Life’s an Obstacle Course — Here’s How To Navigate It | Maryam Banikarim | TED

Translator: ryan aziz Reviewer: Indah Setiawan

It's 1979, March, in Iran.

Pada Maret 1979, di Iran.

I'm in Niavaran, an affluent neighborhood in the north of Tehran.

Saya berada di Niavaran, lingkungan menengah atas di utara Teheran.

I'm in my bedroom that night, that has Brady Bunch-style wallpaper,

Saya di kamar tidur malam itu, dengan wallpaper bergaya Brady Bunch,

komik Archie, dan Barbie di seluruh lantai.

Archie comics and Barbies all over the floor.

I'm doing my homework with Fidel, my little Yorkie by my side.

Saya sedang mengerjakan pekerjaan rumah dengan Fidel, Yorkie kecil saya.

We live in a Spanish hacienda-style house.

Kami tinggal di rumah bergaya hacienda Spanyol.

My grandparents, they live downstairs and we're upstairs.

Kakek-nenek saya tinggal di lantai bawah dan kami di lantai atas.

Suddenly, the doorbell.

Tiba-tiba, bel berbunyi.

My grandmother and her mom are in the kitchen sipping tea,

Nenek saya dan ibunya di dapur minum teh

and my grandpa is napping.

dan kakek saya sedang tidur siang.

"Open the gate!"

“Buka gerbangnya!”

I hear angry voices, so I run to the balcony

Saya mendengar suara-suara marah dan berlari ke balkon,

and look over to find three armed guards standing at the gate.

mengintip ada tiga orang bersenjata berdiri di gerbang.

One is jabbing at the door. "Jump the fence!"

Salah satunya menusuk pintu.

“Lompati pagar!”

My five-foot-two grandmother, covered in head to toe with a chador,

Nenek saya setinggi 1.5 meter,

yang kepala hingga ujung kakinya tertutup chādor, membuka gerbangnya.

opens the gate.

The men were looking for my father's former boss.

Orang-orang itu mencari mantan bos ayah saya.

"He's not here," she says calmly.

“Dia tidak ada di sini,” katanya dengan tenang.

By this point, I’ve run downstairs, and I’m hiding in her doorway.

Saat itu, saya sudah di bawah dan bersembunyi di ambang pintunya.

So I can hear everything.

Sehingga saya dapat mendengar semuanya.

They start to move upstairs, and I run back to my room,

Mereka mulai naik ke atas, dan saya berlari ke kamar saya,

where I should have been all along.

tempat yang seharusnya saya berada.

Di situlah Maman menemukan saya.

And that's where Maman finds me.

I'm pretending to do my homework.

Saya berpura-pura mengerjakan PR saya.

She says stay put,

Dia menyuruh saya diam di tempat,

but I'm too anxious and curious to listen.

tetapi saya cemas dan penasaran untuk mendengarkan.

So I pick up Fidel under my arm, and I follow her out.

Jadi, saya mengangkat Fidel dan mengikuti Maman ke luar.

Suddenly, he squirms out of my arm, and he runs free into the room.

Tiba-tiba, Fidel keluar dari lengan saya dan berlari ke dalam ruangan.

Para pria itu, mereka merasa jijik.

The men, they're disgusted.

Some consider dogs, particularly Muslims, to be haram, unclean,

Beberapa menganggap anjing, khususnya Muslim, sebagai haram, najis,

and a token of westernisation.

dan tanda pembaratan.

After the men leave,

Setelah orang-orang pergi,

I learn that the man they'd been looking for

saya mengetahui bahwa pria yang mereka cari

had been at our house just a few hours before.

berada di rumah kami beberapa jam sebelumnya.

It's not long after when my father and the other executives from the bank

Tidak lama kemudian, ayah saya dan para eksekutif lain dari bank

are rounded up and placed under house arrest.

ditangkap dan ditempatkan sebagai tahanan rumah.

Beberapa minggu kemudian, mereka dibebaskan tanpa penjelasan.

A few weeks later, they're released without much explanation.

And then we learn that my father is going to be blacklisted.

Kemudian kami sadar, ayah saya akan masuk daftar hitam.

