Why don’t companies want you to repair your stuff? - Aaron Perzanowski

Translator: Hygna Husada Reviewer: Reno Kanti Riananda

For centuries, to build any device,

Selama berabad-abad, untuk membuat berbagai peralatan,

artisans had to painstakingly cut every screw, bolt, or nut by hand.

pengrajin bekerja keras memotong tiap sekrup, baut, atau mur secara manual.

But all this changed in the 1790s,

Namun, semua ini berubah pada tahun 1790-an,

when British metalworker Henry Maudslay developed this highly precise lathe.

saat pandai besi Inggris, Henry Maudslay, mengembangkan alat bubut presisi tinggi.

Suddenly, these previously handmade components

Tiba-tiba, komponen yang sebelumnya diproduksi secara manual

could be reproduced mechanically, and at scale.

dapat diproduksi dalam skala besar menggunakan mesin.

This may seem like a simple innovation, but it had a profound effect on the world.

Penemuan ini mungkin terdengar sederhana, tetapi efeknya luar biasa pada dunia.

The standardization of these parts helped usher in the Industrial Revolution.

Adanya standardisasi komponen ini memungkinkan terjadinya Revolusi Industri.

Mulai dari mobil hingga peralatan rumah tangga,

From cars to home appliances,

the 20th century was defined by mass production

abad ke-20 dikenal dengan dimulainya produksi massal

and readily available interchangeable parts.

dan suku cadang yang selalu tersedia.

This made repairing items relatively easy.

Hal ini membuat perbaikan suatu produk menjadi lebih mudah.

If your shower head gasket failed

Jika penyekat pada pancuran Anda rusak

or the hose for your washing machine sprang a leak,

atau keran mesin cuci bocor,

a hardware store likely carried replacements.

toko perkakas kemungkinan menyimpan suku cadangnya.

Today, interchangeable parts are as important as ever for mass production.

Di masa sekarang, suku cadang sama vitalnya dalam produksi massal.

However, some companies are working hard to prevent consumers

Namun, beberapa perusahaan berusaha mencegah konsumen

from swapping out components on their own.

untuk menukarkan suku cadang mereka sendiri.

In many cases, repair can only be done by the original manufacturer, if at all.

Dalam banyak kasus, reparasi hanya dapat dilakukan oleh pabrik aslinya,

itu pun jika mungkin.

With limited repair options available,

Dengan keterbatasan opsi perbaikan yang tersedia,

we end up buying new and throwing more items out.

kita akhirnya membeli barang baru dan membuang barang yang lama.

This is especially true for electronics.

Fenomena ini sangat nyata pada perangkat elektronik.

In 2022, we discarded about 62 million tons of e-waste,

Pada tahun 2022, terdapat 62 juta ton limbah elektronik

along with billions of dollars’ worth of precious metals inside of them.

termasuk logam berharga seharga jutaan dolar di dalamnya.

So how exactly do companies prevent repair?

Jadi, bagaimana tepatnya perusahaan mencegah perbaikan?

Some make it physically more difficult to fix items.

Beberapa membuat perbaikan barang menjadi lebih sulit secara fisik.

They can glue parts in place rather than using screws.

Mereka dapat merekatkan bagian-bagiannya daripada menggunakan baut.

Others limit the information they share with consumers,

Sebagian membatasi informasi yang mereka bagikan dengan konsumennya,

seperti memblokir akses publik ke informasi dan skema produknya.

like blocking public access to product information and schematics.

During the pandemic, for instance,

Selama pandemi, sebagai contoh,

when hospitals struggled to maintain breaking medical equipment,

ketika rumah sakit berusaha keras untuk menangani kerusakan peralatan medis,

the repair company iFixit compiled a comprehensive database

perusahaan reparasi iFixit mengumpulkan database yang komprehensif

of repair manuals for hospitals to use.

mengenai panduan reparasi untuk digunakan oleh rumah sakit.

Yet manufacturers like Steris fought for them to be taken down.

Namun, produsen seperti Steris berjuang agar produk tersebut diturunkan.

Yet perhaps the most important, yet least obvious, way companies limit repair

Cara terpenting perusahaan membatasi perbaikan secara tidak kentara

is by preventing the interchangeability of parts.

adalah dengan mencegah pertukaran suku cadangnya.

In a process known as parts pairings,

Pada proses yang disebut pemasangan komponen,

companies assign individual parts like screens, batteries, or sensors

perusahaan menetapkan suku cadang seperti layar, baterai dan sensor

a unique serial number.

dengan nomor seri yang unik.

