Luvvie Ajayi Jones: How to be a professional troublemaker | TED

Transcriber:

Translator: Yuliani Supandji Reviewer: Bias Ayu

Whitney Pennington Rodgers: Each of us, no matter who we are,

Whitney Pennington Rodgers: Kita semua, siapapun itu,

memiliki mimpi sendiri.

have dreams for ourselves.

kita semua juga punya ketakutan.

and all of us also have fears.

Luvvie Ajayi Jones has spent lots of time

Luvvie Ajayi Jones sudah menghabiskan waktu

thinking about the intersection of these two things,

berpikir mengenai dua hal tersebut,

namely, how you can overcome your fears to accomplish your dreams.

misalnya, bagaimana supaya tidak takut dan meraih mimpi.

Here to break this all down for us is Luvvie Ajayi Jones.

Hadir untuk kita disini adalah Luvvie Ajayi Jones

Welcome, Luvvie.

Selamat datang, Luvvie.

Luvvie Ajayi Jones: Hi!

Luvvie Ajayi Jones: Hai!

WPR: Hi, Luvvie. How are you doing?

WPR: Halo juga, Luvvie. Apa kabar?

LAJ: Doing well. Doing well.

LAJ: Kabar baik. Kabar baik.

WPR: Why do you use the term "professional troublemaker"

WPR: Kenapa kamu bertitel “Pembuat Onar Profesional”

to describe yourself?

untuk menjelaskan diri?

Why is that sort of the term that you've landed on

Kenapa titel ini yang kamu pilih

to define what you are, who you are?

untuk menjelaskan apa dan siapa kamu?

LAJ: Yeah. You know, some of us have been called troublemakers growing up.

LAJ: Iya. Kau tahu, beberapa dari kita disebut pembuat onar saat kecil.

When you are too loud in the class or, you know,

Saat kalian terlalu berisik di kelas, atau kau tahu,

your mom tells you to eat vegetables and you say no, and you're like,

saat diminta ibu makan sayur dan kau jawab tidak mau, dan kau seperti,

you're a troublemaker.

kau adalah pembuat onar.

Aku ingin klaim ulang artinya.

I want to reclaim what that means.

I think about the late, great John Lewis,

Kalau tidak salah, almarhum John Lewis,

who said we have to be ready to make necessary trouble, good trouble,

pernah berkata kalau kita harus siap membuat onar, keonaran baik,

and really was the lens of: we are going to have to do things

dan itulah kacamata dari hal ini: kita akan membuat keonaran positif.

that are going to disrupt the status quo in this world.

Kita akan mengganggu tatanan status quo di dunia.

If we're going to do anything of impact and of note

Jika kita mau melakukan sesuatu dengan akibat baik

dan membuat hal apapun untuk perubahan positif,

and make any type of positive change,

we are going to have to "make trouble."

kita akan membuat “keonaran”.

And making trouble is not about being a contrarian randomly.

Dan membuat onar bukan selalu asal membuat kericuhan.

It's not about being a troll.

Bukan bermaksud menjadi penginjak.

It's not just simply because you want to make people uncomfortable.

Bukan hanya karena ingin membuat orang lain jadi sungkan.

It's that, often,

Biasanya, seperti itu,

when you are the person who thinks different from everybody else in the room,

saat kau merasa pikiranmu berbeda dari anak lain di ruangan,

it does feel like trouble.

seperti melakukan keonaran.

You know, when you are not going along with the group, it feels like trouble.

Kau tahu, saat kau tidak cocok di grup, rasanya seperti membuat onar.

But sometimes, it's actually what you need to do to not just honor yourself,

Namun terkadang, hal itu perlu bukan hanya untuk dirimu sendiri,

but honor the world and honor who you want to be.

tetapi juga dunia ini dan menghargai mimpimu.

So if making trouble looks like we actually end up being better off for it,

Jika membuat keonaran seperti membuat kita menjadi lebih baik,

kita harus membuat onar.

then we have to make trouble.

