The Profound Power of Gratitude and "Living Eulogies" | Andrea Driessen | TED

Translator: Dini Yanu Sayekti Reviewer: Made Pramana

I have a death wish.

Saya punya permohonan apabila mati.

Now before you just boo me off the stage for saying such a thing in a pandemic,

Sebelum Anda mengusir saya dari panggung karena menyinggung itu di masa pandemi,

I'll explain with a little back story,

saya akan menceritakan kisah dibaliknya,

starting with my second grade gym class.

dimulai dari pelajaran gimnastik saat saya kelas dua.

This was the longest,

Ini adalah waktu yang terpanjang,

most humiliating hour of the week.

dan yang paling menyedihkan sepanjang minggu.

My PE teacher, Mr. Jensen, was a former drill sergeant,

Guru olahraga saya, Pak Jensen, adalah mantan pelatih tentara,

and I always felt like the weakest kid.

dan saya selalu merasa seperti anak yang paling lemah.

On my report card,

Pada rapor saya,

he checked the boxes corresponding to what must have been important

dia menandai kotak yang sesuai dengan hal-hal yang dianggap penting

for kids' physical development in the '70s.

untuk pembentukan fisik anak pada tahun 70-an.

Oh, except the one on leadership qualities,

Oh, kecuali bagian kualitas kepemimpinan,

he left that one unchecked.

dia membiarkannya kosong.

Then he added a note.

Kemudian dia menambahkan catatan.

He said, "Andrea has difficulty kicking balls."

Dia berkata, “Andrea mempunyai kesulitan dalam menendang bola.”

(Laughter)

(Tertawa)

My dad, who was always the one to see people's gifts instead of their limits,

Ayah saya, satu-satunya orang yang melihat potensi dibandingkan keterbatasan,

wrote a letter back to Mr. Jensen.

menulis balasan surat kepada Pak Jensen.

He said, "Andrea may have difficulty kicking balls,

Dia berkata, “Andrea mungkin mengalami kesulitan menendang bola,

but you should see her stand on her head and do cartwheels."

tapi Anda harus melihatnya berdiri dengan kepalanya dan jungkir balik.”

(Laughter)

(Tertawa)

As a kid, I was usually the smallest on the playground,

Ketika masih kecil, saya selalu menjadi yang terkecil di taman bermain,

never athletic,

tidak pernah atletis,

picked last for, you guessed it, kickball.

dipilih paling terakhir, seperti yang Anda duga, saat bermain bola.

I took solace in my dad's sincere support.

Dukungan yang tulus dari ayah saya adalah sebuah pelipur lara.

But now, as a business owner,

Namun sekarang, sebagai pemilik sebuah bisnis,

I can see that ball kicking can really come in handy

saya bisa melihat bahwa tendangan bola itu dapat benar-benar berguna.

(Laughter)

(Tertawa)

Anyway, in that one simple sentence to a short-sighted gym teacher

Lagipula, dalam satu kalimat sederhana kepada guru gimnastik yang tidak bijaksana

"but you should see her,"

“namun Anda harus melihatnya,”

my dad showed me that focusing on strengths more than weaknesses

ayah saya menunjukkan bahwa fokus pada kekuatan dibandingkan kelemahan

feels really good.

terasa sangat menyenangkan.

That there are other ways to look at the world

Bahwa ada banyak cara untuk melihat dunia

and that it's important to recognize each other's gifts.

dan penting untuk mengenali potensi satu sama lain.

So with all that great karma

Jadi dengan karma yang bagus itu,

my dad had built up around appreciation with me,

ayah saya telah membangun apresiasi terhadap saya,

it only seems right that some praise would ultimately come his way.

hal ini sepertinya benar karena beberapa doa akan mengiringinya.

Long into his fruitful and active retirement,

Selama dirinya menjalani pensiun yang aktif dan berkesan,

he was featured in a hometown newspaper story.

kisahnya diangkat sebagai berita di koran lokal.

The article described the many ways

Artikelnya menceritakan banyak hal

he contributed to our small Midwestern town.

tentang cara dia berkontribusi untuk kota kecil kami di Midwestern.

