How to Share Public Money Fairly | Maja Bosnic | TED

Translator: Rizki Febriani Reviewer: Maria Nainggolan

So I come from Bosnia.

Saya berasal dari Bosnia.

I mean, I live in Sweden now,

Sekarang saya tinggal di Swedia,

but you don't need to know my whole life story.

tapi kalian tidak perlu tahu seluruh kisah hidup saya.

But the story that I do want to share is from my home country.

Tapi kisah yang ingin saya bagikan berasal dari kampung halaman saya.

So close to 50 percent of the land in Bosnia

Hampir 50 persen tanah di Bosnia

is dedicated to agriculture and farming.

didedikasikan untuk pertanian dan perkebunan.

So the government decides to support farmers,

Sehingga pemerintah memutuskan untuk mendukung petani,

to set up a budget,

dengan membuat anggaran,

to set up the requirements for the people to receive the budget,

menentukan syarat orang-orang menerima anggaran itu,

and then to disburse the funds.

dan kemudian membelanjakan anggarannya.

So they do that, and towards the end of the process,

Mereka melakukannya, dan pada akhir proses,

they decide to analyze who really received these funds.

mereka memutuskan untuk menganalisa siapa yang menerima dana ini.

And they did that,

Ketika mereka melakukannya,

and the Ministry of Agriculture was shocked,

Menteri Pertanian terkejut,

because only one group of citizens received 90 percent of these funds.

karena hanya satu kelompok masyarakat yang menerima 90% dari anggaran ini.

And those were men, men working in agriculture.

Dan itu adalah laki-laki, laki-laki yang bekerja di bidang pertanian.

So where were the women?

Jadi dimana perempuannya?

Why didn't they have access to the funds?

Mengapa mereka tidak punya akses ke anggaran ini?

The Minister of Agriculture was surprised, because they didn't mean to discriminate.

Menteri Pertanian terkejut, mereka tidak bermaksud mendiskriminasi.

They knew there were women working in agriculture, right?

Mereka tahu kan ada perempuan yang bekerja di bidang pertanian juga?

So they went back and analyzed the situation.

Jadi mereka kembali dan menganalisa situasi.

And the problem was -- well, there were three things.

Dan masalahnya adalah -- ternyata ada tiga hal.

The first thing is they didn't even know the gender of farmers,

Pertama mereka tidak tahu gender dari para petani,

because they'd never done gender analysis before.

karena mereka tidak pernah melakukan analisis gender sebelumnya.

So actually, they did know the sex disaggregation of cows,

Sebenarnya mereka tahu disegregasi jenis kelamin sapi,

but not of people.

tapi tidak manusia.

(Laughter)

(Tertawa)

I will let that sink a bit --

Saya akan membiarkan Anda meresapinya --

because gender is unimportant.

karena gender tidak penting.

The second issue is that the way they were distributing the funds

Masalah kedua adalah cara mereka mendistribusikan anggaran

could not possibly reach women.

tidak mungkin diakses perempuan.

Why? Because one of the conditions to get this subsidy

Mengapa? Karena salah satu syarat mendapatkan subsidinya

was to give out a land ownership certificate,

adalah menunjukkan sertifikat kepemilikan tanah,

and we know that traditionally, women do not own land.

dan kita tahu secara tradisional, perempuan tidak punya tanah.

And the second problem was that women didn't even know.

Dan masalah kedua adalah perempuan bahkan tidak tahu.

Why? Because the information was shared at forums that they do not participate in.

Mengapa? Karena informasi hanya dibagikan di forum yang tidak mereka ikuti.

But the story has a happy end, because when the ministry realized this,

Tapi kisah ini berakhir bahagia, karena ketika kementerian mengetahui ini,

they changed these provisions.

mereka mengubah aturannya.

And with the help of gender experts from Bosnia,

Dan dengan bantuan ahli gender dari Bosnia,

we now see more and more women getting funds every year.

saat ini kita lihat ada semakin banyak perempuan dapat anggaran tiap tahunnya.

So what is the point of this story?

Jadi apa pesan kisah ini?

The point is not only that we should have sex-disaggregated data on people,

Pesannya adalah kita harus punya data jenis kelamin terpilah pada manusia,

not only cows.

bukan hanya sapi.

(Laughter)

(Tertawa)

But it's also that we can budget fair and equitably,

Tapi juga kita bisa mengalokasikan dana dengan adil dan merata,

but we can't just run numbers blindly.

tapi kita tidak bisa membagikannya dengan membabi buta.

We need to know the faces of the people that we are serving with public funds.