So he arranges for us to leave the country.

Jadi, dia mengatur agar kami meninggalkan negara ini.

We think it's temporary, but it's not.

Kami pikir ini sementara, tetapi tidak.

Itu bukan satu-satunya kejadian dalam hidup saya

Now, that was not the only time in my life

when the Earth would move dramatically beneath my feet.

ketika Bumi sangat berubah di bawah kaki saya.

It happened again when I was in college and my father drowned windsurfing.

Itu terjadi lagi ketika saya kuliah dan ayah saya tewas saat berselancar angin.

And then again years later,

Beberapa tahun kemudian,

when my mother decided to move back to Iran.

ketika ibu saya memutuskan untuk pindah kembali ke Iran.

Through it all, there was really only two choices:

Melalui itu semua, sebenarnya hanya ada dua pilihan:

roll up like a ball or compulsively move forward.

bergulir seperti bola atau bergerak maju secara kompulsif.

Cut to today, when we've all emerged from a global pandemic,

Lompat ke hari ini, ketika kita semua telah keluar dari pandemi global,

and the hits, they just keep coming.

dan dampaknya terus berdatangan.

Climate change, war, mass shootings, the political divide.

Perubahan iklim, perang, penembakan massal, kesenjangan politik.

Tidak heran jika kita semua kewalahan, cemas dan kesepian.

It's no wonder that we're all feeling overwhelmed, anxious and lonely.

And those feelings from my childhood,

Perasaan-perasaan dari masa kecil saya,

they're back.

mereka kembali.

So recently, a friend who knows me well pointed out

Baru-baru ini, seorang teman baik saya menunjukkan salah satu koping saya

one of my coping mechanisms to me,

and I want to share it with you in case it can help.

dan saya ingin membagikannya barangkali itu bermanfaat

Instead of seeing life's challenges as an obstacle,

Alih-alih melihat tantangan hidup sebagai hambatan,

I see them as an obstacle course:

saya melihatnya sebagai rintangan:

a fascinating array of tests that I'm curious to see if I can pass.

serangkaian tes menarik yang ingin saya coba untuk tahu apakah bisa lulus.

And the goal, it's always to find a way to push through

Tujuannya adalah selalu untuk menemukan cara untuk mendorong

and find belonging wherever I land.

dan menemukan milik di mana pun saya mendarat.

Now back to the Iranian Revolution

Sekarang kembali ke Revolusi Iran

and the first major hurdle in my obstacle course.

dan rintangan besar pertama di perjalanan hidup saya.

I end up finishing sixth grade in Paris.

Saya tamat sekolah dasar di Paris.

And when it becomes clear that the revolution is here to stay,

Ketika menjadi jelas bahwa revolusi akan terus berlanjut,

my parents decide that we're going to move to California.

orang tua saya memutuskan bahwa kami akan pindah ke California.

They pick a bucolic suburb of San Francisco as our new hometown,

Mereka memilih pinggiran San Francisco sebagai kampung halaman kami yang baru,

and here they hope that we're going to fit in and get a good education.

di sini mereka berharap kami akan betah dan mendapat pendidikan yang baik.

In the scheme of things, we were the lucky ones.

Dalam situasi ini, kami beruntung.

I spoke English fluently thanks to my American school in Iran.

Saya lancar berbahasa Inggris berkat sekolah Amerika saya di Iran.

My parents, who were westernized professionals,

Orang tua saya, yang mengikuti budaya barat,

also spoke English,

juga berbicara bahasa Inggris,

albeit they had a slight accent.

meskipun mereka memiliki sedikit aksen.

Kami membuat nama kami seperti orang Amerika,

We Americanized our names,

a common immigrant rite of passage.

ritual peralihan imigran yang umum.

Maryam becomes Mary,

“Maryam” menjadi “Mary”,

Giti becomes Kathy,

“Giti” menjadi “Kathy”,

Shabnam becomes Susie, and so on.

“Shabnam” menjadi “Susie”, dan seterusnya.

But fit in,

Namun betah,

not so much.

tidak juga.

"Did you ride a camel to school?"

“Apakah Anda naik unta ke sekolah?”

