Sex Education Should Start with Consent | Kaz | TED

Translator: Fatiya Azizah Reviewer: Maria Nainggolan

Seems like only yesterday my mother said to me,

Rasanya baru kemarin ibu saya berkata,

"The ugliest thing in the world

“Hal terburuk di dunia

is a naked man with socks on."

adalah pria telanjang dengan kaus kaki.”

(Laughter)

(Tertawa)

Can you believe that was the first piece of sex advice I ever received?

Percayakah Anda itu adalah edukasi seks pertama yang saya dapat?

(Laughter)

(Tertawa)

I was 11 years old, growing up in Kenya,

Umur saya 11 tahun, besar di Kenya.

and I believe this might have been my mother's way of trying to scare me

Saya percaya ini salah satu cara ibu saya mencoba menakut-nakuti saya

out of having intimate relationships with men.

supaya tidak berhubungan intim dengan laki-laki.

It didn't.

Saya tidak takut.

(Laughter)

(Tertawa)

Instead, I became fascinated by sex.

Saya malah terpukau dengan seks.

I wanted to hear other people's stories about sex

Saya ingin mendengar cerita orang lain tentang seks

and watch all the movies with all the sex scenes.

dan menonton film-film dengan adegan seks.

Everything about this very taboo subject was so intriguing to me.

Segalanya tentang topik tabu ini membuat saya penasaran.

Well, now my mum's gone.

Sekarang ibu saya sudah pergi.

Nine years this year.

Sudah 9 tahun lalu.

And true to her word,

Dan seperti yang dikatakannya,

the ugliest thing in the world is a naked man with socks on.

hal terburuk di dunia adalah pria telanjang dengan kaus kaki.

(Laughter)

(Tertawa)

But over time, I have found things to be far much uglier.

Namun, kemudian saya menemukan hal yang lebih buruk.

It took me a ton of therapy

Butuh ribuan sesi terapi

to realize that my fixation with sex was due to a traumatized childhood.

untuk sadar bahwa ketertarikan saya pada seks karena trauma masa kecil

See, I was sexually assaulted when I was eight years old.

Begini, saya pernah dilecehkan waktu berumur 8 tahun.

And I never told anybody,

Saya tidak pernah memberi tahu siapa pun

because even in my comedic-sex-advice household,

karena bahkan dalam keluarga dengan humor dewasa,

I still didn't learn about consent.

saya tidak pernah belajar tentang persetujuan

And I was afraid.

Dan saya takut.

Afraid that I would get into trouble.

Takut mendapat masalah.

Afraid that it was my fault or that nobody would believe me.

Takut ternyata itu salah saya dan tidak ada yang memercayai saya.

Or, worse still,

Atau, lebih buruknya,

afraid that my parents would ground me forever.

takut orang tua saya menghukum saya selamanya.

And I'm not alone.

Saya tidak sendirian.

Men sexually assault women and girls on a massive rate in Kenya,

Di Kenya, pelecehan seksual yang dilakukan pria kepada wanita sangat tinggi

where 45 percent of women aged between 15 and 49

di mana 45% wanita di rentang umur 15 dan 49 tahun

have reported either physical or sexual violence.

mengaku telah mengalami kekerasan fisik atau seksual.

Actually, only 14 percent have reported sexual violence.

Sebenarnya, hanya 14% yang melaporkan kekerasan seksual.

And this is possibly because most of this violence

Dan ini mungkin karena kebanyakan dari kekerasan ini

happens in domestic partnerships,

terjadi di hubungan rumah tangga,

where the perpetrator is known by the victim.

di mana pelakunya dikenal baik oleh korban.

And these patterns play out all around the world.

Pola ini terjadi di seluruh dunia.

And I truly believe

Saya percaya

that it's a lack of sex education in schools

bahwa kurangnya edukasi seks di sekolah

that is partially to blame.

menjadi salah satu alasan besar.

Back home,

Di kampung halaman saya,

the education system is one of destroying your relationship with self,

sistem edukasi adalah cara menghancurkan hubungan Anda dengan diri sendiri,

shaming you for your discovery

mempermalukan pengetahuan Anda,

and then praising you for how much you conform.

dan Anda hanya diterima jika satu pemikiran.