Kita perlu tahu wajah orang-orang yang kita layani dengan anggaran negara.

So this is really the heart of gender-responsive budgeting,

Ini adalah jantung dari anggaran responsif gender,

or as I like to think of it, and maybe you, too,

atau seperti yang saya sering pikirkan, dan mungkin kalian juga,

common-sense budgeting.

anggaran yang masuk akal.

(Laughter)

(Tertawa)

So, I'm an economist,

Saya seorang ahli ekonomi,

I work with public finance, so public finance and budgets,

saya bekerja dengan keungan publik, juga keuangan publik dan anggaran,

but my specialty is helping governments inject a gender perspective

tapi keahlian saya adalah membantu pemerintah punya perspektif gender

in their financial decisions and budgets.

dalam pengambilan keputusan keuangan dan anggaran.

OK, so budgets are fairly simple, straightforward,

Ok, jadi anggaran itu lumayan simpel dan langsung,

as it was introduced,

seperti yang diperkenalkan,

and now, you are thinking,

dan sekarang, kamu pikir,

"Well, that does not look fairly straightforward."

“Itu tidak kelihatan langsung.”

And it's intentionally done like that,

Dan memang itu sengaja dibuat seperti itu,

because this is how we often imagine the budget to be: so complex,

karena kita sering kali memikirkan anggaran sebagai: sulit,

so technocratic, bureaucratic we don't even want to engage.

teknokratik, birokratism dan kita tidak mau terlibat didalamnya.

But the reality is very different than that.

Tapi kenyataannya sangat berbeda.

In fact, all our budgets,

Faktanya, semua anggaran kita,

be it your own budgets or public budgets, or company budgets,

baik anggaran pribadimu, anggaran negara, atau anggaran perusahaan,

go through the four logical steps.

melalui 4 tahapan logis.

The first step is, of course, we are calculating our revenues.

Pertama, tentu, menghitung pemasukan kita.

In the sense of the state, it would be taxes and fees, right?

Dalam konteks negara, ini termasuk pajak dan pendapatan, kan?

The second step is budget approval.

Kedua, penyesuaian penggunaan anggaran.

After we figure out what we will do with the funds,

Setelah kita tahu untuk apa anggaran tersebut,

it goes to the approval of the parliament.

ini harus disetujui oleh parlemen.

And then, the third step, my personal favorite,

Dan ketiga, bagian favorit saya,

is spending, or budget execution.

pengeluaran, atau eksekusi anggaran.

Ideally, according to priorities -- not my personal favorite.

Secara ideal, berdasarkan prioritas -- bukan hal favorit saya.

And then, we go into control and budget oversight.

Dan kemudian, kita ke evaluasi kontrol dan anggaran.

So whether we have actually spent the money as we planned,

Jadi apakah kita benar-benar menghabiskan uang sesuai rencana,

and also, whether we have achieved the objectives.

dan juga, apakah kita meraih tujuannya.

So in the sense of the state,

Dalam konteks negara,

it would be an increased level of education,

ini berarti peningkatan level pendidikan,

decreased level of poverty.

pengurangan level kemiskinan.

In the sense of the companies, it would be profit or income.

Dalam konteks perusahaan, ini adalah keuntungan atau pemasukan.

You see where I'm going.

Kamu bisa lihat arahnya.

So what is really wrong with that?

Jadi apa yang salah?

It sounds perfectly logical.

Kedengarannya sangat logis.

Well, what is wrong with that

Yang salah adalah

is that traditionally, in most countries, if not all around the world,

secara tradisional, di banyak negara, jika tidak di seluruh dunia,

we assume, when we are planning the budget funds,

kita berasumsi, ketika kita merencanakan anggaran

that we are targeting one universal, homogenous human

kita menargetkan manusia yang homogen dan universal

that will have the same access to funds, the same needs, almost.

yang punya akses yang sama dana, kebutuhan yang sama bahkan.

And then, a situation such as this one in the Ministry of Agriculture happens;

Kemudian, situasi di Kementerian Pertanian terjadi;

then, we are surprised that our funds didn't really reach everybody.

kita terkejut dana kita tidak menjangkau semua orang.

So, what I want to also say here, what do we then do about that?

Jadi, saya ingin bilang disini, apa yang akan kita lakukan?

In Ukraine, the government has analyzed close to 300 budget programs.

Di Ukraina, pemerintah telah menganalisa sekitar 300 program anggaran.

