What Women Athletes Need to Unlock Their Full Potential | Kate Ackerman | TED

Translator: dyah ayu kusumastuty Reviewer: Made Pramana

I want you all to imagine a place where female athletes could come

Saya ingin Anda membayangkan sebuah tempat

di mana atlet perempuan bisa datang

and they could get interdisciplinary medical care

dan mendapatkan perawatan medis interdisipliner

and they could get the answers to their questions

serta jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mereka

so that they could achieve peak performance

sehingga mereka bisa mencapai performa terbaik sepanjang masa hidupnya.

throughout their life span.

Where they could get educated

Tempat mereka mendapat pengetahuan

about the physical changes that happen during puberty,

tentang perubahan fisik yang terjadi selama pubertas,

where they could learn how to use their menstrual cycle

tempat mereka bisa belajar cara menggunakan siklus menstruasi

to their performance advantage,

untuk keuntungan performa,

where they could get sex-specific injury prevention advice,

tempat mereka bisa mendapatkan saran pencegahan cedera khusus perempuan,

where they could get nutritional advice,

tempat mereka bisa mendapatkan saran nutrisi, dukungan kesehatan mental,

mental health support,

tempat mereka bisa belajar cara berlatih selama masa kehamilan

where they could learn how to train through pregnancy and postpartum,

dan setelah melahirkan,

where they could learn how to train

serta tempat belajar cara berlatih melalui transisi menopause dan setelahnya.

through the menopausal transition and beyond.

We know that female sports involvement

Kita tahu bahwa keterlibatan perempuan dalam olahraga

correlates with female success.

berkorelasi dengan kesuksesannya.

So isn't it time that we started investing in our female athletes

Bukankah sudah saatnya kita mulai berinvestasi pada atlet perempuan kita

and giving what they need

dan memberikan apa yang mereka butuhkan

so that they can actually get to their full potential?

sehingga mereka bisa mencapai potensi penuh mereka?

So I was born in 1972.

Jadi saya lahir pada tahun 1972.

(Cheering)

(Sorak sorai)

That was a banner year, as we know,

Seperti yang kita tahu itu tahun yang penting,

because that was the year of Title IX.

karena tahun itu tahun Title IX.

And Title IX was this unbelievable legislation

Title IX adalah undang-undang yang luar biasa

that required that basically,

tentang adanya kesempatan yang sama untuk berolahraga bagi perempuan muda

there were equal sporting opportunities for girls and women

dan wanita

in federally funded programs.

dalam program-program yang didanai oleh pemerintah federal.

So it's not really surprising that I would grow up to be an elite athlete,

Jadi tidak heran kalau saya tumbuh menjadi atlet elit,

a sports medicine doctor, and a fierce advocate for women, right?

dokter medis olahraga, dan pembela gigih bagi perempuan, ya kan?

I mean, check me out.

Maksud saya, lihat saya.

Here I am crushing it in a three-legged sack race.

Ini ketika saya menang mudah pada balap karung tiga kaki.

(Laughter)

(Tertawa)

And I started very young doing surgery.

Dan saya sudah melakukan operasi sejak kecil.

This is me operating on my brother,

Ini saya pakai tang cucut mengoperasi usus buntu saudara laki-laki saya.

using a needle nose pliers to try to remove his appendix.

(Laughter)

(Tertawa)

Actually, I wasn't that sporty when I was a kid.

Sebenarnya, saya tidak terlalu suka olahraga ketika saya masih kecil.

I was much more into music and theater,

Saya lebih tertarik dengan musik dan teater, rambut besar,

big hair, big makeup, jazz hands.

riasan tebal, jazz hands (tren tari gerakan tangan).

(Laughter)

(Tertawa)

In fact, I didn't even pass

Kenyataannya, saya bahkan tidak lulus tes kebugaran fisik presiden di kelas enam.

the president's physical fitness test in sixth grade.

(Laughter)

(Tertawa)

I was too slow at the 50-yard dash.

