only relinquishes power

akan melemahkan kekuatan

into the very entities that have gotten us into this mess.

ke dalam entitas yang telah membawa kita ke dalam kekacauan ini.

Luckily, I’m not alone in championing this movement.

Untungnya, saya tidak sendiri dalam memperjuangkan pergerakan ini.

My friends at EcoTok provide a great example

Teman-teman di EcoTok memberikan contoh yang baik

of a diverse set of backgrounds,

dari keragaman latar belakang,

experiences

pengalaman,

and voices coming together to encourage this generation and the next.

dan suara bersatu untuk mendorong generasi ini dan yang selanjutnya.

Here's a look at some of our work.

Inilah cupikan dari beberapa hasil kerja kami.

(Video) Doria Brown: Canada is banning six types of plastics.

(Video) Doria Brown: Kanada melarang enam tipe plastik.

The plastics include grocery bags,

Termasuk plastik belanja,

stir sticks,

sedotan pengaduk,

six-pack rings,

perekat botol kaleng,

reusable food containers,

wadah makanan,

straws and utensils.

sedotan, dan peralatan makan.

Now hopefully they put some systems in place

Harapannya mereka menerapkan suatu sistem

for some people who need those things for accessibility purposes,

untuk orang yang membutuhkannya untuk tujuan aksesibilitas

but this is a step in the right direction,

tapi ini adalah langkah ke arah yang benar,

and I’m excited.

dan saya bersemangat.

Gabrielle Langhorn: From desertification to bountiful vegetation,

Garielle Langhorn: dari penggurunan menjadi vegetasi yang subur,

a community in Cearà, Brazil has been able to rehabilitate their landscape

sebuah komunitas di Cearà, Brazil telah berhasil merehabilitasi lingkungannya

using amazing collective action and funding from FUNCEME.

dengan menggunakan aksi kolektif dan pendanaan dari FUNCEME.

Water is flowing,

Air mengalir,

crops are growing

tanaman tumbuh,

and you can truly see a difference.

dan kau benar-benar bisa lihat perbedaannya.

(Music)

(Musik)

Carissa Cabrera: [Good Blue News!!]

Carissa Cabrera: [Berita Baik dari Lautan!]

[The endangered Hawaiian Monk seal population is up to ...

[Populasi anjing laut Hawaian Monk yang terancam, telah mencapai ...

over 1,500!]

lebih dari 1.500!]

[This is the highest it’s been in decades!]

[Ini adalah yang tertinggi dalam beberapa dekade ini!]

Henry Ferland: Jumpa lagi, ini saya, Anak Sampah.

Henry Ferland: Welcome back, it is me, Trash Boy.

Every time I step outside I see trash and litter on the ground, and I hate it!

Setiap pergi saya lihat sampah dan kotoran di jalanan,

dan saya sebal!

Jadi mari kita bersihkan!

So let’s clean some up!

I got my trash bag and gloves, let’s go.

Saya bawa tas sampah dan sarung tangan, ayo.

One, two, three, four, five.

Satu, dua, tiga, empat, lima.

And all this trash in this grate, too.

Dan yang di dalam jeruji selokan ini juga.

Much better.

Jauh lebih baik.

Storm grates like that is exactly how trash enters the ocean,

Dari jeruji selokan seperti itulah sampah sampai ke lautan,

and we don’t want that.

dan itu buruk.

There are already over 5.25 trillion pieces of trash in our oceans.

Sudah ada lebih dari 5,25 triliun serpihan sampah di lautan kita.

Let’s not let in any more.

Jangan biarkan itu terjadi lagi.

(Applause and cheers)

(Tepuk tangan dan sorakan)

ZB: We’re not naive.

ZB: Kami tidak naif.

We know the details and the data

Kami tahu detil dan datanya

that speak to the devastation of the climate crisis

yang menjelaskan buruknya dari krisis iklim

like the back of our hands

dengan sangat baik

because it's our future to inherit.

karena ini adalah warisan masa depan kami.

But we also know that the future we deserve cannot be built

Tetapi kami juga tahu bahwa masa depan yang layak tidak bisa dibangun

on the unstable foundations of fear and anxiety.

dengan fondasi lemah dari ketakutan dan kecemasan.

It must be built

Hal itu harus dibangun

with one of the few infinite resources that we have on this finite planet:

dengan sumber daya tak terbatas yang ada di Bumi yang terbatas ini:

hope.

harapan.

So we choose climate optimism.

Jadi kami memilih optimisme iklim.

We choose to fight for the future that we deserve.

Kami memilih berjuang untuk masa depan yang layak.

And I hope you will, too.

Dan semoga Anda juga.

Thank you.

Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)