Farwiza Farhan: The powerful women on the front lines of climate action | TED Countdown

Translator: Arya Antaputra Reviewer: Reno Kanti Riananda

When it comes to big problems like climate change,

Untuk masalah-masalah besar seperti perubahan iklim,

we tend to like big solutions:

kita cenderung mencari solusi besar:

new technologies, global policies.

teknologi baru, kebijakan global.

But many of the most important solutions

Namun, banyak solusi terpenting

are rooted on the ground

justru berasal dari akar rumput

by actors that don’t walk the corridors of power,

oleh pelaku yang bukan pemegang kekuasaan,

by actors that might not speak the scientific language of climate change

oleh pelaku yang tidak paham bahasa ilmiah terkait perubahan iklim

but who are dealing with its impact every day.

tetapi menghadapi dampaknya setiap hari.

I am a forest conservationist

Saya seorang pelestari hutan

from the Leuser Ecosystem in Sumatra, Indonesia.

dari Kawasan Ekosistem Leuser di Sumatera, Indonesia.

You might have never heard of this landscape.

Mungkin Anda belum pernah mendengar tentang kawasan ini.

But it’s the last place on Earth

Namun, ini tempat terakhir di Bumi

where the critically endangered Sumatran rhino,

di mana hewan terancam punah seperti badak Sumatera,

tiger, elephant and orangutan still roam together in the wild.

harimau, gajah, dan orangutan masih hidup di alam liar.

Meet Sumini.

Berikut ini adalah Sumini.

Sumini is the leader of Indonesia's first women-led ranger team

Sumini adalah wanita pemimpin regu penjaga hutan pertama di Indonesia

and a mother,

dan juga seorang ibu,

a conservationist whose action is rooted in her community

seorang pelestari yang kegiatannya berakar di komunitasnya

on the edge of the Leuser Ecosystem.

di pinggir Ekosistem Leuser.

In the patriarchal society where she operates,

Di masyarakat patriarki tempat dia tinggal,

a woman is expected to be quiet and subservient.

wanita diharapkan untuk selalu diam dan patuh.

During a village meeting,

Saat ada rapat desa,

the ladies tend to congregate in the kitchen

para wanita biasanya berkumpul di dapur

while the men discuss village policies and budget.

sementara para pria membahas kebijakan dan anggaran desa.

And oftentimes,

Dan biasanya,

even if she is present in the meeting room,

walaupun dia ada di ruang rapat,

she is expected to not voice her opinion,

dia diharapkan untuk tidak menyampaikan pendapatnya sendiri,

rather letting a male relative answer [questions] addressed to her

tetapi membiarkan saudara laki-lakinya menjawab pertanyaan yang ditujukan padanya

without consulting her first.

tanpa perlu berdiskusi dulu dengannya.

When I asked Sumini why she chose to protect and conserve the forests,

Ketika saya bertanya pada Sumini, kenapa dia mau melindungi dan melestarikan hutan,

she said, "We are mothers and grandmothers.

jawabannya, “Kami ini ibu dan nenek.

We are responsible for everything.

Kami bertanggung jawab atas segalanya.

From the moment we wake up,

Dari ketika kami bangun tidur,

we have to wash clothes, cook and make coffee for our family.

kami harus mencuci, memasak, dan membuat kopi untuk keluarga.

More than anything, we need water

Yang paling penting, kami butuh air

in every aspect of our life.

dalam setiap aspek kehidupan kami.

And the only thing that protects our water source

Dan satu-satunya yang menjaga sumber air kami

is the forest up the mountain."

adalah hutan di atas gunung itu.”

The path for Sumini to lead these rangers is anything but straightforward.

Perjalanan Sumini sampai menjadi pemimpin pelestari hutan jauh dari kata lurus.

She became familiar with the forest

Dia awalnya mengenal hutan

when she began accompanying her husband trekking.

karena sering menemani suaminya menjelajah hutan.

During these trips, they witnessed encroachment and logging.

Mereka menyaksikan tindakan pelanggaran batas hutan dan pembalakan liar,

They saw people taking out timber and encroaching into the forest.

orang membawa pergi kayu dan menerobos hutan tanpa izin.

When they would try to warn off the loggers,

Saat mereka mencoba memperingatkan para pembalak itu,

they were met with a challenge.

mereka malah ditantang balik.

"Who are you and what are your authorities to tell us off?

“Kalian siapa? Kalian punya kewenangan apa untuk mengusir kami?

Go away!"

Pergi dari sini!”

Logging an encroachment that happened upstream

Penerobosan dan pembalakan di hulu sungai

soon turned into disasters downstream.

berlanjut menjadi bencana di hilir.

A heavy rainfall that lasted for a few days

Hujan deras selama beberapa hari

turned into flash floods and landslides,

mengakibatkan banjir bandang dan tanah longsor,

destroying the village and its essential infrastructure.

menghancurkan desa dan infrastruktur utamanya.

After the disaster,

Setelah bencana itu,

Sumini and other villagers had to take refuge

Sumini dan penduduk desa lainnya terpaksa tinggal

in a shelter for a while.

di pengungsian untuk sementara waktu.

"Being a refugee is hard.

“Menjadi pengungsi itu berat.

You don't have privacy and security.

Tidak ada privasi dan keamanan.

You don’t even have access to clean flowing water.

Tidak ada aliran air bersih.

It's hard to even keep yourself safe and clean.

Untuk menjaga diri tetap bersih dan aman saja berat.

I don't want that kind of disaster to happen again,"

Saya tidak mau bencana itu datang lagi.”

she said to me.

katanya ke saya.

For Sumini and her team,

Bagi Sumini dan timnya,

the first part of becoming a ranger was not putting on a uniform

awal menjadi pelestari hutan bukanlah mengenakan seragam,

but creating a map of the forest.

tetapi membuat peta hutan.