Saya terlalu lambat pada lari (sprint) 50 yard.

Poor Mrs. Leonard, she really tried with me.

Kasihan Bu (Guru) Leonard, dia sangat bersabar dengan saya.

So no one was more surprised than I was

Jadi tidak ada yang lebih terkejut dibanding saya

when I got to college and I discovered rowing.

ketika saya ke perguruan tinggi dan menemukan olahraga dayung.

They just let me walk on.

Mereka membiarkan saya bergabung

There were no cuts, and I was not good.

tanpa seleksi,

dan saya tidak bagus dalam olahraga itu.

But I loved it and I was determined to figure it out.

Tapi saya menyukainya dan bertekad mempelajarinya.

And that's where my journey began as a female athlete,

Dan dari sanalah perjalanan saya dimulai sebagai atlet perempuan,

where I learned so many of those lessons that we all learn from sport:

tempat saya belajar begitu banyak nilai-nilai olahraga:

teamwork, perseverance, grit.

kerja sama tim, ketekunan, kegigihan.

I admit, I was a late bloomer,

Saya akui, perkembangan saya lambat,

but I still reap so many of those benefits that girls get from athletic involvement.

tapi saya masih menerima banyak sekali manfaat yang perempuan dapatkan

dari partisipasinya dalam atletik.

I had improved fitness,

Saya memiliki kebugaran yang lebih baik,

overall better health, more confidence.

kesehatan yang lebih baik secara keseluruhan, lebih percaya diri.

We know that studies show that sports participation in girls in high school

Studi menunjukkan bahwa partisipasi perempuan muda di sekolah menengah atas

dan perempuan dewasa di universitas

and women in college

correlates with better GPAs and higher graduation rates.

berkorelasi dengan kenaikan nilai GPA dan tingkat kelulusan.

Saya mengalami statistik itu.

I lived that statistic.

I got good grades and I found my people.

Saya mendapatkan nilai bagus dan menemukan teman-teman.

And eventually I even made the varsity.

Saya bahkan masuk tim utama.

And so by the time I graduated, I was hungry for more.

Jadi setelah saya lulus, saya ingin mencapai lebih banyak lagi.

I wanted to see what my potential was.

Saya ingin tahu potensi saya.

So I kept rowing, lots of rowing, lots of studying,

Jadi saya terus mendayung, banyak dayung, banyak belajar,

and I even made the US national team.

dan bahkan saya berhasil masuk tim nasional Amerika Serikat.

I did that while I was at Johns Hopkins Medical School.

Ketika itu saya masih kuliah di Sekolah Kedokteran Johns Hopkins.

I don't really recommend that combination.

Kombinasi yang tidak saya rekomendasikan.

(Laughter)

(Tertawa)

But my sixth grade gym teacher was really proud.

Tapi guru olahraga saya di kelas enam sangat bangga.

(Laughter)

(Tertawa)

And I kept training.

Dan saya terus berlatih.

I did want to go to the Olympics, but I wasn't fast enough.

Saya ingin ke Olimpiade, tapi saya tidak cukup cepat.

There were only two spots for lightweight women

Waktu itu hanya ada dua tempat untuk Lightweight Pair Putri.

in the lightweight double.

Dan akhirnya saya harus pulang pada tahun 2000.

And so I had to head home in 2000.

Saya kembali ke sekolah kedokteran, dan saya menonton teman-teman saya

I went back to medical school,

and I watched my friends row in Sydney from patient rooms in the hospital,

mendayung di Sydney dari TV di ruang pasien rumah sakit.

on the TV.

But I really needed to shift my focus.

Tapi saya perlu mengganti fokus saya.

I still loved sports, and I had to figure out

Saya masih mencintai olahraga dan ingin mencari tahu,

how I was going to combine my medical career with women's sports.

cara menggabungkan karier medis dan olahraga untuk perempuan.