I think it's an obligation for us to make trouble,

Kurasa ini kewajiban supaya kita buat onar terus,

the type that leaves our kids better,

supaya anak-anak kita menjadi lebih baik,

that leaves the rooms that we are in elevated,

sehingga saat pergi kita menjadi terangkat,

the types that lets us be proud of ourselves.

membuat kita bangga pada diri sendiri.

Now, making trouble will not always go well, right?

Nah, membuat keonaran tidak selalu berjalan baik, betul?

Let's keep -- I'm going to say that.

Mari kita -- aku akan berkata itu.

It's not that when you speak the truth,

Tidak selalu saat kau berkata jujur,

somebody's going to always receive it properly.

seseorang akan selalu menerimanya dengan baik.

But you go to bed knowing that you at least tried,

Tapi, yang terpenting saat kau tidur, kau tahu sudah berusaha,

as opposed to saying, "What if I had tried?"

daripada berandai-andai “mengapa saya tidak berusaha?”

It's a life of, "Oh, well," then "What if?"

Ini hidup yang “Oh, baiklah” ketimbang “Bagaimana kalau?”

So I think that's why

Jadi, kupikir itulah mengapa

professional troublemaking is something that we should be proud of.

menjadi pembuat onar profesional harus kita banggakan.

WPR: So I know everyone is dying to know:

WPR: Semua ingin tahu:

How how do I become a professional troublemaker?

Bagaimana cara menjadi pembuat onar profesional?

You outlined this in your book.

Kau menyampaikannya di bukumu.

You talk a little bit about it in your talk.

Kau bicara sedikit di paparanmu.

But I know there are three big things that you think you need to do

Namun, aku tahu ada tiga hal utama yang kau rasa harus kau lakukan

to approach this idea of becoming a troublemaker.

untuk menjadi pembuat onar profesional.

Will you share a little bit about that with us?

Akankah kau bagikan sedikit dengan kami?

LAJ: Yes. So when you are in the room,

LAJ: Ya. Jadi saat kalian ada di ruangan,

and somebody says something that is not a great idea --

dan seseorang menyampaikan pendapat, tetapi bukan ide yang baik.

we've all been in meetings like that,

Kita semua pernah berada di situasi itu,

where a campaign idea was brought forth or a slogan or just something,

saat ide kampanye dimajukan, atau slogan, atau apa pun,

and you're just like, "Oof,"

dan kau seperti, “Oof,”

tapi orang-orang lain di ruangan itu berkata, “Ide bagus!”

but everybody else in the room is like, "This is a great idea!

“Kita suka itu! Mari kita lakukan!”

We love it! Yes, let's do it!"

And usually you feel like you're standing on an island by yourself,

Dan biasanya kau jadi merasa berdiri sendiri di sebuah pulau,

karena pikirmu, “Cuma aku yang bermasalah dengan hal itu,”

because you're like, "If I'm the only person that has a problem with it,

am I the problem?"

“Apakah aku masalahnya?”

So then oftentimes, we'll be quiet, the room will dissipate,

Sehingga seringkali kita diam saja, sampai ruangan ditutup,

we walk out, and we keep thinking about that moment,

kita keluar, dan berpikir saat itu,

and we keep saying, "Should I have said something?"

kita terus berkata, “Mestinya aku berbicara sesuatu?”

I don't like the feeling of thinking, "Should I have said something?"

Aku tidak suka rasanya berpikir, “Mestinya aku berbicara sesuatu?”

Because I'll sit on it, and I'll overthink it,

Karena aku akan kepikiran aneh-aneh,

and I'll think about it the day after,

sampai keesokan harinya,

and I'll be like, "I should have said something."

dan tersadar, “Semestinya aku berbicara sesuatu.”

So for those tough moments where you want to say something

Jadi, pada saat sulit, saat kau ingin bilang sesuatu

that feels like it's contrary to what everybody else is saying

yang berkebalikan dengan yang semua orang katakan

but you know you deeply believe it,

tapi dalam hatimu kau percaya itu,

I say ask yourself three questions.

kau harus tanyakan tiga hal ke dirimu.