And he sent a copy of that piece to my siblings and me

Dia mengirimkan salinan beritanya kepada saya dan saudara yang lainnya

with a short handwritten note.

dengan sedikit tulisan tangannya.

He was always really modest,

Dia memang selalu berwibawa,

so he just said,

jadi dia hanya berkata,

"Well, it's better than having a eulogy read over a casket."

“Ini lebih baik dibandingkan dengan eulogi yang dibacakan di depan peti mati.”

My dad died seven years ago at the age of 96,

Ayah saya meninggal tujuh tahun lalu di usianya yang ke-96 tahun,

and he was surrounded by family and friends and two hospice workers.

dan dia dikelilingi oleh keluarga, kerabat, dan dua petugas hospice.

He left this world not 20 feet from where he’d come into it.

Dia meninggalkan dunia ini hanya sekitar 6 meter dari tempat dia dilahirkan.

He was born and he died in the same house.

Dia lahir dan meninggal di rumah yang sama.

I like to think he died as well as he'd lived.

Saya menganggap dia meninggal seperti halnya ketika dia hidup.

On his own terms.

Dengan caranya dia sendiri.

I had the honor of giving the eulogy,

Saya dapat kehormatan untuk memberikan eulogi,

and ultimately he'd chosen cremation over that "casket."

dan akhirnya dia lebih memilih proses kremasi dibandingkan dengan “peti”.

As I looked over at my dad's ashes,

Ketika saya melihat abu ayah saya,

I had to smile because, you know, our dad really loved beer.

saya tersenyum karena, Anda tahu, ayah kami sangat suka minum bir.

So instead of putting his ashes in a blasé urn,

Jadi, daripada menaruh abunya di dalam guci blasé,

we put them in a big, shiny beer growler.

kami menaruhnya di botol bir yang besar dan berkilau.

(Laughter)

(Tertawa)

So my remarks over the growler were a sincere tribute

Jadi tulisan di sekitar botol bir itu adalah penghormatan terakhir

to a superb human being.

kepada manusia yang luar biasa.

Not unusual as far as eulogies go,

Tidak terlalu berbeda seperti kebanyakan eulogi lainnya,

except for one thing.

kecuali untuk satu hal.

He'd already heard it.

Dia telah mendengarnya.

Those many years earlier, after I'd received his note

Beberapa tahun sebelumnya, setelah saya menerima catatannya

about how having nice things said about you while you're alive

tentang bagaimana mendapat ucapan yang baik tentang diri Anda ketika masih hidup

beats the alternative,

mengalahkan alternatifnya,

I wrote my dad a letter.

saya menulis surat kepada ayah.

And the theme of the letter reflected a common thread

Tema suratnya menggambarkan pola serupa

that I had noticed in his long life.

yang saya sadari sepanjang hidupnya.

The theme of building.

Tema tentang pembangunan.

Our dad had helped to build so many things.

Ayah kami membantu dalam membangun banyak hal.

Gun emplacements in World War II;

Penempatan senjata pada Perang Dunia II;

a new industrial park;

taman industrial baru;

a vibrant hobby as a self-taught and later acclaimed woodcarver;

hobi unik sebagai pengajar otodidak dan terakhir sebagai pengukir kayu;

confidence in others;

percaya diri dalam hal-hal lain;

a many-decades-long marriage;

pernikahan panjang selama berpuluh tahun;

a family, a home.

sebuah keluarga, sebuah rumah.

And he had the chance to read it all long before he died.

Dia berkesempatan untuk membaca semuanya jauh sebelum dia meninggal.

So that had me asking,

Hal itu membuat saya bertanya-tanya,

why are eulogies only for dead people?

mengapa pujian-pujian itu hanya untuk orang yang meninggal?

Why do we wait so long to recognize each other's gifts?

Mengapa kita menunggu terlalu lama untuk menyadari anugerah satu sama lain?

Why are the truest compliments and the sincerest sentiments

Mengapa pujian yang paling tulus dan sentimen yang paling jujur

said about people we love

untuk orang yang kita sayangi

when they can't hear and savor and relish them?

diucapkan ketika mereka tidak dapat mendengar dan menikmatinya?

And how do we honor all those around us who are very much alive?

Dan bagaimana kita menghormati semua orang di sekitar kita yang masih hidup?