Perangkat lunak internal pada alat mendeteksi jika ada penggantian komponen

The device's internal software can then detect if those components are replaced

and limit their functionality as a result.

dan membatasi fungsinya

If you swap the screen on two brand new iPhones, for example,

Jika kamu mengusap layar pada dua iPhone baru, contohnya,

the automatic brightness adjustment will no longer work.

pengaturan kecerahan otomatisnya tidak akan berfungsi lagi.

In other cases, unauthorized replacements can cause the device

Pada kasus lain, penggantian tidak sah dapat menyebabkan peralatan

to stop functioning altogether.

berhenti berfungsi sepenuhnya.

If a farmer uses an independent shop to repair certain parts

Jika petani menggunakan toko mandiri untuk memperbaiki komponen

in a John Deere tractor,

traktor keluaran John Deere,

it won’t operate until a company technician authenticates the new part

traktor tidak bisa hidup sampai teknisi melakukan autentikasi komponen baru

using authorized software.

menggunakan piranti lunak resmi.

With only a limited number of company technicians available,

Dengan jumlah teknisi yang terbatas,

this can easily create a bottleneck,

hal ini dapat memperlambat segalanya,

costing farmers precious time and money, and even jeopardizing crops.

membuat petani kehilangan waktu dan uang, bahkan merusak panen

Perusahaan juga dapat menggunakan piranti lunak untuk memberi peralatan

Manufacturers can also use software to give devices

predetermined end-of-life dates,

tanggal masa berlaku yang ditentukan sebelumnya,

after which, they no longer receive important updates,

setelah itu, peralatan tidak lagi menerima pembaruan penting,

and slowly become unusable.

dan perlahan tidak bisa digunakan lagi.

All this gives manufacturers unprecedented control over the products we buy

Hal ini memberi produsen kendali yang belum pernah ada sebelumnya

dan membatasi solusi kita untuk memperbaikinya.

and limits the way we repair them.

Critics liken these tactics to a form of planned obsolescence,

Kritikus menyamakan taktik ini dengan bentuk keusangan yang direncanakan,

a manufacturing strategy where a product is deliberately designed to fail,

sebuah strategi manufaktur yang sengaja merancang produk untuk gagal

to keep both demand and profits high.

untuk menjaga permintaan dan keuntungan tetap tinggi.

Namun, pabrik-pabrik menawarkan dua argumen tandingan sebagai alasan.

But companies pose two main arguments in defense of these practices.

First, they claim that giving consumers and third-party repair shops

Pertama, dengan memberikan konsumen dan pihak ketiga depot perbaikan

access to their software could create cybersecurity risks.

akses ke piranti lunak mereka dapat meningkatkan risiko keamanan siber.

They also argue that they could be liable if a product malfunctions

Mereka juga berpendapat bahwa mereka dapat dituntut jika produk rusak

after a third party or consumer repair.

setelah perbaikan oleh pihak ketiga.

A shoddy repair to a medical device, for instance,

Perbaikan sembrono terhadap peralatan medis, misalnya,

could have deadly consequences, and the manufacturer could be blamed.

dapat berdampak mematikan, dan produsen dapat disalahkan.

However, major reports, like those from the US Federal Trade Commission

Akan tetapi, laporan-laporan dari Badan Perdagangan Federal AS

and the Food and Drug Administration find little support for these company claims.

serta Badan Pengawasan Obat dan Makanan tidak menemukan bukti kuat atas klaim itu.

Parts pairing and repair limiting practices

Praktik pembatasan pada pemasangan dan perbaikan komponen

are now being closely scrutinized in courts all over the world,

sedang diteliti secara mendalam di seluruh pengadilan di dunia,

as consumers fight for the right to repair.

konsumen menuntut haknya untuk melakukan perbaikan sendiri.

Colorado dan Oregon meloloskan UU pelarangan pemasangan komponen

And states, including Colorado and Oregon, have passed laws banning parts pairing.

Community-led movements have also taken root.

Pergerakan berbasis komunitas juga mulai bertumbuh.

Over 2,500 cities across the globe, from Amsterdam to Boise to Bangalore,

Lebih dari 2.500 kota di seluruh dunia, dari Amsterdam, Boise, hingga Bangalore

have established repair cafes.

telah membangun depot reparasi.

Di sini, orang-orang saling berdagang dan bertukar pengetahuan,

Here, people trade and share their knowledge,

reinvigorating a culture of repair

menghidupkan kembali budaya reparasi,

at a time when it often feels easier to toss our things than fix them.

di saat membuang barang terasa lebih mudah daripada memperbaikinya.