And if the answer is yes to all three, you say the thing.

Dan, jika jawabanmu ya untuk ketiganya, kau sampaikan hal itu.

OK, so the three questions are:

Pertanyaannya adalah:

Do I mean it?

Apa aku serius?

This question is important

Pertanyaan ini penting

because you're not just talking to hear your own voice.

karena kau tidak berbicara hanya untuk didengar dirimu sendiri.

Do you actually mean what you're about to say?

Apa kau serius menyampaikan apa yang kau katakan?

Can I defend it?

Apa aku bisa membelanya?

OK, if somebody challenges you

Oke, jika seseorang menantangmu

on this thing that you are also challenging,

atau jika hal itu juga menantangmu,

do you have a way to justify and back it up?

apa kau punya justifikasi untuk mendukung argumenmu?

Do you have a clear way to say,

Apakah kau bisa bicara lantang,

"These are the receipts I'm coming with"?

“Aku bicara seperti itu buktinya...”

And then: Can I say it thoughtfully?

Lalu: bisakah aku sampaikan dengan baik?

Because how you say it does matter.

Karena penyampaianmu itu berpengaruh.

Now, it does not mean that you should be tone-policed,

Kini, bukan maksudnya kau harus ‘tone-policed’,

nor does it mean that everybody will think you're saying it thoughtfully.

atau jika semua akan berpikir kau menyampaikannya sudah baik.

But if you at least try to run it through your own,

Tetapi, kau bisa coba ke dirimu sendiri,

"Am I trying to be as thoughtful as possible?"

“Apa aku sudah coba sampaikan sebaik mungkin?”

it's risk mitigation.

Ini mitigasi risiko.

So you're saying, "OK, I'm not going to be hateful about this.

Kau berkata “Oke, aku takkan menjadi pembenci hal ini.”

I'm not going to say this to demean somebody.

Bukan maksudku untuk menjahati orang lain.

And I'm not just saying it to blow the room up

Dan, aku bukan berkata itu supaya satu ruangan kagum

or make the room feel like a rocky place to be in."

atau membuat orang-orang di ruangan itu menjadi tidak enak.

When the answer is yes to all three --

Jika jawabanmu ya bagi ketiganya --

Do I mean it? Can I defend it? Can I say thoughtfully? --

Apa aku serius? Bisakah kubela? Bisa kukatakan sebaik mungkin? --

say it, and then deal with whatever comes.

katakanlah itu, dan bersiap apapun risikonya.

Now, again -- I say risk mitigation.

Kini, lagi, aku katakan mitigasi risiko.

I'm not saying everybody will receive what you're going to say

Aku tidak berkata semua akan menerima pernyataanmu

with the intention you meant, OK?

sebaik apapun intensimu, oke?

But it is a way to check yourself,

Tapi kau bisa cek sendiri,

check in with yourself,

cek dirimu sendiri,

check what you're about to say,

cek apa yang kau sampaikan,

check your tone a little bit

cek nada bicaramu sedikit

so it doesn't come out as unthoughtful as it could.

sehingga tidak seperti kau tidak berpikir sebelum bicara.

Because there are moments when things might be heated

Karena ada momen dimana beberapa hal bisa menjadi ‘panas’

and you might want to speak really quickly.

dan kau mungkin ingin bicara secepat mungkin.

It slows you down just a little bit

Itu akan sedikit menenangkanmu

untuk bicara, baiklah, baiklah, kau ingin menyampaikan hal itu. Itu valid,

to say, all right, all right, you do want to say this thing, it is valid,

but don't come at this person's neck.

tetapi jangan menyakiti orang lain.

So I think it's important for me.

Jadi, kupikir bagiku sangatlah penting.

It's a checkpoint that I've used for years that I kind of lead with.

Sebagai ‘checkpoint’ yang kugunakan bertahun-tahun, yang kupimpin.

And most of the time it goes well.

Kebanyakan, terlaksana dengan baik.

WPR: That is part of the tenets you outline.