You see, in Indonesia,

Anda harus tahu, di Indonesia,

access to land and forest are often contested,

akses ke tanah dan hutan sering menjadi sengketa,

and one couldn't simply walk into a patch of forest

dan orang tidak bisa masuk ke suatu wilayah hutan

and declare that they will protect this patch.

dan menyatakan akan melindungi wilayah itu.

No, no.

Tidak bisa begitu.

The government needs to acknowledge that you are the legal guardian

Pemerintah harus mengakui Anda sebagai pelindung resmi

of the particular forest.

dari wilayah hutan tersebut.

And then they will give you the paperwork to affirm your role.

Dan mereka harus memberi Anda surat resmi sebagai bukti.

In order to obtain this permit,

Untuk mendapat surat ini,

the community needs to create a proposal with a map.

masyarakat harus membuat proposal yang dilengkapi peta.

So they get the work.

Jadi mereka membuatnya.

Of course, they know where things are in the forest:

Tentu saja, mereka tahu seluk-beluk hutan itu:

where the water and the waterfall [are],

di mana ada air dan air terjun,

where the orchid is and where the bear sleeps.

di mana ada bunga anggrek, dan di mana beruangnya tinggal.

But putting this knowledge on paper is something else.

Namun, menyampaikan semua itu dalam bentuk tertulis tidaklah mudah.

Climbing up into the forest with her crew,

Sumini masuk hutan bersama timnya,

they learn to read the GPS,

belajar membaca GPS,

orient around a map

mencari jalan dengan peta,

and take note of important flora and fauna

menandai flora dan fauna penting,

as well as signs of wildlife.

dan juga tanda-tanda hewan liar.

They begin to plant trees and restore parts that were degraded.

Mereka mulai menanam pohon dan memugar bagian yang rusak.

Up to this day, In Indonesia,

Sampai hari ini, di Indonesia,

there were only a few patches of forest formally managed by groups of women.

hanya sedikit wilayah hutan yang secara resmi dikelola oleh kelompok wanita.

And Sumini led one of them.

Dan Sumini adalah salah satu pemimpin mereka.

It might sound awesome,

Mungkin kedengarannya luar biasa,

but the work is not done.

tetapi pekerjaannya belum selesai.

The conservation work is never done.

Pekerjaan pelestarian tidak pernah selesai.

Sumini and her team still face many challenges every day.

Sumini dan timnya masih menemui tantangan baru tiap hari.

And sometimes they are still being patronized and undermined.

Dan mereka kadang masih diremehkan dan dipersulit.

But the power of these women is patience and persistence.

Namun, kekuatan para wanita ini adalah kesabaran dan pantang menyerah.

They're embedded in the community,

Mereka bagian masyarakat setempat,

so they learn to navigate the tricky path of being a strong female leader

jadi mereka harus berhati-hati menjadi wanita pemimpin

in a conservative patriarchal society.

di lingkungan konservatif yang patriarkis.

Unlike a conservation expert that parachutes in from outside,

Berbeda dengan pakar pelestarian yang didatangkan dari luar,

Sumini and her team are here to stay.

Sumini dan timnya akan terus ada di sana.

So their approach is instantly different.

Jadi pendekatan mereka sudah berbeda.

At this point,

Saat ini,

we know that tropical forests are a stabilizing force for climate.

kita tahu bahwa hutan tropis adalah kekuatan penstabil iklim.

And protecting tropical forests

Dan melindungi hutan tropis

is one of the most cost-efficient ways to avert climate disaster

adalah salah satu cara paling ekonomis untuk menghindari bencana iklim

and biodiversity collapse.

dan kehilangan biodiversitas.

But the conservation world needs an overhaul.

Namun, dunia pelestarian butuh perubahan besar.

We need more women in the position of leadership --

Kita butuh lebih banyak wanita sebagai pemimpin --

women from the grassroots,

wanita dari akar rumput,

women like Sumini.

wanita seperti Sumini.

Women make up half of the world's population,

Wanita itu setengah dari populasi dunia,

yet only a fraction sits at the decision-making table.

tetapi hanya segelintir yang duduk sebagai pengambil keputusan.

Women in the communities are the guardians of environmental wisdom,

Wanita di masyarakat adalah penjaga kearifan lingkungan,

yet they are often an untapped source of knowledge,

tetapi mereka sering menjadi sumber ilmu yang diabaikan,

underappreciated and therefore underresourced.

kurang dihargai, dan kurang dukungan.

Community based alone is not enough.

Berbasis komunitas saja belum cukup.

A study by WRI showed that most community forestry initiatives

Studi oleh WRI menunjukkan bahwa banyak inisiatif kehutanan berbasis komunitas

benefit elite village leaders,

yang hanya menguntungkan pemimpin desa,

usually men,

biasanya pria,

and worsen gender equality on the grassroots.

dan menurunkan kesetaraan gender di akar rumput.

So how do we change this?

Jadi bagaimana kita mengatasi ini?

First, we need to acknowledge that the problem is complex.

Pertama, kita perlu mengakui bahwa masalahnya kompleks.

There are close to 85,000 villages in Indonesia,

Ada hampir 85.000 desa di Indonesia,

about 25,000 of them are located in and around forests.

dan sekitar 25.000 berada di dalam dan di sekitar hutan.

Each have their own complexities and challenges,

Masing-masing punya kompleksitas dan tantangannya sendiri,

but each of them also has its own Sumini.

tetapi masing-masing juga punya Sumini-nya sendiri.

It is up to us to find them,

Tugas kita adalah menemukan mereka,

work with them

bekerjasama dengan mereka,

and invest in them.

dan mendukung mereka.

Thank you.

Terima kasih.