And when I say “budget programs,”

Dan saat saya bilang “program anggaran,”

these are expenditures in health, education, sports,

ini adalah pengeluaran untuk kesehatan, pendidikan, olahraga,

infrastructure, defense --

infrastuktur, pertahanan --

anything you can think of that is funded with public funds.

apa pun yang kalian pikirkan yang didanai oleh uang negara.

And in every single one of these programs, we have found gender gaps.

Dan di semua program ini, kita menemukan kesenjangan gender.

Kita menemukan kesenjangan gender yang besar.

We have found big gender gaps.

And these gender gaps were usually on account of women --

Dan kesenjangan gender ini biasanya terjadi pada perempuan --

they didn't have access.

mereka tidak punya akses.

And why did this happen?

Dan mengapa ini terjadi?

Ini terjadi karena petugas keuangan hanya melakukan tugas mereka,

It happened because finance officers were just doing their jobs,

and they were doing it really well.

dan mereka melakukannya dengan baik.

They were planning for economic effectiveness, efficiency,

Mereka merencanakan ekonomi yang efektif dan efisien,

value for money ...

menghargai uang ...

We really love value for money.

Kami benar-benar menghargai uang.

Performance budgeting, medium-term --

Membuat anggaran, jangka menengah --

all of these very valid economic objectives,

semua ini adalah tujuan ekonomi yang valid,

very valid goals,

tujuan yang sangat valid,

but we really didn't account for the needs of the people

tapi kita tidak memikirkan kebutuhan orang-orang

that we are serving with these funds.

yang kita layani dengan uang ini.

And let me illustrate that.

Izinkan saya mengilustrasikannya.

So we have analyzed the program for tuberculosis.

Kami menganalisa program tuberkulosis.

So, treatment of patients with tuberculosis.

Pengobatan untuk pasien tuberkulosis.

And you may be now asking,

Dan sekarang kalian bertanya,

"OK, but you know, you need to treat the patient.

“Ok, tapi kamu tahu, kamu harus mengobati pasien.

Why is gender important here?"

Mengapa gender jadi penting di sini?

But when we have done the analysis,

Tapi ketika kami melakukan analisa,

we have actually seen that 70 percent

kami menemukan bahwa 70 persen

of the patients with tuberculosis were men.

pasien tuberkulosis adalah laki-laki.

And tuberculosis is a big issue in Ukraine.

Dan tuberkuloasis adalah masalah besar di Ukraina.

And these were men living in remote areas, in rural areas, working in mines.

Laki-laki ini tinggal di daerah terpencil, di pedalaman, bekerja di pertambangan.

However, the preventive measures and the way they were designed,

Tapi, program pencegahan dan desain program tersebut

they didn't account for it.

tidak mempertimbangkannya.

They were actually targeting those sectors,

Mereka menargetkan sektor

such as education and health,

seperti pendidikan dan kesehatan,

where women traditionally dominate.

yang didominasi perempuan.

And this is fine,

Dan ini baik,

but they really didn’t account for the needs of the men in these groups.

tapi tidak memperhatikan kepentingan laki-laki di kelompoknya.

And why?

Mengapa?

Because gender equality was not important in the budget decision.

Karena kesetaraan gender tidak penting dalam perencanaan keuangan.

So what I'm trying to illustrate here

Jadi apa yang coba saya gambarkan

is not only that we need to account for gender equality

adalah bukan hanya kita perlu mempertimbangkan kesetaraan gender

to achieve our objectives of equality,

untuk meraih tujuan kesetaraan kita,

but we also need to account for it to make more common-sense budgetary decisions,

tapi kita juga perlu akal sehat untuk membuat perencanaan anggaran

more effective and efficient budgets.

yang lebih efektif dan efisien.

So how do we do that?

Bagaimana kita melakukannya?

It looks equally entertaining,

Ini kelihatannya sama menyenangkannya,

but now, we also add gender,

tapi sekarang, kita juga menambahkan gender,

so it's a total mess, and we would think, "How do we even go about that?"

jadi ini lebih kacau, dan kalian berpikir, “Bagaimana kita melakukannya?”

But of course, it's not as complex as that,

Tapi tentu, ini sebenarnya tidak sekompleks itu,

because in the heart of this work is gender analysis.

Karena jantung dari pekerjaan ini adalah analisis gender.

And what do I mean by that?

Dan apa yang saya maksud?

Jadi ketika kita merencanakan, sebagai petugas keuangan,

So when we are planning, as finance officers,

any financial or fiscal decision,

kebijakan keuangan atau fiskal,

meaning when we are planning introducing a new tax, for example,

artinya ketika kita berencana mengenalkan pajak baru, misalnya,

the core is to analyze how will that influence

intinya adalah menganalisa bagaimana itu mempengaruhi

different groups in a society?

kelompok yang berbeda di masyarakat?