And I had learned a lot

Dan saya belajar banyak saat berada di Pusat Pelatihan Olimpiade.

from my time at the Olympic Training Center.

We really don't know if I ever reached my potential as an athlete,

Kami sungguh tidak tahu, apakah saya bisa mencapai potensi sebagai seorang atlet,

but that experience was so good for me.

tapi pengalaman itu sangat baik bagi saya.

I experienced a lot, I witnessed a lot.

Saya mengalami banyak hal, saya menyaksikan banyak hal.

Kami memiliki pelatih laki-laki

We had a male coach

who used to make us do a lot of the same workouts as the men.

yang membuat kami melakukan latihan seperti laki-laki.

It didn't matter whether we were lightweights or we were open weights,

Tidak peduli apakah kami di Lightweight Putri atau di Open Putri,

di Single Putri atau di Eight Putri.

whether we were in a single or an eight.

We did do lactate testing,

Kami memang melakukan tes laktat, tapi kami tidak cek darah

but we didn't get our blood checked for iron deficiency

untuk defisiensi zat besi atau nutrisi lainnya.

or other nutritional deficiencies.

Kami memang memiliki pengujian komposisi tubuh,

We had body composition testing,

but that was more for our coach to post

tapi itu untuk pelatih kami unggah dan tunjukkan kepada kami

and show us where we each could lose more fat.

bagian tubuh mana yang bisa kehilangan lebih banyak lemak.

A lot of the lightweights lost their menstrual cycle.

Banyak atlet Lightweight Putri kehilangan siklus menstruasinya.

We just thought that meant we were training hard

Kami pikir itu artinya kami telah berlatih dan berkerja keras,

and we were working really hard, and we we're nice and lean.

dan bertubuh bagus dan kurus.

Anda tahu, banyak dari kami mengalami citra tubuh yang buruk.

You know, a lot of us developed poor body image.

And at that time, most of us didn't know what the female athlete triad was.

Pada waktu itu, kebanyakan kami tidak tahu apa itu triad atlet perempuan.

This combination of low energy availability,

Ini kombinasi dari ketersediaan energi yang rendah

where you don't eat enough calories for how much you're expending,

ketika Anda tidak cukup kalori untuk kebutuhan energi yang Anda keluarkan,

menstrual dysfunction

disfungsi menstruasi,

and poor bone health and stress fractures.

dan kesehatan tulang yang buruk serta fraktur stres.

Kami memiliki seorang dokter yang akan berkunjung,

We had a doctor that would come in,

it was usually a different doctor every couple of weeks.

biasanya dokter berbeda setiap beberapa minggu sekali.

Tidak ada dokter yang menanyai siklus menstruasi

Nobody asked us about our periods, and we definitely didn’t talk about it.

dan pastinya kami tidak membicarakannya.

Anda tahu, bahkan atlet dari Open Putri juga memiliki masalah

You know, even the open-weight women had issues

where they would get urinary incontinence if they tried to do the track workouts.

karena mengalami inkontinensia urin jika melakukan latihan trek.

So they were always trying to dodge the track workouts.

Jadi mereka selalu menghindari latihan trek.

They'd come up with excuses so they could skip those practices.

Mereka akan cari alasan demi melewatkan latihan tersebut.

Dan kami bahkan tidak tahu bagaimana seharusnya perawatan medis normal itu.

And we didn't even know what normal medical care should be.

In rowing, a lot of us experienced rib stress injuries.

Di olahraga dayung, banyak dari kami mengalami cedera tulang rusuk.

So those happen from overtraining, underfueling or a combination.

Itu terjadi akibat latihan berlebihan, defisiensi nutrisi, atau kombinasinya.

And so we didn't know if it was appropriate or not

Kami tidak tahu pantas atau tidak

when we went to see the doctor about a rib stress injury

menemui dokter laki-laki saat cedera tulang rusuk di tubuh samping

that was off to the side

and he was doing a breast exam on all of us.

dan dia akan memeriksa payudara pada kami semua.