So what if we turn regret on its head

Bagaimana jika kita alihkan penyesalan yang ada,

and take all that love and conscientiousness

dan membawa semua rasa cinta dan tanggung jawab

that we habitually express after people die

yang kita sering tunjukkan setelah kematian seseorang

and do it while they're still here?

dan melakukannya ketika mereka masih hidup?

Because doing that eases the pain of death and regret

Karena hal itu mengurangi rasa sakit akibat kematian dan penyesalan

for both the dying and the living.

baik untuk orang yang meninggal dan yang hidup.

So I set out on an intentional quest to bear witness to people who are dying.

Saya bertekad untuk menyaksikan orang-orang yang sekarat.

As a hospice volunteer,

Sebagai relawan hospice,

I'm learning that those who are dying,

saya belajar bahwa mereka yang sekarat,

they want to know that they're loved.

mereka ingin tahu apakah mereka dicintai.

That they've loved well.

Bahwa mereka dicintai dengan baik.

They feel regret for all sorts of things.

Mereka menyesal untuk beberapa hal.

For things they didn't do and words they didn't say.

Untuk hal yang tidak mereka lakukan, dan kalimat yang tidak mereka ucapkan.

Deep down, they want to know that their lives have mattered.

Jauh di lubuk hatinya, mereka ingin tahu bahwa hidup mereka itu berarti.

They feel really mortal.

Mereka merasa sangat rentan.

Because they are.

Karena begitulah mereka.

As am I.

Begitu juga saya.

As are you.

Maupun Anda.

So when we learn a loved one may be dying,

Ketika kita belajar bahwa orang yang dicintai sekarat,

we face a pivotal choice.

kita menghadapi pilihan yang sulit.

We can choose to say nothing

Kita dapat memilih untuk diam

and hope that our words will sufficiently honor the person

dan berharap ucapan kita akan langsung menghormati orang tersebut

who's no longer here with us.

ketika orang tersebut telah tiada.

Or we can step up and express our love and appreciation

Atau kita bisa bangkit dan menunjukkan penghargaan dan cinta kita

while they're still here.

ketika mereka masih bersama kita.

And we can honor all those around us who are very much alive.

Kita bisa menghormati semua hal di sekitar kita yang masih hidup.

I call this intentional honoring of others “Gracenotes”.

Saya menyebut penghormatan yang diniatkan ini sebagai “Gracenotes”.

And whether they’re written or spoken,

Baik tertulis ataupun diucapkan,

they're this means of freely and openly acknowledging

mereka adalah suatu usaha untuk secara terbuka

someone's presence and gifts.

mengakui keberadaan dan anugerah seseorang.

I know in my bones that these sentiments lessen the pain of grief

Saya tahu persis bahwa kepekaan ini mengurangi rasa sakit dari duka

and increase its grace.

dan meningkatkan rasa syukur.

Like a musical grace note,

Seperti alunan musik yang khidmat,

they're that extra embellishment

mereka adalah perhiasan tambahan

that makes something beautiful even better.

yang membuat sesuatu jauh lebih indah.

With Gracenotes, we let our family, our friends, our kids,

Melalui Gracenotes, kami ingin keluarga, teman-teman kita, anak-anak kita,

even our colleagues know not just that they matter

bahkan rekan kita mengetahui, tidak hanya bahwa mereka berarti

but how they matter.

namun bagaimana mereka berarti.

And these notes also help us to overcome the illusion,

Dan catatan ini juga menolong kita untuk mengatasi ilusi,

the illusion that there'll always be more time to let others know

yaitu ilusi bahwa akan selalu ada waktu lebih untuk orang lain tahu

how they're impacting the world.

bagaimana peran mereka di dunia.

So what do you think keeps us from "gracing" each other this way?

Menurut Anda, apa yang menghalangi kita untuk “saling memberkati” seperti ini?

Lack of time?

Kurangnya waktu?

Fear of feeling awkward?

Takut merasa canggung?

Unresolved anger?

Kemarahan yang tidak terselesaikan?

Maybe a lack of forgiveness.

Atau mungkin kurangnya memaafkan.

With that in mind, I'll tell you a bit about my friend Sandy.