WPR: Hal itu adalah bagian dari prinsip yang kau sampaikan.

This is part of the "be" part.

Ini adalah bagian dari “Jadilah”.

You have "be, say, do" -- Is that right? -- for tenets.

Ada “Jadilah, Katakan, Lakukan” -- betul? Untuk prinsip.

LAJ: Yes. Be, say, do.

Jadilah, Katakan, Lakukan.

WPR: Be, say, do.

WPR: Jadilah, Katakan, lakukan.

And Ahmed, he asks,

Dan Ahmed, dia bertanya,

"How do you recognize professional trouble rather than regular trouble?"

“Bagaimana membedakan pembuat onar profesional

dengan pembuat onar biasa?”

LAJ: I think it just really comes down to the heart from which you're doing it.

LAJ: Itu kembali ke hati masing-masing mengapa kau melakukan itu.

You know, I really do think professional troublemaking,

Kau tahu, aku percaya bahwa pembuat onar profesional,

adalah mengganggu kenyamanan, untuk tujuan yang lebih baik.

what it means is to disrupt for the greater good.

Kau tidak hanya mengganggu karena kau tidak suka sama orang

You're not just disrupting because you don't like the person

yang duduk di seberangmu.

that's sitting across from you.

You're disrupting because you know what you're saying or doing

Kau mengganggu karena kau tahu apa yang kau katakan dan lakukan

is going to be better for somebody else

akan membuat perubahan baik kepada orang lain

atau orang-orang sepertimu

or somebody who looks like you

or somebody who doesn't even look like you, right?

atau juga orang-orang yang tidak sepertimu, betul?

Itu adalah... didorong oleh misi.

It is ... it's mission-driven.

And it is sometimes brave,

Dan ini terkadang berani,

because a lot of troublemaking is going to be scary.

Karena banyak keonaran yang akan menjadi menakutkan.

If it's not scary, it's probably not troublemaking,

Jika tidak menakutkan, bukan membuat onar namanya,

right?

betul?

If it does not give you a little bit of, "Uhh ... I'm about to do this,"

Jika kamu tidak merasa “Uhh.. Aku akan melakukan hal ini”,

it's probably not troublemaking.

mungkin itu bukan membuat onar.

Because if it was easy, everybody would do it.

Karena kalau mudah, semua bisa melakukannya.

If something was easy to say or do,

Jika sesuatu mudah dikatakan atau dilakukan,

everybody would do it, so it wouldn't be special.

semua akan melakukan, dan itu tidak spesial.

So I think a lot of times about troublemaking

Jadi aku berpikir mengenai membuat onar,

the thing to really understand is: it's going to be scary.

hal yang harus dipahami adalah: hal ini akan menakutkan.

But what we sometimes will think is that if it's scary,

Namun yang biasa kita pikirkan adalah, jika menakutkan,

that means I need to not do it.

artinya aku tidak usah melakukannya.

That's not true.

Hal itu tidak benar.

That's how we end up not living the lives that we want to live.

Itulah mengapa kita tidak hidup sesuai dengan impian kita.

That's how we end up passing on opportunities

Itulah mengapa kita selalu melewatkan kesempatan

that are meant to transform our lives.

yang semestinya bisa merubah hidup kita.

That's how we end up regretting our silence in rooms.

Itulah mengapa kita selalu menyesal kalau kita diam saja.

One of the things that I actually ask myself whenever I'm in a room

Satu hal yang kutanya ke diri sendiri saat aku sedang di situasi itu

and I feel like I need to say something that feels tough

dan aku ingin berkata sesuatu yang terasa berat

is, I also ask myself, "Will my silence make me proud?

adalah, aku juga tanya ke diri sendiri, “Apa keheninganku membuatku bangga?

This thing that feels like trouble, if I don't do it, will I be proud of myself?"

Hal yang terasa mengganggu itu, jika aku tidak bicara, apa aku akan bangga?

Because ultimately, we are all our own biggest critics.

Karena, kita adalah kritikus terkejam bagi diri sendiri.