Dia tidak menjelaskan apa yang dilakukannya. Jadi kami tidak nyaman.

He didn't explain what he was doing.

We just didn't really feel comfortable with that.

Dia jelas tidak biasa menangani cedera atlet dayung.

He obviously wasn't familiar with rowers.

So I loved training with the other women,

Saya menyukai latihan dengan atlet perempuan lainnya,

but I didn’t really like the environment.

tetapi saya tidak suka lingkungannya.

And I thought that female athletes deserved more.

Dan saya berpendapat atlet perempuan pantas mendapatkan lebih.

So when I headed back to med school,

Jadi ketika saya kembali ke sekolah kedokteran,

saya menghubungi Komite Olimpiade AS,

I decided to contact the US Olympic Committee,

what's now known as the US Olympic and Paralympic Committee.

yang sekarang dikenal sebagai US Olympic and Paralympic Committee.

And I thought, wow, it would be so great

Saya pikir sangat bagus jika bisa bicara dengan perempuan yang melalui semua ini.

to talk to the women who've been through all of this.

Do they have a database

Apakah mereka memiliki database mantan atlet perempuan

of the former female athletes that have been involved in Olympic sports?

yang terlibat dalam Olimpiade?

They said, "Of course we do.

Mereka berkata, “Tentu kami punya. Kami punya kontak

We have contact information for over 700 people, 700 women."

lebih dari 700 orang, 700 perempuan."

I thought, awesome.

Saya pikir, luar biasa. Saya ingin sekali menyurvei mereka.

I would really like to survey them.

I'd like to ask them about their menstrual histories,

Saya ingin bertanya tentang riwayat menstruasi mereka,

about their fertility,

kesuburan mereka, berbagai cedera yang mereka alami.

about the different injuries they might have had.

How did they transition out of sport?

Bagaimana mereka bertransisi setelah berhenti?

What kind of exercise were they doing now?

Olahraga apa yang mereka lakukan sekarang?

What were their long-term health issues?

Apa masalah kesehatan jangka panjangnya?

And you know what the USOC said to me?

USOC (United States Olympic Committee) berkata pada saya, "Tidak mungkin".

"Hell, no."

"Why? This is a really good group of people.

"Kenapa? Mereka adalah kelompok yang bagus untuk kita pelajari?"

What a great group to learn from."

"Because we don't want to know.

"Karena kami tidak ingin tahu. Itu akan terlihat buruk bagi perempuan.

It'll look bad for women.

And what are we going to do about it?"

Dan apa yang akan kami lakukan dengan hal itu?”

Jadi, saya lakukan apa yang kebanyakan perempuan lakukan.

So I did what most women do.

I felt bad and thought it was my fault.

Saya merasa buruk dan berpikir itu salah saya.

“Yah, sial, saya tidak menjadi atlet Olimpiade.

"Well, shoot, I didn't become an Olympian.

So that's why they don't want to share it with me"

Itu sebabnya mereka tidak ingin berbagi” atau,

or, "I'm not done with med school yet.

“Saya belum selesai sekolah kedokteran. Mungkin itu alasan mereka tidak mau.”

That must be why they're not sharing this information."

Jadi saya lakukan seperti kebanyakan perempuan.

So then I did the other thing that women often do.

I decided to put my head down

Saya putuskan untuk memusatkan perhatian

and just get overeducated and overcompensate.

pada pendidikan dan mengkompensasi kekurangan saya.

So I finished med school.

Saya menyelesaikan sekolah kedokteran.

I went off and studied biostatistics and epidemiology

Saya belajar biostatistik dan epidemiologi di Harvard School of Public Health.

at the Harvard School of Public Health.

I went to Penn and did my internal medicine residency.

Saya menjalani residensi penyakit dalam di Penn.

And then I went back to Harvard and did a sports fellowship

Kemudian saya kembali ke Harvard mengambil fellowship olahraga dan endokrinologi.

and an endocrine fellowship.