Saya ingin bercerita sedikit tentang teman saya, Sandy.

For much of her life, she had this complicated relationship with her mom.

Sepanjang hidupnya, dia mempunyai hubungan yang rumit dengan ibunya.

She was holding on to decades of resentment.

Dia menahan dendam selama puluhan tahun.

Some of it was tied up in her mom's alcoholism.

Beberapa di antaranya terkait dengan kecanduan alkohol ibunya.

But now her mom was dying of cancer.

Sekarang ibunya sedang sekarat karena kanker.

And as heart-wrenching as it was to admit,

Secara menyayat hati untuk diakuinya,

she said sometimes she wanted her to die.

dia cerita bahwa terkadang dia ingin ibunya mati.

Sandy and I happened to go for a walk not long after my dad passed,

Sandy dan saya pergi berdua tidak lama setelah ayah saya meninggal,

and I said I felt this sense of freedom and a lack of regret,

dan saya berkata bahwa saya merasakan perasaan bebas dan tidak terlalu menyesal,

and I thought it had to be

dan saya berpikir begitu

because I gave him that note before he died.

karena dia menerima catatan saya sebelum dia meninggal.

So Sandy decided to write her mom a note,

Sandy memutuskan untuk menuliskannya kepada ibunya,

and she included an honoring set of memories

termasuk serangkaian kenangan untuk menghormatinya

about what she did love about her mom.

tentang apa yang dicintainya dari ibunya.

She called me later, she said,

Dia menghubungi saya dan berkata,

"You know what?

“Kamu tahu?

It was like magic.

Ini seperti sihir.

I started liking my mom.

Aku mulai menyukai ibuku.

I forgave her.

Aku memaafkannya.

I felt compassion for her.

Aku menyayanginya.

My heart got softer."

Hatiku melunak.”

Here's the thing.

Inilah intinya.

When we're writing a Gracenote,

Ketika kita menulis Gracenote,

you're not trying to get published in a poetry anthology.

bukan untuk Anda terbitkan di buku antologi puisi.

You don't have to sound like Shakespeare.

Anda tidak perlu terdengar seperti Shakespeare.

My guess is you're probably not trying to get a job at Hallmark.

Tebakan saya, Anda mungkin tidak ingin bekerja di Hallmark.

Just want to sound like you.

Itu hanya perlu terdengar seperti diri Anda.

You just need to be willing to try.

Anda hanya perlu keinginan untuk mencoba.

You're aiming for truth, authenticity, love.

Anda menginginkan kebenaran, kemurnian, cinta.

What I've learned over and over is that the pain of regret

Apa yang saya pelajari terus-menerus adalah rasa sakit karena penyesalan

is always greater than the challenge of writing a Gracenote.

selalu lebih besar daripada tantangan menuliskan Gracenote.

A moment of grace can be that simple and that profound.

Momen berharga itu dapat jadi sangat mudah dan besar.

It's an experience that forever touches the dying

Itu adalah sebuah pengalaman yang selamanya menyentuh orang yang tiada

and those who are left behind.

dan mereka yang ditinggalkan.

So what now?

Lalu, sekarang apa?

Anda mungkin berpikir hal apa yang akan Anda katakan

You might be sitting there thinking what you'd say

or how to get started.

atau bagaimana memulainya.

Business groups and long-term care groups that I speak to

Kelompok bisnis dan layanan sosial yang saya ajak bicara

use what I like to call the Mad Libs approach.

menggunakan apa yang saya sebut dengan pendekatan Mad Libs.

Maybe you played Mad Libs in middle school.

Mungkin Anda memainkan Mad Libs di bangku SMP.

Maybe you still play Mad Libs.

Mungkin Anda masih memainkan Mad Libs.

It’s that fun, fill-in-the-blank word game.

Sangat menyenangkan, permainan isilah-kata-yang-kosong.

So with a little bit of Mad Libs style, we get this easy-to-use

Jadi dengan memakai sedikit gaya Mad Libs, kita mudah untuk menggunakan

Gracenotes road map.

peta jalan Gracenotes.

"You are the only person I know who ..."

“Kamu adalah satu-satunya orang yang aku tahu ...”

"I always laugh when I think about ..."