So will we have our gender gaps increased --

Akankah kesenjangan gender meningkat --

we don’t want to do that --

kita tidak mau hal itu terjadi --

reduced or leave the status quo?

berkurang atau tetap pada status quo?

So, of course, we want to reduce them,

Tentu, kita ingin menguranginya,

and I just want to put it here as well,

dan saya juga ingin menyampaikan di sini,

in most countries -- not all, unfortunately,

di banyak negara -- tidak semua, sayangnya,

but in a lot of countries around the world,

tapi di banyak negara di dunia,

we have a very solid legislative framework for gender equality.

kita memiliki kerangka kerja legislatif yang solid untuk kesetaraan gender.

We have commitments.

Kita punya komitmen.

But when it comes to budget and finance,

Tapi ketika sampai pada anggaran dan keuangan,

that's where, suddenly, the story evaporates.

itu dimana, tiba-tiba, semuanya menguap.

So when it comes to money,

Ketika berhadapan dengan uang,

it's not really analyzed for gender impact.

itu tidak benar-benar dianalisa dampak gendernya.

So this is really important,

Jadi ini benar-benar penting,

and we do this in, as I said, three steps.

dan kita melakukan ini, seperti saya katakan, dalam 3 langkah.

I will take you very fast through these steps, don't worry.

Saya akan membawa Anda dengan cepat melalui 3 langkah ini.

So the first step is really to do a situation analysis.

Langkah pertama adalah melakukan analisis situasi.

So in our agriculture example,

Misalnya di bidang pertanian,

if we had done a situation analysis,

jika kita melakukan analisis situasi,

and if we had known the gender gaps in this sector,

dan jika kita kesenjangan gender di sektor ini,

we wouldn't have been surprised.

kita tidak akan terkejut.

We would have known that women do not own land,

Kita akan tahu perempuan tidak memiliki tanah,

so we wouldn't give this as a requirement,

sehingga kita tidak menjadikan ini sebagai syarat,

and we would definitely have known that we need to inform them

dan kita pasti tahu untuk memberikan informasi pada perempuan

in a different way.

dengan cara yang berbeda.

So this is the first step.

Ini adalah langkah pertama.

The second step is related to my example with sex disaggregation,

Langkah kedua berkaitan dengan contoh disegregasi jenis kelamin,

you will remember from the beginning.

kalian akan ingat dari awal.

So we really need to know the beneficiaries

Jadi kita perlu tahu penerima

that we are trying to serve.

yang kita ingin layani.

And now you are thinking, "This sounds very obvious,"

Dan sekarang Anda pikir, “kelihatannya sangat jelas,”

but it's not done.

tapi itu tidak dilakukan.

And the third step, of course, is to know the procedures.

Dan langkah ketiga, tentu, untuk mengetahui prosedurnya.

How will we give this budget out, who will have access?

Bagaimana kita mendistribusikan anggarannya, siapa yang bisa mengakses?

What will be the excluded groups?

Siapa yang berada dalam kelompok yang dikecualikan?

And that's it.

Itu saja.

And now, I will just share some good news, I think.

Dan sekarang, saya akan membagikan beberapa kabar baik.

It's that around 80 countries around the world

Sekitar 80 negara di seluruh dunia

are working with gender budgeting.

bekerja dengan anggaran responsif gender.

And please, if you have an interest,

Dan tolong, jika Anda tertarik,

just see if your own country is one of them.

coba lihat lah apakah negara Anda adalah salah satunya.

But when I say they are working with gender budgeting,

Tapi saat saya bilang mereka bekerja dengan anggaran gender,

that does not mean that their whole budget is gender-responsive.

tidak berarti seluruh anggaran mereka responsif gender.

That would be my dream.

Itu akan menjadi mimpi saya.

But my personal hero is Austria. Why?

Pahlawan pribadi saya adalah Austria. Mengapa?

Because they have gender budgeting entrenched in the constitution.

Karena mereka menuliskan anggaran gender dalam konstitusi mereka.

So that means that in Austria,

Artinya di Austria,

it cannot happen that you have an investment project

jika Anda punya proyek investasi Anda tidak bisa

that you are doing without considering gender

melakukannya tanpa mempertimbangkan gender

and gender equality.

dan kesetaraan gender.

Canada -- feminist government, gender-balanced cabinet --

Kanada -- pemerintahan yang feminis, dengan kabinet seimbang gender --

and they are doing gender budgeting,

dan mereka melakukan anggaran gender,

but they are taking into account the needs of Indigenous groups of people.

tapi mereka juga mempertimbangkan kebutuhan masyarakat adat.