At this point, my family, my friends,

Pada saat itu, keluarga, teman, dan rekan kerja menganggap saya gila.

my colleagues thought I was nuts.

Mereka bertanya, “Apa kamu akan terus melakukannya?

They were like, "Will you just get on with it?

Why are you doing all this schooling? What are you afraid of?

Mengapa kamu terus belajar? Apa yang kamu takutkan?

Dan jika kamu sungguh tertarik pada kedokteran olahraga,

And if you're really interested in sports medicine,

mengapa kamu tidak jadi dokter spesialis bedah ortopedi?”

why don't you become an orthopedic surgeon?"

Usually sports is just run by orthopedic surgeons.

Biasanya bidang olahraga dijalankan oleh dokter spesialis bedah ortopedi.

Well, I liked the OR,

Saya suka ruang operasi dan saya suka menonton dokter bedah

and I liked watching surgeons put bones back together

memperbaiki tulang dan merekonstruksi sendi.

and repair and reconstruct joints.

But I wanted to do something different with my career.

Tapi saya ingin melakukan sesuatu yang berbeda dengan karir saya.

I was more interested in physiology.

Saya lebih tertarik pada fisiologi.

Saya sungguh berpendapat kedokteran olahraga harus lintas disiplin.

I really thought that sports medicine should be interdisciplinary.

And I cared about endocrine, hormones and cardiovascular systems.

Dan saya tertarik pada endokrin, hormon, dan sistem kardiovaskular.

I cared about mental health and nutrition.

Saya tertarik pada kesehatan mental dan nutrisi.

So then ...

Jadi…

I was lucky to have a male boss who actually believed in me.

saya beruntung memiliki atasan laki-laki yang sungguh percaya pada saya.

He was a he-for-she,

Dia adalah seorang he-for-she,

an orthopedic surgeon who understood what I was saying.

seorang dokter spesialis bedah ortopedi yang mengerti apa yang saya katakan.

And in 2013, he gave me the opportunity to launch a female athlete program.

Dan pada tahun 2013, dia memberi saya kesempatan

memperkenalkan program atlet perempuan.

That same year,

Pada tahun yang sama, teman-teman saya dan saya berpikir

my friends and I thought it would be really cool

akan sangat keren untuk mengadakan konferensi atlet perempuan.

to throw a female athlete conference.

Now, we were scrappy,

Saat itu, kami kurang sumber daya.

but we just wanted to get coaches, athletes, parents,

Kami sebenarnya hanya ingin mengumpulkan pelatih, atlet, orangtua,

other medical professionals, all together

dan profesional medis lainnya

so that we could talk about what we need to know about female athletes.

untuk membicarakan apa yang perlu diketahui dari atlet perempuan.

If people knew better, they could do better.

Jika orang tahu lebih baik, mereka melakukan lebih baik.

Jadi kami ingin membagikan pengetahuan.

So we wanted to educate people.

We wanted to get the network together.

Kami ingin membangun jaringan bersama.

We wanted to collaborate.

Kami ingin melakukan kolaborasi.

So there were international people coming together

Jadi orang-orang di seluruh dunia bisa datang dan menggabungkan sumber daya.

and we were combining resources.

Dan kami ingin menginspirasi orang lain untuk melakukannya juga.

And we wanted to inspire other people to do this work.

Our first conference was at a small school outside of Boston.

Konferensi pertama kami diadakan di sebuah sekolah kecil di luar Boston.

They donated the space to us.

Mereka menyumbangkan ruangan pada kami.

Our out-of-town speakers stayed at my house.

Pembicara kami dari luar kota menginap di rumah saya.

Seiring waktu, kami semakin berkembang.

But over time, we've grown.

It's now an international biennial female athlete conference.

Sekarang menjadi konferensi atlet perempuan internasional dua tahunan.

The last one had people from over 32 countries.