Another classmate nicknamed me “Khomeini.”

Teman sekelas lain menjuluki saya “Khomeini.”

It stung.

Itu menyakitkan.

But I pushed those hurt feelings aside,

Tetapi, saya mengesampingkan perasaan menyakitkan itu

and I started tackling that obstacle course by joining.

dan mulai mengatasi rintangan itu dengan ikut serta.

I joined everything,

Saya mengikutkan diri ke segala hal,

regardless of my level of knowledge or talent.

terlepas dari tingkat pengetahuan atau bakat saya.

Basketball. Softball. Bowling.

Basket. Softball. Boling.

Let me tell you, I was a really, really bad bowler.

Izinkan saya memberi tahu Anda, saya pemain boling buruk.

Sometimes these things worked out, sometimes they didn't.

Terkadang berhasil, terkadang tidak.

In junior high, I was mesmerized by the cheerleaders

Saat SMP, saya terpesona oleh pemandu sorak

who were clearly at the top of the social hierarchy.

yang jelas berada di puncak hierarki sosial.

When I got to high school, I auditioned, but I didn't make it.

Ketika saya SMA, saya mengikuti audisi, tetapi gagal.

Oh well, next year.

Mungkin tahun depan.

So I audition again. And this year I make it.

Jadi saya audisi lagi. tahun ini saya berhasil.

By the time I'm a senior, I'm included in a lot of different groups.

Pada saat saya menjadi senior, saya masuk ke dalam berbagai kelompok.

But my people, they were the brainy kids in AP government

Namun, teman dekat saya, mereka adalah anak-anak cerdas di pemerintahan AP

and on the school newspaper.

dan di surat kabar sekolah.

Joining and doing and being undaunted by obstacles,

Bergabung dan melakukan dan tidak gentar oleh rintangan,

this is an attitude I take with me to college.

ini adalah sikap yang saya bawa ke perguruan tinggi.

During orientation week, I sign up for everything,

Selama minggu orientasi, saya mendaftar semua kegiatan,

every event and every club.

setiap acara dan setiap klub.

When a senior says in passing, "You should run for class president,"

Saat senior melewati saya dan berkata, “Anda harus mendaftar jadi ketua kelas,”

I do, and I win.

saya menjalaninya dan menang.

Di Barnard College dan di New York City,

At Barnard College and in New York City,

I find my voice

saya menemukan suara saya.

because here, being a misfit, curious and determined to make your mark,

karena di sini menjadi orang tidak biasa, ingin tahu dan bertekad meninggalkan jejak

it's the norm.

adalah norma.

Soon I take on a range of internships,

Segera saya mengambil berbagai magang,

and I'm throwing parties at downtown nightclubs.

dan saya mengadakan pesta di klub malam pusat kota.

Because I'm looking for success and belonging

Karena saya mencari kesuksesan dan rasa memiliki

in whatever system I find myself in.

dalam sistem apa pun yang saya temukan.

For my professional life, I begin the climb on the ladder

Untuk kehidupan karier saya,

saya mulai menaiki tangga di biro iklan Madison Avenue,

at a Madison Avenue advertising agency,

and over the last 25 years,

dan selama 25 tahun terakhir,

I've successfully navigated this obstacle course,

saya telah berhasil menavigasi rintangan ini,

dibuktikan oleh penghargaan dan gelar, dengan peran eksekutif utama

as defined by accolades and titles, with major executive roles

in media, hospitality and tech.

di media, perhotelan dan teknologi.

But I still hadn’t really found what I was looking for.

Namun, saya masih belum benar-benar menemukan apa yang saya cari.

Because success I’d achieved,

Karena kesuksesan telah saya raih,

but it didn't translate into belonging.

tetapi itu tidak sama dengan rasa memiliki.

And I'm going to tell you a story.

Saya akan menceritakan cerita.

I got a lot where this one came from, just by way of example.

Cerita sebenarnya panjang, ini hanya sebagai contoh.

It's March 2007.

Ini Maret 2007.

Saya Chief Marketing Officer di sebuah perusahaan media besar,

I'm the chief marketing officer at a major media company,

and we're sold.

dan kami laku keras.