So this is also something that we want to do

Ini juga sesuatu yang ingin kita lakukan

and we have to do.

dan kita harus melakukannya.

Let me take you to Morocco.

Izinkan saya mengajak Anda ke Maroko.

Morocco is working with gender budgeting for 20 years.

Maroko bekerja dengan anggaran gender selama 20 tahun ini.

Indonesia, with the help of the World Bank,

Indonesia, dengan bantuan Bank Dunia,

has just analyzed their whole budget system

baru menganalisa keseluruhan sistem anggaran mereka

to make it more gender-responsive.

untuk membuatnya responsif-gender.

And I need to take you again to Bosnia,

Dan saya perlu mengajak Anda ke Bosnia,

because I did start with that example.

karena saya memulainya sebagai contoh.

Balkan countries are doing fantastic work, with the help of UN Women.

Negara Balkan melakukan kerja yang hebat, dengan bantuan UN Women.

So there is a lot of work happening,

Jadi ada banyak pekerjaan yang terjadi,

and I am now coming to an end,

dan sekarang saya hampir selesai,

because you might now be wondering,

karena Anda mungkin bertanya-tanya,

"OK, but what is in it for me?" in a sense.

“Ok, tapi apa untungnya buat saya?”

"You are talking about public budgets,

“Anda bicara soal anggaran negara,

but I work in a company or NGO, or I'm self-employed," doesn't matter.

tapi saya bekerja di perusahaan atau LSM, atau wirausaha,” ini tidak penting.

So what is it? Why is it important for us?

Jadi apa? Apa pentingnya bagi kita?

Because this is our money.

Karena ini adalah uang kita.

These are our budgets.

Ini adalah anggaran kita.

We are filling these budgets --

Kita mengisi anggaran itu --

it's not some abstract money out there,

ini bukan uang abstrak di luar sana,

so we have the right to demand it to be equitable, to be fair.

jadi kita punya hak untuk menuntutnya untuk lebih merata, lebih adil.

That's one thing.

Itu satu hal.

So it is important for countries, it's important for companies.

Juga penting untuk negara, juga penting untuk perusahaan.

Of course, we should ask who is making decisions,

Kita harus bertanya siapa yang membuat keputusan,

whose needs are being satisfied.

kebutuhan siapa yang dipenuhi.

And also, maybe, families.

Dan juga, mungkin, keluarga.

But who really has the voice, who is making decisions?

Tapi siapa yang sebenarnya punya suara, siapa yang membuat keputusan?

It's interesting just to see, and then, to maybe be surprised,

Menarik untuk melihat, dan kemudian, Anda mungkin terkejut,

that these ministries are not.

bahwa bukan kementerian ini.

So if you are interested, you are literally one click away --

Jadi jika Anda tertarik Anda hanya perlu satu klik saja --

and I'm aware this sounds like a sales pitch,

dan saya sadar ini terdengar seperti suara sales,

but I am selling you the work of many, many gender-budgeting experts

tapi saya menjual pada Anda pekerjaan banyak orang, banyak ahli anggaran gender

around the world,

di seluruh dunia,

who have been, for years, working with these concepts.

yang sudah, selama bertahun-tahun bekerja dengan konsep ini.

So you have such a wealth of material

Jadi Anda memiliki materi yang kaya

from UN Women, IMF, different scholars,

dari UN Women, IMF, banyak ahli berbeda,

World Bank, Swedish government ...

Bank Dunia, pemerintah Swedia ...

doesn’t matter, I will not go into all the wealth of materials.

tidak penting, saya tidak akan membawa banyak materi kaya itu.

So it's all out there.

Itu semua ada di luar sana.

And if we do that, we will have the budgets

Dan jika kita melakukannyam kita punya anggaran

that will not only lead to gender equality,

yang bukan hanya mengarahkan pada kesetaraan gender,

which is an amazing objective in itself,

yang merupakan tujuan yang baik,

but we will have better, more effective, more efficient, more fair budgets.

tapi kita akan punya anggaran yang lebih efektif, lebih efisien dan lebih adil.

What's not to like?

Apalagi yang kurang?

So I hope next time we meet, maybe here again,

Saya harap pertemuan kita berikutnya, mungkin di sini lagi,

this type of gender-responsive budgeting will be called "budgeting."

anggaran responsif gender ini akan disebut sebagai “anggaran.”

Thank you.

Terima kasih.

(Applause and cheers)

(Tepuk tangan dan sorakan)