Konferensi yang terakhir dihadiri lebih dari 32 negara.

And it’s something we really look forward to every year.

Dan sangat kami nantikan setiap tahun.

Kami telah membuat koneksi yang besar dan melakukan lebih banyak penelitian bersama.

We’ve made huge connections, and we’re doing more research together

because of these connections.

But there's so much more to do.

Tapi masih banyak yang harus dilakukan.

Kita tahu atlet perempuan masih tertinggal

We know that female athletes lag behind

in terms of their participation in sport

dibandingkan laki-laki dalam partisipasinya berolahraga.

compared to boys.

And this dropout rate really widens as girls go through adolescence.

Dan tingkat putus sekolah meluas ketika perempuan muda

melalui masa remajanya.

Jadi kita perlu melakukan lebih banyak

So we need to be doing more

karena kita tahu bahwa olahraga tidak hanya membantu kesehatan fisik dan mental,

because we know that sports actually doesn't only help with physical health

and mental health,

but it also helps propel girls into successful careers.

tetapi juga membantu mendorong perempuan muda pada karir yang sukses.

80 percent of female Fortune 500 executives were athletes.

80 persen eksekutif Fortune 500 perempuan adalah atlet.

94 percent of the women in C-suites did sports.

94 persen perempuan di C-Suite berolahraga.

But between 2014 and 2020,

Tapi antara tahun 2014 dan 2020,

when you look at the top sports exercise science journals,

ketika Anda melihat jurnal sains olahraga teratas,

only six percent of the publications,

hanya enam persen publikasi,

six percent of the articles, focused solely on women.

enam persen artikel yang secara khusus memfokuskan pada perempuan.

We've got to do better.

Kita harus melakukannya lebih baik.

We can't just apply studies and data from male rats

Kita tidak bisa menerapkan begitu saja hasil studi dan data dari tikus jantan,

and male humans to girls and women.

dan manusia laki-laki kepada perempuan muda dan perempuan dewasa.

We're different.

Kita berbeda.

So we kept plugging away,

Jadi kami terus bekerja keras, sampai kemudian datang tahun 2020.

and then 2020 hit.

And the world as we know it came to a screeching halt.

Dan dunia yang kita kenal berhenti tiba-tiba.

We were taking care of our family, our friends, our patients.

Kita merawat keluarga, teman, pasien.

We lost loved ones.

Kita kehilangan orang tercinta.

We became depressed and stressed, and our athletes did too.

Kita menjadi depresi dan stres, dan atlet kami juga begitu.

School was canceled.

Sekolah dibatalkan.

Sports were canceled.

Olahraga dibatalkan.

The Olympics were postponed.

Olimpiade ditunda.

And yet our female athlete clinic exploded

Meski begitu klinik atlet perempuan kami penuh

because our girls were handling the stress

karena perempuan muda kami menangani stres

by overexercising, underfueling, worrying about their body image.

karena olahraga berlebihan,

kekurangan nutrisi, khawatir dengan bentuk tubuh mereka.

They were getting injuries,

Akibatnya mereka cedera,

and they were getting severe eating disorders.

dan mengalami gangguan makan yang parah.

But two great things happened.

Namun terjadi dua hal yang luar biasa.

One, in a full-circle moment,

Pertama, secara tiba-tiba upaya saya mendapat tanggapan,

the new and improved US Olympic and Paralympic Committee contacted me

Komite Olimpiade dan Paralimpiade AS yang baru dan lebih baik menghubungi saya

and asked me if I would cochair

dan meminta saya menjadi co-chair

a newly-formed Women's Health Task force.

dalam Gugus Tugas Kesehatan Perempuan yang baru dibentuk.

What?

Hah?

Of course.

Tentu saja!

(Tepuk tangan dan sorak sorai)

(Applause and cheers)

They wanted me to determine the research needs

Mereka ingin saya menentukan kebutuhan penelitian

and develop treatment protocols for their athletes.

dan mengembangkan protokol pengobatan untuk atlet mereka.