Like, I could disappoint other people and still be able to deal with it.

Aku bisa saja mengecewakan orang, namun masih bisa berurusan dengan hal itu.

But when I disappoint myself, it's really tough.

Tapi jika diri sendiri yang kecewa, pasti sangat berat.

So I'm always like,

Jadi aku selalu,

"I'm making trouble so I don't disappoint myself.

“Aku membuat onar supaya tak kecewa sendiri.

Aku membuat onar agar keheninganku bukan sesuatu yang akan menghukumku.”

I'm making trouble so my silence is not something that will convict me."

Karena jika aku di situ, aku harus menjustifikasi sikapku di ruangan itu.

Because if I was there, I have to justify what I did in any room.

And I want to be able to say, "At least I tried."

Dan aku ingin bisa berkata, “Yang penting sudah kucoba”.

WPR: Dan pada titik ini, Dennis bertanya,

WPR: And to this point, Dennis asks,

"How do you pick your battles to maintain your energy every day?

“Bagaimana kau berkompetisi untuk menjaga energimu setiap hari?

How do you decide which trouble's worth making?"

Bagaimana kau memutuskan keonaran mana yang layak dibuat?”

LAJ: Great question.

LAJ: Pertanyaan bagus.

Sometimes, I just ...

Terkadang, aku hanya...

don't have the energy to make trouble on that day.

tidak punya energi untuk membuat onar hari itu.

What that means is, if I am in a meeting, and on that day, I'm wiped,

Berarti, jika aku di sana, dan pada hari itu aku sedang capek,

and I'm just like, "I don't have the energy

aku hanya, “Aku tidak punya energi

to even be the one that's challenging,"

untuk membuat onar hal menarik sekalipun”,

on that day, I might be quiet.

di hari itu, mungkin aku diam.

So I just need more people to feel the obligation

Jadi, aku butuh banyak orang lain untuk merasa wajib

to also make the good trouble,

untuk turut membuat keonaran baik,

so the one person who's always doing it can take a rest.

sehingga siapapun pelaku sebelumnya bisa istirahat dulu.

WPR: I mean, it sounds like a big part of this

WPR: Maksudku, seperti bagian besar di sini

is understanding yourself, right?

adalah paham diri sendiri, benar?

Is understanding the sorts of things you want to go after.

adalah memahami hal-hal apa saja yang ingin kau kejar.

And we have an anonymous question where somebody asks,

Dan kita ada pertanyaan tanpa nama, yang menanyakan,

"I think being a troublemaker also requires us

“Kurasa menjadi pembuat onar juga membuat kita

to identify what we truly want.

untuk idenfikasi apa yang kita mau.

What's your advice on finding out what you want?"

Apa saranmu saat menemukan apa yang kamu cari?”

LAJ: Yeah, I think it's important to know what your core values are

LAJ: Ya, penting untuk paham apa nilai-nilai utama dirimu

and what the thing that you will fight for is,

dan hal apa yang akan dipertaruhkan,

which is why I started the book with a chapter called "Know Thyself."

oleh karena itu aku memulai sebuah buku dengan bab bernama “Kenali Diri Sendiri”.

That was important because we have to be doubly clear on who we are,

Hal ini penting karena kita jadi memiliki kejelasan akan diri kita sendiri,

what we hold dear, why we are who we are,

apa yang lekat di hati kita, mengapa kita menjadi diri kita sekarang,

because it's what's going to inform what we want to speak up about.

karena itu akan menginformasikan apa yang ingin kita katakan.

It's what's going to inform what drives us to fight.

Ini akan menginformasikan apa pendorong kita.

It's what's going to inform the why of it all.

Ini juga akan menginformasikan semua pertanyaan “mengapa”.

It's what pushes you past the fear to say, "I have to do this anyway."

Ini mendorongmu lawan ketakutan untuk bilang, “Aku harus melakukan ini”.