The new CEO comes in,

CEO baru datang,

and he scraps the plans for our TV upfront.

dan dia menghapus rencana

He puts me in charge of a project that takes a year of planning,

Dia memercayakan saya atas proyek yang memakan satu tahun perencanaan,

and I have six weeks to basically produce

dan saya punya enam minggu untuk membuat tayangan satu hari seperti Broadway

a one-day Broadway-like show for advertisers.

untuk pengiklan.

The upfront, it is a major hit,

Tayangan utama itu pencapaian besar

and it makes him a hero.

dan itu pencapaian besarnya.

To thank me, he sends me a bouquet of flowers,

Untuk berterima kasih, dia mengirimi saya karangan bunga,

and then a few weeks later,

dan beberapa minggu kemudian, ketika dianggap bijaksana secara politis,

when it was politically expedient,

he demoted me.

dia menurunkan jabatan saya.

So here's the thing.

Jadi inilah masalahnya.

You can overdeliver on that obstacle course,

Anda dapat memberikan hasil lebih pada rintangan itu,

and the Earth, it can move beneath your feet at any time.

dan Bumi, dapat bergerak di bawah kaki Anda kapan saja.

Because success doesn’t mean

Karena sukses tidak berarti Anda tidak akan terlempar dari sekoci.

you're not going to get thrown off the lifeboat.

And since I still hadn't realized

Karena saya masih belum menyadari

that belonging through work wasn't going to be a thing necessarily for me,

bahwa rasa memiliki lewat pekerjaan tidak akan menjadi sesuatu untuk saya,

I just kept at it, determined to figure out this puzzle.

saya terus melakukannya, bertekad menyelesaikan teka-teki ini.

One big job after the next.

Satu pekerjaan besar demi pekerjaan berikutnya.

And then something happened.

Kemudian sesuatu terjadi.

It was February of 2020.

Saat Februari 2020.

I was an executive at a tech company,

Saya seorang eksekutif di sebuah perusahaan teknologi,

on the executive team,

di tim eksekutif,

and the pandemic hit.

dan pandemi melanda.

I was in New York, and New York got hit with COVID early and hard,

Saya berada di New York dan di sana COVID melanda lebih awal dan parah,

and by the summer people started saying, my city, New York, was dead.

dan pada musim panas orang-orang berkata kota saya, New York, sudah mati.

Mekanisme koping saya, mereka langsung masuk.

And my coping mechanisms, they kicked right in.

I joined forces with friends, and we started New York City Next:

Saya menggabungkan daya dengan teman-teman dan memulai New York City Next:

an all-volunteer organization

sebuah organisasi sukarelawan

to bring hope and joy back to New York City.

untuk membawa harapan dan kegembiraan ke New York City.

In five weeks, we tackled a lot of hurdles,

Dalam lima minggu, kami mengatasi banyak rintangan,

and we brought together 24 award-winning Broadway performers

kami mengumpulkan 24 pemain Broadway pemenang penghargaan

to sing "Sunday" from "Sunday in the Park with George."

untuk menyanyikan “Sunday” dari “Sunday in the Park with George.”

It blew up on social and got coverage around the world.

Itu meledak di media sosial dan mendapat liputan di seluruh dunia.

And we reminded ourselves and the world that New York was very much alive.

Kami mengingatkan diri sendiri dan dunia bahwa New York sangat hidup.

Saya ingat hari itu,

I remember that that day,

as I stood in Times Square with the other volunteers,

ketika saya berdiri di Times Square bersama sukarelawan lainnya,

I was thinking to myself, "How did I, an immigrant girl, get here?"

saya berpikir dalam hati,

“Bagaimana saya, seorang gadis imigran, bisa sampai sini?”

Well, the answer is that in my search for belonging,

Jawabannya adalah dalam mencari rasa memiliki,

I had built a community just across my different worlds.

saya telah membangun komunitas di seluruh dunia saya yang berbeda.