Ini adalah era baru.

This was a new era.

Not only was I getting access to the database,

Saya tidak hanya mendapatkan akses ke database,

but they wanted transparency, and they wanted to work together

tapi mereka juga menginginkan keterbukaan dan kerjasama

to help solve the issues.

untuk bantu memecahkan permasalahan tersebut.

And the other cool thing that happened

Dan ada hal keren lain yang terjadi,

was that I was contacted by the advisor to a philanthropist.

yakni saya dihubungi oleh penasihat dari seorang filantropis.

Now, this is new territory for me.

Ini wilayah baru bagi saya. Saya belum pernah menerima telepon keren.

I don’t usually get these kind of cold calls.

But they wanted me to work with five other individuals,

Tapi mereka ingin saya bekerja dengan lima individu lain,

leaders from other institutions,

pemimpin-pemimpin dari institusi lain,

to help design and launch the Wu Tsai Human Performance Alliance.

untuk bantu merancang dan memperkenalkan Wu Tsai Human Performance Alliance.

They wanted us to work together

Mereka ingin bekerjasama untuk menemukan nilai-nilai performa terbaik,

to discover principles of peak performance,

translate those to youth athlete development,

untuk mengubahnya menjadi pengembangan atlet muda,

athletic excellence,

keunggulan atletik,

resiliency and healthy, long life spans.

ketangguhan, dan umur panjang yang sehat.

And they wanted me to lead the female athlete component of that.

Dan mereka ingin saya memimpin unit atlet perempuan.

OK, So that should be the end of my TED Talk,

Baiklah, itu jadi akhir dari pidato saya,

Yeay, seluruh dunia memang luar biasa. Ini mendorong kami bergerak.

woo, and the rest of the world is great.

But this propelled us,

this got us to keep moving.

We were already doing all this international work,

Melakukan pekerjaan skala internasional,

yang memberi kami energi lebih dan mempercepat prosesnya.

and this gave us more energy and sped up the whole process.

We were already working on sex and menstrual cycle effects

Kami berupaya mengatasi efek seks dan siklus menstruasi

on performance,

terhadap performa, banyak hal yang perlu kami pelajari.

there's so much more we need to learn there.

Kami sedang mengatasi defisiensi energi relatif pada olahraga (RED-S).

We are working on relative energy deficiency in sport.

We continue our work with learning about pregnancy and postpartum,

Kami terus bekerja sambil mempelajari kehamilan dan masa pasca melahirkan,

psychological resilience,

ketangguhan psikologis,

injury prevention and recovery,

pencegahan cedera dan pemulihan,

the intersections of race, gender, sexual orientation, class and ability,

persimpangan ras, gender, orientasi seksual, kelas sosial dan kemampuan fisik,

serta efek menopause.

as well as the effects of menopause.

Saya baru saja bilang akan berusia 50 tahun.

I just told you I'm pushing 50.

My teammates and I, we want to know what's coming.

Rekan tim dan saya, ingin tahu apa yang akan terjadi.

(Laughter)

(Tertawa)

But this is where you all come in.

Tapi disinilah Anda semua diperlukan.

Our sports systems, our medical systems,

Sistem olahraga, sistem medis, dan budaya kita, tidak dibangun

our cultures are not built for girls and women.

untuk perempuan muda dan wanita.

We don't have a one-stop shop,

Kita tidak punya pelayanan terpadu satu atap, fasilitas fisik untuk pekerjaan itu.

a physical facility to get all of this work done.

And people are looking to us, the Female Athlete Program,

Orang-orang mencari kami, Program Atlet Perempuan,

to build this center.

untuk membangun fasilitas ini.

We really are the ones who are supposed to be taking this deep dive.

Kami memang yang seharusnya melakukan penelitian mendalam ini.

Tapi kami perlu bekerja sama dan memiliki semuanya dalam satu atap.

But we need to be working together, and we need to have it all under one roof.