So if you're not clear about who you are and what's important to you,

Maka, jika kamu tidak tahu siapa dirimu dan apa hal terpentingmu,

you're going to find it hard to know,

kamu akan merasa sulit mengerti,

"What am I actually going to be standing up for?"

“Apa yang sebenarnya aku bela di sini?”

WPR: You've gone back to these tenets, then, in answering this question,

WPR: Kamu kembali ke prinsip kamu lagi, saat menjawab pertanyaan ini,

this idea of being the troublemaker that you want to be.

ide ini untuk menjadi pembuat onar yang kamu inginkan.

And then what you shared earlier

Dan apa yang kamu bagikan sebelumnya

is the saying of the asking the three questions.

adalah untuk bertanya tiga pertanyaan

And then there's a third part of this, the doing element.

dan ada bagian ketiga dari sini, yakni elemen “lakukan”.

Could you talk a little bit about what that looks like?

Apa kau bisa bagikan sedikit seperti apa?

LAJ: Yeah, you know, you can talk a good talk,

LAJ: Ya, kau tahu, kau bisa bicara lantang,

but if you're not doing work, then what's the point of the talk?

namun jika tidak diikuti tindakan, lalu apa gunanya berbicara?

Ultimately, we have to put action to our beliefs, to our ideas,

Pada akhirnya, kita harus menaruh aksi di kepercayaan kita, pada ide kita,

to our convictions.

ke opini kita.

So you can be like, yes, you know, Black lives matter.

Jadi kau bisa, ya, kau tahu, bilang “Black Lives Matter”

But if you're a boss who hasn't promoted your most senior Black staff,

Tapi jika kalian tidak mempromosikan staff senior kalian yang berkulit hitam,

and somebody who just started got promoted over them,

dan orang lain yang dipilih ketimbang dia,

then the words that you said did not matter.

maka apa yang kau katakan tidak ada artinya.

So the "do" of it all is important; it's an exclamation point,

Maka “Lakukan” ini penting; hal ini adalah seruan,

because first you fix your mindset with the "be,"

karena pertama kau fokus dengan “Jadikan”,

then you start putting words to it with the "say,"

lalu kau “Katakan”,

and then now you actually put action to it with the "do."

dan kini kau tuntaskan dengan bertindak di “Lakukan”.

And we cannot have the other two without the do.

Kita tak bisa punya dua hal lain jika “Lakukan” tidak ada.

I think what ends up happening a lot

Menurutku, yang sering terjadi

is that people feel really good about what they said,

adalah orang-orang terlanjur nyaman dengan perkataan mereka saja,

but they haven't made it actually match with their action.

namun tidak diikuti tindakan.

So be who you say you are, you know,

Maka, jadilah orang yang sesuai perkataan dan tindakan, kau tahu,

whether people are watching or not.

dilihat orang lain maupun tidak.

Be who you say you are in private and in public,

Jadilah apa yang kau katakan pribadi maupun di depan umum,

in the rooms where it's easy

di ruangan yang mudah

and in the rooms where it's tough and you face opposition.

maupun di ruangan yang sulit, dan ada lawanmu di sana.

Because a lot of us are walking with privilege that we're not using.

Karena kebanyakan dari kita berjalan dengan kenyamanan yang tidak kita gunakan.

So every day you're trying to figure out in what ways can you use your voice,

Maka setiap hari saat kau mencari tahu jalan apa yang bisa menyerukan suaramu,

your access, your social currency

aksesmu, kurs sosialmu

in service of people who don't have it as much as you do.

untuk melayani orang-orang yang tidak semampu dirimu.

WPR: So, Anushka, she asks,

WPR: Lalu, Anushka, ia bertanya,

"As someone who's young and often seen as inexperienced,

“Sebagai anak muda yang sering dianggap belum mampu,

how do I gain the space to speak and have others realize my worth?"

bagaimana aku dapat ruang bicara dan orang lain sadar kemampuanku?”

LAJ: You won't gain the space to speak.

LAJ: Kau tak akan dapat ruang bicara.

People won't let go of their power that they perceive.

Orang-orang tidak akan melepas kekuasaan yang mereka anggap ada pada mereka.