In joining and doing,

Dengan bergabung dan melakukan,

prioritizing relationships over politics,

memprioritaskan hubungan daripada politik,

I had built a community that I could now draw on,

saya telah membangun komunitas yang sekarang dapat saya gunakan,

and together we produced 14 pop-up events

dan bersama-sama kami menghasilkan 14 acara pop-up

and a music video of Billy Joel's "New York State of Mind."

dan video musik “New York State of Mind” oleh Billy Joel

It was a love letter that featured iconic New Yorkers

Itu adalah surat cinta yang menampilkan warga New York ikonik dari lima wilayah,

across the five boroughs,

and it celebrated the city's creativity, diversity and energy.

dan itu merayakan kreativitas, keragaman, dan energi kota.

And you know what? It went on to win an Emmy.

Anda tahu? Karya itu kemudian memenangkan Emmy.

So in coming together to help, we found success.

Jadi dengan bersama untuk membantu, kami menemukan kesuksesan.

But I also found belonging and community.

Namun, saya juga menemukan rasa memiliki dan komunitas.

My kids, Natasha and Nicky,

Anak-anak saya, Natasha dan Nicky,

they are quick to remind me

mereka dengan cepat mengingatkan saya

that not all my coping mechanisms are for everyone

bahwa tidak semua mekanisme koping saya untuk semua orang atau sehat,

or particularly healthy,

like compartmentalizing my feelings.

seperti memisahkan perasaan saya.

But treating obstacles as an obstacle course,

Namun, memperlakukan hambatan sebagai rintangan,

that's fared me well.

itu membuat saya bernasib baik.

As we emerge out of this collective trauma that’s COVID,

Saat kita keluar dari trauma kolektif yaitu COVID ini,

it is not surprising that feelings of non-belonging, loss and disconnection

tidak mengherankan bahwa perasaan tidak memiliki, kehilangan dan kesenjangan

are at an all-time high.

berada pada titik tertinggi sepanjang masa.

Those are feelings that were usually reserved for refugees and immigrants.

Itu adalah perasaan yang biasanya dirasakan oleh pengungsi dan imigran.

Tetapi hari ini, 68 persen orang Amerika

But today, 68 percent of Americans

are reporting feelings of non-belonging in the nation,

melaporkan perasaa tidak memiliki di negara ini,

74 percent in their local communities.

Sebanyak 74 persen di komunitas lokal mereka.

And one in two reports feeling some form of loneliness.

Satu dari dua melaporkan beberapa bentuk perasaan kesepian.

And here's the thing. I know loneliness. It's just an obstacle course.

Ini dia. Saya tahu kesepian. Ini hanya rintangan.

So I see a picture of neighbors gathered together for a shared meal on the street.

Saya melihat gambar tetangga berkumpul untuk makan bersama di jalan.

It gives me an idea.

Itu memberi saya ide.

I post, "What if we gathered with the neighbors we've gotten to know

Saya memposting, “Bagaimana jika berkumpul dengan tetangga yang kita kenal

and those we don't know?"

dan yang tidak kita kenal?”

I end up meeting some neighbors,

Saya akhirnya bertemu beberapa tetangga,

and we hack together what we called The Longest Table:

dan kami merencanakan bersama apa yang kami sebut The Longest Table:

a table event down West 21st Street in Chelsea, New York.

acara meja di West 21st Street di Chelsea, New York.

The proposition was simple:

Rencananya sederhana:

we’d bring the tables and chairs,

kami akan membawa meja dan kursi,

and we invited neighbors to bring friends and food.

dan kami mengundang tetangga untuk membawa teman dan makanan.

The first year, 500 neighbors showed up.

Tahun pertama, 500 tetangga muncul.

The second year, over 700.

Tahun kedua, lebih dari 700.

In coming together, we were successful,

Dalam berkumpul, kami berhasil,

but we all found community, belonging and, in fact, joy.

tetapi kami menemukan komunitas, rasa memiliki dan sukacita.

Sekarang sesuatu terasa besar dan luar biasa.

Now things can feel big and overwhelming.

But when that Earth moves beneath your feet,

Tetapi ketika Bumi bergerak di bawah kaki Anda,

remember: it's not an obstacle,

ingatlah: itu bukan halangan,

it's just an obstacle course.

itu hanya rintangan.

Thank you.

Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)