Seperti visi yang pernah kita bicarakan.

Like the vision we talked about.

Having the athletes come to us

Mengundang para atlet untuk memiliki semua fasilitas yang tersedia di satu tempat

and have all this stuff available in one place

and have sports scientists working together with them.

dan mengajak ilmuwan olahraga bekerja bersama mereka.

We want to do this so that we can be a model.

Kami ingin melakukan ini agar bisa menjadi sebuah contoh.

We're further along than anywhere else in the world,

Kami lebih maju dibanding tempat lain,

but they're looking to us so that we can be the model

tapi mereka mencari kami sebab kami bisa jadi model

untuk bantu membangun di tempat lain lalu bekerja sama dan membantunya tumbuh.

to help them build it elsewhere.

And we can collaborate and help let it grow.

We've been trying to launch this vision,

Kami coba memperkenalkan visi ini,

but we cannot just rely on Clara Wu and Joseph Tsai's generosity.

tapi kami tidak bisa hanya bergantung pada kemurahan hati Clara Wu dan Joseph Tsai.

We need to demand more from others.

Kami harus menuntut lebih banyak dari orang lain.

And so we need you to demand more from others.

Oleh karena itu kami butuh Anda menuntut lebih banyak dari pihak lain.

We need people to really invest.

Kami butuh orang benar-benar berinvestasi.

I'm talking about the sports companies,

Saya berbicara tentang perusahaan olahraga,

the medical institutions and other foundations.

lembaga medis, dan yayasan lainnya.

We don't just want lip service.

Kami tidak ingin janji kosong saja.

There are athletes who are afraid to tell their sponsors

Ada atlet yang takut memberitahu sponsor mereka

bahwa mereka ingin hamil karena takut kehilangan sponsor.

that they want to get pregnant

because they're afraid they'll get dropped.

Ada atlet yang tidak ingin berbicara ketika mereka cedera

There are athletes who don't want to speak up when they're injured

karena takut kehilangan sponsor.

because they're afraid they'll lose their sponsorship.

Tidak cukup hanya memasang plang, membuat bra olahraga yang cantik,

It's not good enough to just hang a shingle,

make a pretty sports bra,

or make a new sneaker.

atau membuat sepatu baru.

We need more than that, we need true investment.

Kami butuh lebih dari itu, kami butuh investasi yang nyata.

Kami butuh investasi pada perempuan muda kami

We need investment in our girls to let them know that they matter,

untuk memberi tahu mereka bahwa mereka penting,

particularly in this political climate.

terutama dalam situasi politik saat ini.

They need to hear it loud and clear.

Mereka perlu mendengar dengan jelas dan keras.

Now I love the men in my family.

Saya mencintai pria dalam keluarga saya.

I have a father. I have a brother.

Saya memiliki ayah. Saya memiliki seorang saudara laki-laki.

I have a husband and a son.

Saya memiliki suami dan seorang putra.

But this world was built for them.

Tapi dunia ini dibangun untuk mereka.

I owe it to my grandmothers and my mother

Saya berhutang kepada nenek saya dan ibu saya

and my teammates and my daughters.

dan rekan setim saya dan putri saya.

And those women 50 years ago

Dan wanita-wanita 50 tahun yang lalu yang berjuang begitu keras untuk Title IX,

who fought so hard for Title IX,

to keep fighting and keep the mission going.

untuk terus berjuang dan menjalankan misi ini.

So my challenge to you

Tantangan saya kepada Anda

is that I hope that you'll join me

adalah saya harap Anda akan bergabung dengan saya

and challenge the way things are.

dan menantang cara-cara yang ada sekarang.

To encourage the investment in women.

Mendorong investasi pada perempuan.

And please do not be afraid

Dan tolong jangan takut

of seeing girls realize their full potential.

melihat perempuan mencapai potensi penuh mereka.

Thank you.

Terima kasih.

(Applause)

(Tepuk tangan)