Basically, you have to take it.

Intinya, kau harus meraihnya.

Now, that means you might have to interrupt and say, "Hi.

Kini, mungkin maksudnya kau harus menginterupsi dan berkata, “Halo.

I've been trying to speak for the last 20 minutes.

aku sudah mencoba berbicara di 20 menit terakhir.

I have a point of view that I'd love to offer up."

Aku punya pandangan sendiri yang ingin kutawarkan.”

It is being -- it is taking up space even when people don't give it to you.

Itu menjadi -- Itu meraih ruangan bahkan saat orang lain tidak memberikanmu.

And it does not mean you're going to be rude.

Dan, itu tidak berarti kau menjadi tak sopan.

It doesn't mean you're going to be arrogant.

Bukan berarti kau bisa menjadi arogan.

It means your voice is necessary,

Itu artinya suaramu juga penting,

just like everybody else's.

sama seperti orang lain di sana.

In the places where your voice is not given space,

Pada tempat di mana suaramu tidak diberikan ruang bicara,

sometimes, you either have to take it,

terkadang, kau harus rebut,

or you walk away, knowing that's not the space for you.

atau pergi saja, tahu bahwa di situ bukanlah ruanganmu.

Because if you have to constantly fight to be heard, that's exhausting.

Karena jika kau berjuang terus supaya didengar, itu sangat capek.

People might look at you with all types of weird projections

Orang-orang akan melihatmu dengan berbagai proyeksi aneh.

of what they think you do or don't know.

dari apa yang mereka pikir kau tahu atau tidak tahu.

Do not let it shift what you see as your own value.

Jangan biarkan itu merubah apa nilai-nilai yang kau miliki.

That is also why you cannot attach your value

Itulah mengapa juga, kau tidak bisa melampirkan nilai-nilaimu

to how other people are treating you

ke setiap orang yang memperlakukanmu

or how other people are projecting things onto you.

atau bagaimana orang berpikir tentangmu.

If you do that, you will very quickly be told that you don't fit into spaces.

Jika kau melakukannya, kau akan cepat diusir dari situ, dianggap tidak cocok.

You'll be very, very quickly told that you're not worthwhile

Kau akan cepat-cepat diusir karena kau tidak berharga

or that your ideas are terrible,

atau idemu sangat buruk,

and then you will absorb it.

dan kau akan kepikiran.

And then you'll go, like, "Oh, I guess I won't use my voice."

Dan kau akan berpikir, “Oh, suaraku tidak pantas didengar”.

You got to fortify yourself

Kau harus membela dirimu sendiri

and know that your voice is just as important as anybody else's in the room

dan tahu bahwa suaramu sama pentingnya dengan orang lain di ruangan itu

dan kau adalah seseorang yang sedang belajar, bertumbuh,

and that you as somebody who's learning, who's growing,

who is already in the room,

yang sudah ada di ruangan itu,

you have already proven yourself to be valuable.

dan kau sudah membuktikan bahwa dirimu bernilai.

And whether or not people see it is not ...

Dan jika orang lain tidak berpikir begitu...

it's not your fault,

bukan salahmu,

but affirm yourself and make yourself known.

tapi buktikan dirimu dan buat dirimu dikenal.

You know, take up space, even if they're not giving it to you,

Kau tahu, raih saja ruang itu, meski mereka tidak memberikan,

don't wait for their permission to speak.

tidak usah tunggu izin bicara dari mereka.

Be brilliant whether or not they want you to be.

Jadilah brilian, meskipun mereka mau atau tidak.

WPR: Well, thank you so much, Luvvie,

WPR: Baik, terima kasih Luvvie,

I know we're all going to be waiting with bated breath

Aku tahu kita akan menunggu dengan tidak sabar

lebih lanjut mengenai buku ini.

for the news around this book.

LAJ: Thank you so much for having me.

LAJ: Terima kasih sudah mengundangku.

TED sudah signifikan di perjalanan hidupku.

TED has been so significant in my journey.