“Aku selalu tertawa ketika memikirkan tentang ...”

"You will leave a legacy around ..."

“Kamu akan meninggalkan warisan seperti..”

Bottom line, you can't do this wrong.

Intinya, Anda tidak akan salah.

It's impossible.

Itu tidak mungkin.

And if writing’s not your thing,

Dan jika menulis bukanlah kesenangan Anda,

what if you made a video?

bagaimana kalau Anda membuat video?

A drawing?

Atau gambar?

Maybe you're really good at PowerPoint decks.

Mungkin Anda sangat ahli dalam membuat Power Point.

Could you write a grace sentence?

Dapatkah Anda menuliskan kalimat pujian?

The medium doesn't matter.

Tidak masalah dengan media apa.

What matters is the doing.

Hal yang terpenting adalah melakukannya.

What I've learned in this journey of my own

Apa yang saya pelajari dari perjalanan hidup saya

and in talking to others about their losses,

dan berbagi kehilangan dengan orang lain,

is that Gracenotes create the sense of completeness,

adalah bahwa Gracenotes menciptakan perasaan yang lengkap,

contentedness and calm.

perasaan terpenuhi dan tenang.

I vividly recall the last night my dad was alive.

Tadi malam, saya dengan jelas merasa ayah saya masih hidup.

By then he was unconscious, and everyone else had gone to bed.

Ketika dia tidak sadarkan diri, dan yang lainnya sudah tidur.

I sat with him with my hand softly on his.

Saya duduk dengannya, menaruh tangan saya di atas tangannya.

And on this unrepeatable night,

Di malam yang tidak dapat terulang ini,

I didn't have to worry about trying to find the words

saya tidak perlu khawatir untuk mencoba mencari-cari kalimat

to tell him all that he'd meant to me

untuk memberitahu arti dirinya bagi saya

and only hope that he could hear what I said.

dan hanya berharap dia mendengar apa yang saya katakan.

Instead, I could be present to his dying.

Atau, saya bisa benar-benar hadir di sampingnya ketika dia sekarat.

I could affirm that if this was his time to move on,

Saya bisa meyakinkannya bahwa jika ini waktunya dia untuk pergi,

that was OK.

itu baik-baik saja.

I could love him with presence and with touch,

Saya bisa mencintainya dengan keberadaan dan sentuhan,

knowing full well that my Gracenote those many years earlier

mengetahui benar bahwa Gracenote saya beberapa tahun sebelumnya

had been a sincere and thorough rendering of his life well lived.

itu tulus dan mengartikan bahwa dia telah hidup dengan baik.

Ever since, I've felt very little regret.

Sejak saat itu, saya tidak terlalu menyesal.

And I know it's because I shared my full heart with him

Dan saya tahu bahwa itu karena saya berbagi dengannya sepenuh hati

before it was too late.

sebelum semuanya terlambat.

So I hope, I deeply hope,

Jadi saya berharap, sangat berharap,

that you don't know anyone who's actively dying.

bahwa Anda tidak menyaksikan siapa pun yang sedang sekarat.

But given the times we're in, that may well not be the case.

Namun mengingat situasi kita saat ini, hal itu mungkin tidak akan terjadi.

No matter what,

Bagaimanapun,

I encourage you to just look around.

saya meminta Anda untuk melihat sekeliling.

People everywhere are dying to be seen and heard,

Orang-orang berusaha keras untuk dapat terlihat dan didengar,

to know how they matter.

untuk mengetahui bahwa mereka berarti.

They're dying to get your Gracenote.

Mereka mati-matian untuk mendapat Gracenote Anda.

So that is my death wish.

Itulah permohonan saya sebelum meninggal.

That you see how your note, no matter what form it takes,

Bahwa Anda melihat catatan Anda, bagaimanapun bentuknya,

is like an oasis in a desert of people

seperti halnya sebuah oase di tengah padang pasir manusia

who are thirsty to know they're making a difference.

yang haus akan keingintahuan apakah mereka membuat sebuah perbedaan.

Like my dad said,

Seperti yang ayah saya bilang,

it's better than having a eulogy read over a casket.

ini lebih baik dibandingkan eulogi yang dibacakan di depan peti mati.

Thank you.

Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)