This, coupled with disturbing imagery of ailing genitals,

Ini, ditambah dengan gambar-gambar mengganggu penyakit kelamin

is aimed at teaching us one thing:

bertujuan mengajari kita satu hal:

to abstain from all sexual activity.

menjauhkan diri dari semua aktivitas seksual.

The perfect puritanical society.

Masyarakat puritan yang sempurna.

But of course, young people are still having sex.

Namun, tentu anak muda masih melakukan hubungan seks.

They just don't understand the consequences

Hanya saja mereka tidak paham konsekuensi

of their adult-like choices.

dari pilihan dewasa mereka.

This, too, was my experience.

Ini juga pengalaman saya.

I had zero resources growing up

Saya tidak punya bimbingan ketika tumbuh dewasa

and, unfortunately, often found myself in less-than-favorable situations

dan, sialnya, seringkali saya berada dalam situasi yang tidak menguntungkan

as a teen and a young adult.

sebagai remaja dan remaja dewasa.

Add on to that coming out as a queer woman in a very homophobic country.

Ditambah menjadi seorang wanita queer di negara dengan tingkat homofobia tinggi.

My therapist once jokingly said that I needed to pick a struggle.

Terapis saya pernah bercanda pilih salah satunya saja.

(Laughter)

(Tertawa)

All of this is to say,

Maksud saya mengatakan semua ini

I really want to create a better transition process for young people,

adalah saya ingin membuat proses transisi yang lebih baik bagi anak muda

because I truly believe that the more we talk about sex,

karena saya percaya, makin sering kita berbicara mengenai seks,

the safer and the better it'll be for everybody.

kegiatan itu akan lebih aman dan lebih baik untuk semua orang.

(Applause)

(Tepuk tangan)

So in 2016,

Jadi, pada tahun 2018,

I started a sex-positive podcast called "The Spread."

saya memulai siniar seks positif bernama “The Spread.”

(Laughter)

(Tertawa)

Targeted at a pan-African audience.

Ditujukan untuk pendengar pan-Afrika.

I really wanted to create a safe space

Saya benar-benar ingin menciptakan ruang aman

where young people could openly talk about different aspects of their sexuality

di mana anak muda bisa bicara terbuka tentang berbagai aspek seksualitas mereka

without feelings of shame or judgment.

tanpa merasa malu atau terhakimi.

And it turns out people love to talk about sex.

Dan ternyata orang-orang senang bicara tentang seks.

(Laughter)

(Tertawa)

And I've had the great pleasure and honor

Saya merasa senang dan terhormat

of answering a myriad of these questions about sex on my podcast,

bisa menjawab segudang pertanyaan tentang seks di siniar saya,

such as, "My boyfriend says

seperti, “Pacar saya bilang

that if we have sex and it's my first time and without a condom,

jika kami berhubungan tanpa kondom dan ini pertama kalinya buat saya,

that I won't get pregnant.

saya tidak akan hamil.

Is this true?"

Apakah ini benar?”

Of course it's not true.

Tentu saja tidak.

Having sex without a condom poses great risk of not only getting pregnant

Berhubungan tanpa kondom menimbulkan resiko besar, bukan hanya hamil,

but contracting STIs.

tapi juga terinfeksi penyakit seksual.

Or, “I watch too much porn,

Atau, “Saya menonton banyak pornografi,

and I'm no longer aroused by my partner.

sampai tidak bergairah dengan pasangan saya.”

Am I broken?"

Apakah saya tidak tertolong?”

No, you're not broken.

Tidak, bukan tidak tertolong.

But too much porn can desensitize you from real-life pleasures.

Tapi terlalu banyak tontonan pornografi mengasingkan Anda dari gairah nyata.

Or, "I'm 24 years old

Atau, “Saya 24 tahun

and my friends make fun of me because I'm a virgin.

dan teman-teman saya mengejek saya karena saya perawan.

Should I have sex just to gain popularity?"

Haruskah saya berhubungan seks untuk mendapatkan pengakuan?”

Absolutely not.

Tentu tidak.

First of all, virginity is a social construct.

Pertama-tama, keperawanan adalah konstruksi sosial.

And I think you should have your sexual debut --

Dan saya pikir lebih baik mulai melakukan hubungan seksual --

(Applause)

(Tepuk tangan)

thank you --

terima kasih--

when you’re good and ready to.

ketika Anda sudah siap.

A lot of the time, we have a lot of fun on the podcast, honestly.

Seringkali, banyak hal menyenangkan terjadi di siniar, sungguh.

But sometimes it does get a little bit serious,

Tapi kadang bisa sangat serius,

especially when it comes to one topic in particular:

terutama ketika membicarakan satu topik khusus:

consent.

persetujuan.

These are some of the questions I receive.

Ini adalah beberapa pertanyaan yang saya terima.

"My husband insists on having sex with me even when I don't want to.

“Suami saya memaksa melakukan hubungan bahkan ketika saya tidak mau.

I've relayed my concerns.

Saya memberitahunya.

He always responds with,

Jawabannya selalu,

'You're my wife. It's your place to do so.'

‘Kamu istriku. Sudah seharusnya kamu melakukannya.’

How do I prevent this from happening?"

Bagaimana cara menghindarinya?”

Or, "I went out last night and woke up this morning

Atau, “Saya pergi tadi malam dan terbangun pagi ini

next to the guy that was chatting me up.

di samping pria yang mengobrol dengan saya.

I have no idea what happened, but I think we had sex.

Saya kebingungan, saya pikir mungkin kami melakukannya.

What should I do?"

Apa yang harus saya lakukan?”

It's conversations like these

Percakapan seperti inilah

that reinforce the fact that people don't have the first clue

yang membuktikan bahwa orang-orang tidak tahu cara

how to talk about consent.

membicarakan persetujuan.

So it's become my life's work

Jadi, saya menjadikannya perkerjaan hidup

to create a curriculum to educate young people on consent.

yaitu membuat kurikulum edukasi anak muda tentang persetujuan.

Now the inspiration for this might surprise you,

Apa yang menginspirasi saya mungkin membuat Anda terkejut,

but I got it in my 30s

saya mendapatkannya di umur 30an

after a visit to a BDSM dungeon.

setelah mengunjungi markas BDSM.

(Laughter)

(Tertawa)

For those of you that don't know,

Bagi yang tidak tahu,

BDSM is a series of practices and erotic role play

BDSM adalah serangkaian praktik dan permainan peran erotis

that involve bondage, discipline,

yang melibatkan perbudakan, disiplin,

dominance and submission and sadomasochism.

dominasi dan ketundukan serta sadomasokis.

Now I know, a lot of people have a lot of misleading information

Saya paham banyak orang mendapatkan informasi yang keliru

about the BDSM community,

mengenai komunitas BDSM,

but more often than not,

Tapi seringkali,

we create and curate safe spaces

kami membuat dan mengatur ruang aman

with an array of toys and items for the kinky community to play with,

dengan berbagai mainan dan barang untuk dimainkan oleh komunitas ini,

if they so please.

hanya kalau mereka bersedia.

It's like a playground.

Mirip taman bermain.

For adults.

Untuk orang dewasa.

(Laughter)

(Tertawa)

In BDSM, everything is negotiated before it happens.

Dalam BDSM, semua harus dinegosiasikan sebelum terjadi.

And these are some of the rules and regulations

Berikut adalah beberapa aturan dan regulasi

that would greet you upon entry.

yang akan menyambut Anda saat masuk.

One:

Satu:

Do not touch anyone without asking.

Jangan sentuh siapa pun tanpa izin.

Even a hug,

Bahkan sekedar pelukan,

if you don't know somebody, is a bad move without permission.

Jika tidak mengenal siapa pun, tidak izin adalah langkah buruk.

Two:

Dua:

Do not touch anyone's toys without permission.

Jangan sentuh mainan siapa pun tanpa izin.

If you're not sure if something is a toy, ask.

Jika tidak yakin benda itu adalah mainan, tanya.

Three:

Tiga:

Consent can be withdrawn at any time during an activity.

Persetujuan bisa ditarik kapanpun di tengah-tengah kegiatan.

And my personal favorite:

Dan kesukaan saya:

if consent is not given,

Jika persetujuan tidak diberikan,

do not ask again.

jangan tanya lagi.

Accept and respect a "no,"

Terima dan hormati sebuah “tidak,”

as graciously as you would a "yes."

seperti Anda menyambut sebuah “ya,”

(Applause)

(Tepuk tangan)

Now, in no way am I interested in teaching children BDSM.

Nah, tidak mungkin saya mengajarkan BDSM pada anak kecil.

(Laughter)

(Tertawa)

But BDSM, a community that is created strictly for adults

Tapi BDSM, sebuah komunitas yang diciptakan khusus untuk orang dewasa

that people view as shameful and dangerous,

yang dipandang memalukan dan berbahaya,

has better guidelines for learning about consent

punya pedoman lebih baik untuk mempelajari persetujuan

than many homes or schools

dibanding banyak rumah dan sekolah

in many parts of the world.

di sebagian besar tempat di dunia.

And like you've heard, these rules aren't specifically sexual,

dan seperti yang Anda dengar, aturan ini tidak khusus bersifat seksual,

but they can apply to sex.

namun bisa diterapkan dalam hubungan seks.

I truly think that the strategy

Saya pikir strategi

to raising adults with healthy sexual behaviors

untuk meningkatkan jumlah orang dewasa dengan kebiasaan seks yang sehat

is to first teach kids about consent,

pertama harus dengan mengajarkan anak mengenai persetujuan,

like, super early,

jauh lebih awal,

way before sex is even a topic of conversation.

bahkan sebelum seks menjadi topik pembicaraan.

Can you imagine having conversations with kids

Bayangkan percakapan dengan anak kecil

and letting them know that everything about their bodies can be negotiated?

dan memberi tahu mereka bahwa semua bagian tubuh mereka bisa dinegosiasikan?

For example,

Contohnya,

let them decide who they want to help them during bath time.

memberikan pilihan pada mereka tentang siapa yang harus membantu mandi.

Or tell them

Atau beri tahu mereka

that they don't have to accept that kiss on the cheek from grandma.

tidak harus menerima cium di pipi dari nenek.

Or tell them that they have to ask for a permission

Atau beri tahu mereka harus minta izin

before they play with somebody else's toy truck.

sebelum bermain dengan mainan truk orang lain.

And let them know that they can say,

Beritahu kalau mereka bisa bilang,

"Actually my pronouns are they/them,"

“Kata ganti saya adalah they/them,”

without feeling guilty.

tanpa merasa bersalah.

(Applause)

(Tepuk tangan)

It's these tools that will help keep our children safe

Ini adalah alat-alat yang membantu menjaga anak-anak kita aman

and respect people throughout their lives.

dan menghormati orang di sepanjang hidup mereka.

We have the power to shape the future.

Kita punya kekuatan untuk mengubah masa depan.

The solutions are simple.

Solusinya sederhana.

It's the patriarchy that's so damn difficult.

Yang sulit adalah patriarki.

(Laughter)

(Tertawa)

(Applause)

(Tepuk tangan)

So let's engage five, six or eight-year-olds

Jadi mulailah libatkan anak-anak umur lima, enam, atau delapan tahun

on conversation around consent

dalam pembicaraan tentang persetujuan

and bodily autonomy

dan otonomi tubuh

as a function of affirming their humanity,

dalam rangka meneguhkan rasa kemanusiaan mereka,

which in turn can look like adults having safe, healthy,

yang pada waktunya akan menjadi orang dewasa dengan seks yang aman

sehat, nikmat, dan menyenangkan.

pleasurable and fun sex.

Because consent isn't just about sex.

Karena persetujuan bukan cuma soal seks.

It's first about communication and relationships.

Ini mengenai komunikasi dan hubungan.

Thank you.

Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)